DryBag
Anak muda cenderung menggemari hal-hal yang kurang lazim. Di antaranya, memakai celana berbahan dry denim yang mana justru tampak semakin keren jika semakin lama dipakai plus tanpa dicuci. Kini, hal itu juga melebar pada tas berbahan yang sama. Seperti, yang diproduksi DryBag
[su_pullquote]Meski tren sewaktu-waktu dapat berubah, tapi sejarah mencatat jika denim disukai sepanjang masa[/su_pullquote]
e-preneur.co. Bila suatu mode berpakaian sedang menjadi tren, terutama di kalangan anak muda, segala hal yang tidak lazim bisa saja terjadi. Seperti, memakai celana jeans selama setahun, tanpa mencucinya sama sekali. Bahkan, perubahan warna secara alami (fading), sobek di sana-sini, dan adanya lipatan khas justru menjadi hal-hal yang paling ditunggu pada celana yang dikenal dengan istilah dry denim atau dry jeans ini.
Kerennya celana berbahan raw atau dry denim ini, begitu menurut anak-anak muda yang memakainya hingga mereka rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk membelinya, mengilhami David Yuwono untuk menjadikannya tas. “Saya memakai tas yang semakin lama semakin jelek. Saya berpikir, seandainya tas itu dibuat dari bahan dry denim, pasti semakin lama dipakai akan semakin keren,” kisah David.
Lantas, bermodalkan uang jajan Rp500 ribu dari orang tuanya dan setelah bersusah payah mendapatkan penjahit, alumnus Prasetiya Mulya Business School ini mencoba membuat tas berbahan dry denim. Untuk itu, trial and error selama sebulan pun ia jalani.
“Pada awalnya, saya membuat sekitar 5−7 tas hanya untuk sample. Lalu, saya tawarkan ke sebuah sekolah menengah atas (SMA) dan laris manis,” lanjut David, yang membangun usahanya pada 1 Mei 2011. Tiga hari setelahnya, ia mendapat order hingga 120 tas dari murid-murid SMA tersebut.
Selanjutnya, dari perputaran modal usaha (dan suntikan dana dari orang tuanya), David pun berani membuat ready stock. “Sebab, dalam perkembangannya, pelanggan saya bukan hanya dari SMA tersebut saja, melainkan juga reseller, buyer, dan sebagainya,” jelasnya.
Seperti tas berkualitas umumnya, produk berlabel DryBag (semula DarknWhite, red.) ini dibuat dengan jahitan ganda. Sehingga, lebih kuat. Berukuran tinggi 43 cm dan lebar 35 cm untuk standar dan tinggi 38 cm dan lebar 32 cm untuk mini.
“Bagian dalamnya terdapat lapisan kedap air 99%,” ungkapnya. Bandingkan dengan tas lain yang terlihat mengkilap, sebab mengalami pencucian dan finishing dengan celupan akrilik. Sementara di bagian dalamnya, dilapisi waterproof 90%.
Untuk desainnya, cenderung klasik. Selain karena simpel, juga unik bagi segmennya. “Jangan membuat konsumen tambah ribet. Nanti malah jadi jelek,” ujarnya.
Namun, karena belum memiliki gerai dan masih berdasarkan pesanan, maka David memasarkan produknya melalui www.drybag.webs.com. “Bebas ongkos kirim untuk pemesanan di Pulau Jawa,” pungkasnya. Bukan cuma itu, Drybag juga menerima retur karena salah ukuran atau warna (ongkos kirim kembali ditanggung pemesan), memberi garansi selama satu tahun, mengganti barang yang cacat ketika diterima, dan sebagainya. Menarik, bukan?