Home / Inovasi / Prospeknya Cerah

Prospeknya Cerah

Tepung Darah

Selama ini, limbah darah di Rumah Pemotongan Hewan dibuang percuma. Dengan sentuhan inovasi, Alif mengolahnya menjadi Tepung Darah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak

e-preneur.co. Darah. Perasaan ngeri atau bahkan jijik segera muncul saat membayangkan kata satu ini. Adalah lumrah, bila benda cair berwarna merah itu kemudian dianggap hanya sebagai limbah di setiap rumah pemotongan hewan (RPH).

Karena masuk kategori barang buangan seringkali pemanfaatannya tidak maksimal atau terbuang begitu saja. Asal tahu, sejatinya darah buangan itu masih memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi. Bukan untuk kita konsumsi memang, tapi setelah diolah menjadi Tepung Darah dapat dijadikan sumber pakan ternak atau pun pupuk tanaman.

Pasalnya, selain sebagai sumber protein yang amat bagus untuk penggemukan, kandungan nitrogen alaminya juga cukup tinggi. Sehingga, bermanfaat sebagai pupuk organik.

Alif Nuranto, salah seorang yang memanfaatkan darah limbah RPH tersebut menjadi tepung. Awalnya, saat berniat membuka usaha pembuatan pakan ikan, ia mengetahui bahwa salah satu bahan bakunya yakni Tepung Darah. “Saya tertarik untuk mengembangkan produk ini, setelah orang tua saya menciptakan mesin yang dapat mengolah produk cair menjadi tepung,” kisahnya.

Di samping itu, ia melihat pemanfaatan darah dari limbah-limbah RPH belum maksimal. Padahal, darah akan bernilai ekonomi tinggi jika dibuat tepung.

Darah hewan itu selain bisa sebagai sumber protein yang amat bagus untuk penggemukan, kandungan nitrogen alaminya yang cukup tinggi juga bermanfaat sebagai pupuk organik

Untuk itu, darah cair akan diubah menjadi serbuk atau tepung terlebih dulu dengan menggunakan mesin spray dryer. Hasilnya yakni butiran yang sangat ringan, halus seperti powder.Sehingga, amat mudah dicerna.

Kapasitas produksi Tepung Darah yang dihasilkan Alif selama sebulan sesuai kapasitas mesin yakni sekitar 500 kg. Di awal produksi, ia memasarkan dengan harga Rp30 ribu/kg.

Target pasar produk tersebut yakni para pelaku bisnis di sektor agro industri, terutama di bidang peternakan dan pertanian. Sementara pemasarannya sampai ke Bandung, Tangerang, Bogor, dan Subang. “Pernah ada permintaan dari Jepang, tapi karena keterbatasan kemampuan modal, kami tidak dapat memenuhi,” ujarnya.

Untuk bahan baku, tidak ada kendala dan jumlahnya melimpah. Namun, sekali lagi, karena alasan keterbatasan modal usaha, produksi hanya dikerjakan berdasarkan pesanan.

Sementara dari sisi prospek, menurutnya, bisnis masa depan yang mempunyai prospek cerah. “Produk yang memiliki berbagai manfaat seperti kualitas yang baik, serta efisiensi dan nilai yang tinggi tentunya akan sangat dibutuhkan di masa yang akan datang. Apa lagi, sektor agribisnis merupakan basic perekonomian negara kita,” papar pria, yang memiliki 10 karyawan.

Karena itu, sarjana teknik planologi Institut Teknologi Bandung ini siap bekerja sama dengan investor.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …