Talas
Talas dalam bentuk tepung digemari masyarakat Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa. Sementara kebutuhan masyarakat Jepang akan talas belum mampu sepenuhnya dipasok oleh Cina. Itu artinya, ada peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apa lagi, budidaya talas mudah dilakukan dan tidak bersifat musiman
e-preneur.co. Talas (Latin: colocasia esculenta, red.), diduga berasal dari Asia Tenggara, lalu menyebar ke Cina dan Jepang. Lantas, kembali lagi ke Asia Tenggara dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.
Sementara di Indonesia, tumbuhan penghasil umbi-umbian ini bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 meter di atas permukaan laut (sumber lain: 1.300 meter di atas permukaan laut, red.), baik liar maupun dibudidayakan. Bogor dan Malang merupakan kota-kota yang “ditunjuk” untuk “mengembangbiakkannya”.
Khusus untuk Bogor, terdapat berbagai jenis talas seperti Talas Sutera, Talas Bentul, Talas Ketan, Talas Paris, Talas Loma, Talas Pandan, dan Talas Lampung. Di sini, juga dapat dijumpai Talas Mentega atau Talas Gambir atau Talas Hideung.
Secara komersial, Talas Bentul merupakan talas yang paling banyak dibudidayakan di Kota Hujan ini. Sebab, talas yang rasa umbinya enak dan pulen ini, sangat cocok bila digoreng atau dibuat keripik dan hasil panennya banyak.
Di samping itu, juga Talas Loma. Budidaya Talas Loma dan diversifikasi produk olahannya telah dilakukan oleh Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai pelaksanaan kegiatan Iptekda LIPI dengan memperbanyak bibit Talas Loma secara cepat dan massal.
Beberapa hal yang perlu diketahui untuk membudidayakan talas yaitu lingkungannya harus bersuhu 21°C–27°C, dengan kelembaban udara 50%–90%, adanya sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun. Di sisi lain, tanaman yang diperkirakan telah dibudidayakan manusia sejak zaman purba ini, gampang ditanam di hampir semua jenis tanah dan dapat ditumpangsarikan.
Gampang ditanam di hampir semua jenis tanah
Keladi, begitu nama lainnya, di samping dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan (karena mengandung karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, red.), juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Ambil contoh, umbi dan pelepah daunnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat, dan pembungkus.
Sementara daun, sisa umbi, dan kulit umbinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasikan. Di luar itu semua, karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai dengan lahan kering, tanaman yang mengandung asam perusi atau asam biru ini juga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan dan penghijauan.
IPB mengubah talas menjadi produk bernilai tambah yaitu dengan mengembangkan suatu formulasi makanan sarapan cepat saji dengan rasa cokelat dan vanila yang gurih dan lezat, dengan menggunakan metode pengeringan. Produk yang dihasilkan berbentuk remah-remah kering berwarna putih kekuningan. Penyajian produk tersebut, dilakukan dengan penambahan air hangat.
Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan kampung. Sebab, Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa kian menggemari talas dalam bentuk tepung. Demikian pula dengan Jepang, yang selama ini kebutuhannya dipasok oleh Cina. Saat ini, di negara-negara tersebut telah muncul pasar Keripik Talas Loma yang berasal dari Hawai.
Kondisi ini, membuat peluang kita untuk mengekspor Keripik Talas, cukup besar. Apalagi, budidaya talas mudah dilakukan dan tidak bersifat musiman.