Home / Kiat / Gunakan Kekuatan Viral Digital Untuk Tembus Pasar Kosmetika

Gunakan Kekuatan Viral Digital Untuk Tembus Pasar Kosmetika

Polka Lipstick

 

Dulu, konsep marketing paling jitu yang sering digunakan yaitu mouth to mouth. Seiring berjalannya waktu, konsep tersebut beralih (bukan berubah, red.) menjadi gadget to gadget. Dan, itulah, yang dilakukan Desty dan ketiga partner-nya ketika memasarkan Polka Lipstick. Hasilnya, produksi untuk persediaan selama enam bulan, tandas diserap pasar hanya dalam tempo dua bulan dan merambah mancanegara

 

[su_pullquote]Di samping memanfaatkan kekuatan viral, produknya harus positif dan kualitasnya bagus[/su_pullquote]

e-preneur.co. Bagi perempuan, kebutuhan terhadap produk-produk kosmetika, khususnya lipstik, boleh dibilang butuh tidak butuh atau lebih bersifat impulsive. Sebab, ketika keluar, meski hanya sebentar dan dekat jaraknya sehingga tidak perlu berdandan, mereka akan tetap menggunakan lipstik (plus bedak).

Di sisi lain, hampir semua perempuan menggunakan lipstik. “Demikian pula dengan kami berempat yang perempuan semua dan merupakan pengguna atau suka dengan berbagai produk kosmetika,” kata Desty Uwais.

Desty yang berlatar belakang pendidikan digital marketing atau lebih tepatnya finance and marketing dari Curtin University, Perth, Australia, juga melihat jika dunia bisnis kosmetika di Indonesia lebih banyak “bermain” di department store. Dari situ, terbetik keinginan untuk membuat suatu produk yang dipasarkan secara digital dan ditujukan bagi netizen (pengguna internet, red.). Apalagi, para netizen yang beauty enthusiast selalu men-share apa pun melalui blog, instagram, dan social media (sosmed) yang lain.

“Tapi, ternyata, belum ada brand yang berani. Semuanya masih “bermain” di core atau box yang sama. Kalau kami juga bermain di box yang sama, kami tidak bisa stand out. Sementara, saya ingin mempunyai brand yang berkualitas bagus dan bisa diterima oleh netizen di seluruh dunia, bukan cuma di Indonesia,” ungkapnya.

Lalu, ia melanjutkan, mengapa Indonesia tidak bisa membuat seperti itu. Mengingat, itu hanya tergantung konsep. “Kalau berbicara dari sisi brand, kita kan harus memformulasikannya. Brand itu kan masalah image, kualitas, dan sebagainya. Nah, dari situlah kemudian kami membuatnya,” imbuhnya.

Awalnya, ia justru ingin membuat yang sedikit anti marketing, dalam arti, appearance-nya jangan ada di mana-mana. “Kalau seseorang memiliki sesuatu dan dia tidak suka mainstream itu malah bagus. Karena, nantinya menjadi privilege, ada sebuah kebanggaan tersendiri dengan menjadi eksklusif. Feeling exclusivity itu juga yang menjadi salah satu konsep kami, selain antimarketing. Feeling exclusivity itu pula yang menjadi kebanggaan kami dan ingin kami jadikan formulasinya,” bebernya.

Secara marketing, ia menambahkan, mereka berdasarkan pengalaman. Target audience juga sudah mereka ketahui pasti akan bermacam-macam tanggapannya. “Tapi, di digital, kami bisa mendapatkan tanggapan secara langsung. Karena itulah, kami memilih kosmetik yang merupakan salah satu komoditas yang bagi perempuan butuh nggak butuh. Kasarnya, sebokek-bokeknya tidak mungkin perempuan tidak membeli bedak,” katanya.

Namun, mereka tidak memproduksi bedak, melainkan lipstik, khususnya lipstik cair dan matte. Sebab, jika lipstik biasa, maka tidak ada perbedaannya dengan produk sejenis yang sudah ada sebelumnya. “Ketika kami meluncurkan lipstik cair ini, belum banyak yang melakukannya di ranah lokal. Setelah kami, banyak yang mengikuti jejak kami dan mereka menyebutnya kosmetika indie,” jelas Desty, yang menamai produknya Polka Beauty Matteness Lip Lacquer (baca: Polka Lipstick, red.).

Polka Lipstick yang dinaungi oleh PT Polka Jelita Indonesia diluncurkan pada Oktober 2015, dengan strategi marketing menggunakan media digital melalui website mereka. Sebab, tidak memiliki on ground store dan target marketnya digital user. Berkaitan dengan itu, saat peluncuran produk sekaligus juga peluncuran website. “Selain itu, juga didukung oleh digital asset kami yang lain yaitu berbagai sosmed yang kami bangun,” lanjut owner dan CEO PT Polka Jelita Indonesia ini.

Dengan demikian, konsep marketingnya organic in digital, dalam arti, tidak menggunakan placement ad apa pun. Atau, kalau dulu dikenal istilah mouth to mouth, maka sekarang gadget to gadget. Bahkan, saat launching, juga tidak mengundang media, meski saat soft launching mengirim Polka Lipstick ke para blogger dan media sebagai gift.

“Memang, kami hanya menginginkan organic response dari mereka. Kami tidak meminta endorsement, tapi if you like it you share it. Kami menginginkan tanggapan yang benar-benar genuine/original, bukan sekadar endorsement,” jelasnya.

Pada umumnya, produk kosmetika, dalam hal ini lipstik, harus dicoba dulu. Sebab, warna yang ada di gambar atau foto belum tentu akan menghasilkan warna yang sama ketika dioleskan ke bibir. Dengan konsep marketing seperti ini, maka beauty enthusiast akan mengoleskan lipstik tersebut ke tangan atau bibir mereka.

