Blue Star
Lebaran identik dengan mudik. Untuk menghemat biaya, banyak orang men-charter bus. Hal ini, membuat banyak perusahaan charter bus mengalami “panen” besar-besaran. Apalagi, ketika banyak perusahaan memprogramkan mudik bersama bagi para karyawan mereka. Dan, Blue Star pun mendapat permintaan charter hingga 100%!
e-preneur.co. Setelah dihantam badai krismon (krisis moneter) berulang-ulang, akhirnya perekonomian Indonesia pun secara perlahan membaik. Hal ini, dianggap sebagai peluang yang harus segera ditangkap oleh Fauzi Hasyim.
Pria yang hijrah dari Jawa Tengah ke Jakarta sekitar tahun 1990 ini, melihat peluang itu sekitar tahun 2000. Lalu, berbekal pengalaman dari bisnis sebelumnya yaitu bisnis transportasi bus yang dilabeli Safari dengan rute Solo–Semarang, Fauzi pun membangun bisnis transportasi pariwisata yang diberinya nama Blue Star pada tahun 2004.
“Blue Star adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang transportasi pariwisata. Blue Star menyediakan empat ‘produk’ yaitu yang berkapasitas 15 tempat duduk, 29 tempat duduk, 48 tempat duduk, dan 59 tempat duduk. Sampai saat ini, Blue Star telah memiliki 200-an unit yang tersebar di Jabodetabek,” tutur Fauzi, yang membangun bisnisnya di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, lalu memindahkannya ke Jalan Warung Buncit Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sebagai kendaraan charter-an atau bisa di-charter, Blue Star memang dapat di-charter setiap saat. Tapi, selayaknya bisnis, juga mengalami “musim panen” dan “musim paceklik”.
“Pada ‘musim-musim’ biasa, ada permintaan charter 50%–60%. Pada ‘musim’ liburan, permintaan charter meningkat menjadi 80%–90%. Tapi, pada saat masuk bulan puasa, permintaan charter anjlog hingga 10%–20%,” ungkap kelahiran Salatiga, 15 Februari 1953 ini.
Namun, Fauzi melanjutkan, menjelang lebaran, tepatnya seminggu sebelum Hari Kemenangan bagi umat Islam itu tiba dan mencapai puncaknya pada H−5 atau H−4, Blue Star yang telah memiliki pelanggan tetap dari beberapa perusahaan, seperti Honda, BRI, BNI, dan lain-lain itu menerima permintaan charter untuk mudik bersama hingga 100%. “Semua bus yang bisa jalan ya dijalankan,” kata pria berdarah Tionghoa, yang menjadi mualaf sejak umur 20-an tahun ini.
“Bahkan, pernah, puasa pun belum mulai, sudah ada yang memesan untuk lebaran nanti,” ujarnya. Sementara, setelah lebaran usai, permintaan memang menurun lagi. “Lebih tepatnya, permintaan selalu ada,” tegasnya.
Lebaran identik dengan mudik
“Saya berharap pemerintah memperhatikan kondisi jalan. Kalau jalan tol akan dibangun ya segera dibangun. Karena, hal ini bisa menghemat bahan bakar dan waktu, mengurangi kemacetan, serta dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan,” ucap lulusan sebuah Sekolah Menengah Pertama di Salatiga ini.
Kalau seseorang naik pesawat, ia menggambarkan, cukup membeli satu minuman. Tapi, tidak pun tidak apa. Sebab, jarak tempuhnya cuma satu jam.
“Sementara dengan naik bus akan melewati banyak kota. Sehingga, akan dapat melihat kondisi setiap daerah. Dan, bila nanti berhenti, akan dapat melihat dan membeli produk-produk unggulan daerah-daerah tersebut,” pungkas Fauzi, yang berencana membuatkan bus khusus untuk para turis.