Trash Press
Meski hampir setiap rumah memiliki tempat sampah, karena satu dan lain hal, belum tentu setiap hari mereka membuang sampah. Imbasnya, kebersihan lingkungan acap kacau balau. Tofan mencoba menghadirkan Trash Press untuk sedikit mengatasi masalah sampah. Karena, Trash Press berkapasitas tiga kali lipat lebih banyak ketimbang tempat sampah pada umumnya. Sayang, Trash Pres belum dapat diproduksi karena ketiadaan modal
e-preneur.co. Membuang sampah, seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi mereka yang mendapat tugas ini. Sebab, telat beberapa menit saja, maka tukang sampah (mereka yang setiap pagi memungut sampah dari rumah ke rumah, red.), sudah tidak terlihat lagi.
Itulah, yang sering dialami Raden Mochammad Tofan. Karena kerap pulang ke rumah dalam kondisi sangat lelah, ia acap merasa malas menjalankan tugas membuang sampah itu hingga akhirnya telat.
“Dalam seminggu, 3–4 kali saya diberi tugas membuang sampah setiap subuh oleh Ibu saya. Saya malas banget. Karena, saya sering pulang kemalaman. Biasanya, saya tidur lagi usai sholat subuh,” tutur pemuda, yang akrab disapa Tofan itu.
Berangkat dari situ, ia berangan-angan seandainya bisa membuang sampah seminggu sekali, tentu tidurnya lebih nyaman. “Cara satu-satunya untuk mewujudkan angan-angan itu yaitu dengan memaksimalkan tempat sampahnya,” lanjutnya.
Pada umumnya, tempat sampah yang sudah penuh, akan diinjak-injak agar ada ruang kosong untuk sampah berikutnya. “Ide saya, bagaimana jika menekan tempat sampah itu bukan dengan kaki―karena terkesan jorok―melainkan dilakukan secara otomatis,” papar kelahiran Bogor ini.
Akhirnya, terciptalah desain alat penekan sampah yang sangat unik yang diberi nama Trash Press. Dengan dilengkapi alat penekan, maka akan ada ruang kosong. Sehingga, tempat sampah dapat diisi lebih maksimal. “Prinsip kerja alat ini mudah banget: tekan dan sampah pun lebih padat!” jelasnya.
Tekan dan sampah pun lebih padat!
Ya, dengan Trash Press, efisiensi ruang tempat sampah bisa diperluas. Sebab, Trash Press berkapasitas tiga kali lipat lebih banyak ketimbang tempat sampah pada umumnya. Sehingga, jika biasanya harus membuang sampah tiga kali dalam seminggu, kini cukup seminggu sekali,” ujarnya.
Penekan sampah, ia menambahkan, juga berfungsi sebagai penutup yang sangat rapat. Sehingga, binatang-binatang kecil seperti kecoa, nyamuk, semut, dan lain-lain, yang sempat masuk ke dalam Trash Press akan mati. Sebab, semakin sering alat penekan ditekan, maka tidak akan ada lagi ruang bagi hewan-hewan tersebut untuk hidup.
Trash Press terbuat dari plastik PP (Poly Propylene) untuk tempat sampahnya dan alumunium untuk alat penekan sampahnya. “Harganya bisa murah, kalau bahannya terbuat dari kayu atau bahan-bahan lain. Karena, bagian utama dari Trash Press adalah penekan sampahnya,” kata finalis Djarum Black Innovation Award 2008 ini.
Sementara bentuknya kotak berwarna hijau dengan tutup berwarna biru, plus gagang penekan di atasnya. Untuk bentuknya, menurut Tofan yang menghabiskan waktu tiga hari untuk mendesain Trash Press, sebenarnya bervariasi atau disesuaikan dengan subyek penggunanya. “Untuk perumahan mungkin sama ukurannya dengan yang saya desain,” lanjutnya.
Sayang, Trash Pres belum dapat diproduksi. Karena, belum ada perusahaan yang mau memasarkannya. Selain itu, sarjana teknik geofisika, Institut Teknologi Bandung itu juga belum dapat memastikan apakah Trash Press ini untuk sampah organik atau sampah anorganik.
“Dilihat dari desain awalnya, Trash Press ini difungsikan untuk menampung baik sampah basah maupun sampah kering. Tapi, sebaiknya, memang sampah basah dipisah dari sampah kering atau sebaliknya,” ucapnya.
Pada dasarnya, setiap orang berkeinginan membuat lingkungannya bersih. “Dengan hadirnya Trash Press, nantinya, saya berharap masalah sampah akan sedikit teratasi,” pungkasnya. Apa pun usaha dan bentuknya, bila itu menyangkut kebersihan lingkungan harus didukung. Bukan begitu, para investor?