Selanjutnya, mereka sharing dengan menyatakan warna yang mendekati. Di sisi lain, follower mereka menunggu ulasan mereka. Akhirnya, mau tidak mau, hal itu menjadi materi konten buat mereka.

“Kami tidak membayar mereka, juga tidak ada kontak dengan mereka. Tapi, di dunia kosmetika atau beauty enthusiast, mereka suka dengan make up dan men-share kosmetika yang mereka gunakan. Sama dengan kita yang suka mencoba berbagai kosmetika, lalu men-share-nya di sosmed. As simple as that,” ungkapnya.

Secara tidak langsung, mereka pun menjadi channel Polka Lipstick dalam mempromosikan produk ini. “Jadi, itulah yang kami katakan sebagai kekuatan viral dan itu pulalah yang kami manfaatkan, selain produknya harus positif dan kualitasnya bagus,” lanjutnya.

Dengan menggunakan kekuatan viral digital berarti pula bermain dengan opini. Dan, ini berisiko. Sebab, selalu ada orang-orang yang bersikap negatif. “Tapi, kami kan bisa memilah. Di samping itu, netizen juga sudah pintar membedakan mana yang negatifnya dibuat-buat dan mana yang benar-benar positif. Sekarang, semua orang bebas berpendapat. Sehingga, bisa dinilai sendiri,” katanya.

So far, ia menambahkan, Polka Lipstick sudah mempunyai loyal customer. Padahal, ini produk lokal. “Pada awalnya, kami tidak menyatakan ini produk dari mana. Sementara, kalau berbicara digital berarti borderless. Di sisi lain, kami yakin sepanjang itu produk bagus, mempunyai high quality, bisa berkompetisi dengan brand-brand lain, kami tidak perlu menyatakan dari mana asalnya. Meski, kami juga memasang profil bisnis kami di website. Sehingga, orang-orang akan mengetahuinya. Di samping itu, mereka juga mencari sendiri informasinya. Itulah smart-nya audience sekarang, tidak mau menerima informasi begitu saja,” paparnya.

Sementara berbicara tentang produknya, Polka Lipstick berbentuk cair seperti lip gloss dan long wear (menurut review salah satu media: bertahan hingga delapan jam, red.). Bahan yang digunakan chemical based tapi halal, tidak ada paraben, parfum, alkohol, mercury, dan aluminium. Sehingga, tidak akan membuat bibir terasa kaku, kering, dan mengelupas.

Kualitas yang bagus itu juga tampak pada botol impor yang digunakan di mana anti pecah. Di samping itu, juga FDA (Food and Drug Administration) approved dan sudah didaftarkan ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan makanan). Tidak mengherankan untuk sebuah produk lokal, Polka Lipstick yang berbobot 4,5 ml dijual dengan harga yang tidak murah yaitu Rp185 ribu.

Polka Lipstick yang saat diluncurkan baru memiliki empat item warna, kini telah bertambah dua item warna. Bukan cuma itu, baru-baru ini, PT Polka Jelita Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Garuda dan City Link. “Kami memiliki dua warna klasik (merah dan pink) yang hanya kami pasarkan melalui kedua maskapai penerbangan tersebut. Berukuran lebih kecil (travel size) dan dikemas dalam exclusive pouch,” katanya.

Selain itu, PT Polka Jelita Indonesia juga mengeluarkan tiga warna (peach, cokelat, dan ungu) yang disebut Mini Trio Best Selling dengan bentuk travel size dan dijual dengan harga Rp375 ribu, melalui channel yang lain lagi. “Kami juga memasarkan melalui website-website lain dan membangun jaringan beauty preneur yang ditujukan bagi para agen kami yang menjualnya melalui online shop (olshop). Agen kami ada sekitar 10−15 yang tersebar di Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Bali, Makassar, Bandung, dan Jakarta,” lanjutnya.

Bagaimana dengan penjualan? “Oke. Di awal meluncurkan produk ini, kami memproduksi sekaligus untuk stok enam bulan dengan kapasitas 10 ribu lipstik. Ternyata, dalam tempo dua bulan sudah habis. Sementara penjualan melalui Garuda dan City Link, sebulan belakangan ini ada repeat order. Padahal, kami baru menjalin kerja sama dengan mereka awal Oktober lalu,” tambahnya.

Seperti dikatakan di atas bahwa Polka Lipstick hanya dapat dibeli secara online, maka bagi yang berminat bisa memesannya melalui www.polkabeauty.com, tanpa minimum order. Atau, dapat menemuinya di AEON Mall di Bumi Serpong Damai, Tangerang.

Benchmark kami: one color for all. Kami membuat warna yang cocok untuk semua bibir, meski warna kulit berbeda-beda. Warna-warna yang kami sediakan (merah, pink, ungu, nude, cokelat, dan peach) tergantung selera, bukan menyesuaikan dengan warna kulit atau bibir kita. Apalagi, jika dikaitkan dengan acara yang akan kita datangi. Sebab, bicara tentang lipstik berarti bicara tentang percaya diri dan mau ke mana ketika memakainya. Tapi, kalau ragu-ragu gunakan warna merah. Karena, warna ini tidak pernah salah,” jelas kelahiran Bandung, 29 Desember 1975 ini.

Prospeknya? “Alhamdulillah naik terus. Produk kami bisa diterima. Kami tinggal memperkuat communications, mengembangkan produk-produk baru, mengembangkan beauty preneurship, membangun brand secara konsisten,  melakukan inovasi, dan tanggap terhadap tren,” pungkasnya. Berkaitan dengan inovasi, nantinya akan dikeluarkan produk body care dengan brand yang lain dan dengan target market yang berbeda.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *