Home / Inovasi / Ciptakan Cara Lain Berbisnis Durian

Ciptakan Cara Lain Berbisnis Durian

Rizki Durian

 

Durian bukan hanya enak dimakan begitu saja, tapi juga ketika sudah diolah menjadi beberapa makanan dan minuman. Apalagi, jika daging buahnya sudah dipisahkan dari bijinya. Karena itu, Agus bukan hanya menjual daging buah durian, melainkan juga mengolahnya menjadi pancake. Imbasnya, produknya merambah kota-kota besar di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

 

[su_pullquote align=”right”]Pancake Rizki Durian memiliki kulit yang tipis. Sehingga, tidak bosan memakannya[/su_pullquote]

e-preneur.co. Medan sebagai surganya durian, telah banyak menginspirasi para pebisnis memilih usaha yang berkaitan dengan buah ini. Satu di antaranya, Agus Ramadhan.

Sejak Februari 2013, pria yang sebelumnya sudah merintis bisnis daging buah durian dengan label Rizki Durian pada tahun 2009 ini, melebarkan sayapnya dengan membuat Pancake Durian. Pangsa pasar yang ditujunya di luar Medan dan tanpa disangka pancakenya diterima pasar.

agus-ramadhan-pancake-2

Pria berusia 37 tahun ini mengatakan bahwa terjun ke pancake, lantaran pada suatu waktu mengalami kekurangan persediaan durian. Padahal, permintaannya sangat tinggi. Dalam kesulitan memenuhi permintaan konsumen, Agus termotivasi untuk mengubah daging durian yang tersisa di lemari pendingin menjadi panganan.

“‎Dengan berbekal daging durian yang ada dan mendapat resep dari internet, saya mulai mencari orang yang bisa memproduksi pancake. ‎Kebetulan, ada teman yang bisa membuatnya, lalu saya ajak kerja sama. Sistemnya, dia yang bertanggung jawab untuk produksi dan saya yang bertanggung jawab untuk modal. ‎Maka, jalanlah produksi,” kisahnya.

Lalu, dia menawarkannya melalui internet. “‎Alhamdulillah, sukses di pasaran. Permintaannya mengalahkan permintaan daging durian, saat itu. Bahkan, saat ketersediaan durian sudah mulai banyak, permintaan pancake tetap stabil,” lanjutnya.

Warga Jalan Selambo, Kelurahan Amplas, Kecamatan Medan Amplas, ini mengklaim pancakenya berbeda dengan pancake sejenis yang ramai di pasaran. Menurutnya, pancakenya memiliki kulit yang tipis.

“Karena, biasanya, yang dari luar Medan, kulitnya tebal dan ukurannya besar. Kalau istilah murid-murid saya ‘Tahu Sumedang’. ‎Jadi, orang yang mengonsumsinya bakalan cepat bosan. Kalau pancake saya tidak ada bosan-bosannya,” ujarnya.

Pancake Rizki Durian, demikian “merek” produk ini, bisa bertahan tiga bulan di freezer. Untuk pengiriman pesanan, dibekukan dulu sebelum dikirim ke luar kota, agar terjaga ketahanannya. ‎“Karena, produksi kami tidak memakai pengawet,” imbuhnya.

Dalam sehari, Agus bisa memproduksi hingga 400 kotak pancake di mana per kotak (isi 10 buah) dijual dengan harga Rp80 ribu. Saat ini, pangsa pasarnya sudah sampai Jakarta, Semarang, Malang, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Kendari, dan Jayapura.

Melihat peluang bisnis Pancake Durian yang begitu besar, beberapa temannya mulai mendekati untuk belajar bisnis pancake. ‎‎Ada yang jalan dan sukses, ada juga yang sama sekali tidak jalan. Hingga saat ini, Agus telah memiliki delapan murid yang sukses di bisnis ini. Bahkan, dua di antaranya ada di Jakarta.

Merunut ke belakang. Seperti dikatakan di atas, Agus juga berbisnis daging durian. “Ada banyak barang yang dikirim ke seluruh stasiun di Indonesia. Tapi, volume kiriman terbesar tiap harinya berupa durian. Dari sekian banyak kiriman durian, tidak semuanya bisa diberangkatkan. Lantaran, banyaknya pengiriman durian dari Medan, tidak didukung armada penerbangan yang memadai,” ungkap pria, yang pernah bekerja sebagai pemeriksa di pengelolaan kargo udara ini.

Dan, terjadilah overload kargo. Imbasnya, durian yang melebihi kapasitas untuk diterbangkan itu harus dibawa pulang oleh para pengirim, yang berakibat kerugian yang sangat besar bagi mereka.

Lantas, pria yang menimba ilmu di Institut Teknologi Medan ini berinisiatif mendatangi seorang pengirim buah, yang sering mengirimkan durian via perusahaan kargo. Dia mengatakan akan membeli duriannya, tapi bukan dalam bentuk buah segar, melainkan daging durian yang sudah dibekukan.

Pada awalnya, Agus tidak memiliki modal sama sekali alias cuma modal dengkul dalam memulai usahanya. “Saya belum mempunyai pasar, waktu itu. Tapi, berbekal doa orang tua dan istri tercinta, saya mulai mengiklankan daging durian di internet. Dengan sistem pre order di mana pelanggan membayar terlebih dulu dengan transfer uang senilai yang mau dibeli, baru saya belanja barang dari pedagang durian,” tuturnya.

Respon pasar belum begitu antusias. Karena, publik masih terpusat pada buah dan bukan daging durian. Tapi, akhirnya, dia bisa mengubah pola pikir masyarakat bahwa sangat simpel menggunakan daging durian dibanding buahnya.

Dalam sehari, Agus bisa memproduksi 500 kg–700 kg daging durian dengan harga Rp55 ribu/kg (belum termasuk ongkos kirim). Dia pernah melayani permintaan dalam sehari sebanyak 1,3 ton.

Namun, volume tersebut tergantung pada ketersediaan buah dari para petani. ‎Buah-buah durian yang dia kemas tersebut berasal dari Sidikalang, Sibolga, Pahae, Langkat, Simalungun, dan lain-lain.

Agus menjamin, daging durian yang dia kemas tanpa pengawet dan bisa bertahan satu tahun di freezer. “Tapi, kami tidak pernah menyimpan stok sampai satu tahun, hanya sampai tiga bulan saja.‎ Sebab, jika lebih dari 3–4 bulan, warna daging durian akan berubah menjadi lebih gelap, tidak segar lagi,” jelasnya.

Saat ini, usahanya memiliki enam freezer dengan kapasitas 900-an kg dan 10 freezer berkapasitas 50 kg yang ditempatkan di dua rumah produksi. Sedangkan satu unit freezer berkapasitas 500-an kg, ditempatkan di kantor usaha.

Usaha daging durian ini tidak menyasar profit point semata. Agus memahami, ada hak orang lain dalam keberhasilan usahanya. Untuk itu, dia memberlakukan sistem sedekah di mana setiap orderan konsumen per kilogram, disisihkan Rp200,- dan disedekahkan kepada yang berhak menerima.

“Sambil berbisnis, kami juga mengajak konsumen beramal. Jadi, yang sedekah bukan hanya kami, tapi konsumen juga,” ucapnya.

Ke depan, target Agus terhadap Rizki Durian yaitu menjadikan usahanya sebagai barometer penjualan daging durian dan Pancake Durian. “Membangun brand image, bahwa kalau berbicara tentang daging durian atau Pancake Durian ya Agus Ramadhan atau Rizki Durian. Lalu, bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak,” pungkasnya.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *