Home / Celah / Inovatif dan Fungsional bagi Konsumen

Inovatif dan Fungsional bagi Konsumen

CREOcompany

 

Tertantang oleh dosen untuk membuat produk yang kreatif dan solutif, mereka yang kala itu masih berstatus mahasiswa SBM−ITB terdorong untuk menciptakan barang yang inovatif dan fungsional bagi konsumen. Bukan cuma itu, mereka juga mendirikan CREOcompany, perusahaan yang tetap dijalankan setelah mereka menjadi sarjana. Sementara produk-produknya, semakin diminati

 

e-preneur.co. Creo, dalam Bahasa Inggris sama artinya dengan create atau membuat dalam Bahasa Indonesia. Sementara CREOcompany (baca: CREO, red.) yang dibangun 19 alumni Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM−ITB) berarti perusahaan yang membuat produk inovatif dan membuat pemakainya merasa percaya, terhadap kualitas barang yang dihasilkan.

CREO yang hadir pada 17 Agustus 2011 itu, dilatarbelakangi oleh salah satu mata kuliah yang harus diikuti setiap mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi bidang bisnis tersebut. Mata kuliah itu, menuntut mereka menciptakan suatu ide bisnis dan lalu merealisasikannya. Merasa seperti pepatah kepalang basah, mandi sekalian, dalam perjalanannya mereka membangunnya menjadi perusahan yang diberi nama CREOcompany.

“Misi kami yaitu membuat pengguna produk CREO merasakan efisiensi dan kesederhanaan, dengan menawarkan produk inovatif. Untuk itu, kami menggabungkan beberapa ilmu terapan untuk menjalankan bisnis secara nyata dan memproduksi barang-barang yang kreatif,” jelas Christophorus David Budiarto, selaku Chief Executive Officer CREOcompany.

Dalam membangun bisnis ini, modal awal yang mereka tanamkan digunakan untuk membuat prototype produk, memproduksi barang, serta mempromosikannya melalui social media, website, dan flyer. Sementara produk yang mereka hasilkan berupa Klotid yaitu jaket yang dapat bertransformasi menjadi tas, Pluft (bean bag yang dapat dijadikan tempat duduk sekaligus tempat tidur), Delmer (meja lipat berbobot 80 kg yang dapat diletakkan di atas tempat tidur, lantai, atau di outdoor), dan Delmer 2.0 (tempat laptop).

Agar pengguna produk merasakan efisiensi dan kesederhanaan

Klotid terbuat dari kain kanvas dan tersedia dalam enam warna yaitu merah maroon, navy blue, green army, hitam, putih, dan cokelat. Pluft yang terbuat dari bahan lotto dan berisi butiran styrofoam juga tersedia dalam enam warna yaitu merah maroon, navy blue, biru neon, hijau tosca, ungu, dan cokelat. Dalam perjalanannya, kedua produk ini yang paling diminati pasar.

Sedangkan Delmer terbuat dari kayu MDF dan tersedia dalam 10 warna yaitu merah, merah mawar, biru, hijau tosca, peach, hitam, putih, ungu, kuning, dan cokelat. Sedangkan Delmer 2.0 yang terbuat dari tyvek (kertas tahan air), tersedia dalam dua desain klasik dengan warna merah dan cokelat. Semua produk ini, dibanderol dengan harga ratusan ribu rupiah.

“Saat itu, kami ditantang dosen untuk membuat produk yang kreatif dan solutif. Sehingga, kami terdorong untuk menciptakan barang yang tidak biasa, dalam arti, inovatif dan fungsional bagi konsumen. Nah, dari situlah produk-produk tersebut di atas kami ciptakan,” ungkap Christo, begitu ia akrab disapa

Konsumen yang dimaksud di sini yaitu para remaja kalangan menengah atas. Dengan pertimbangan, remaja identik dengan kepraktisan dan hal itu ditunjukkan oleh Klotid. Remaja juga sering mengalami stres. Sehingga, dengan duduk-duduk atau tiduran di atas Pluft, maka stres akan hilang.

“Untuk Delmer, kami melihat adanya kebutuhan akan meja yang ringkas dan mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan Delmer 2.0, menggunakan material yang tidak biasa yang mampu menimbulkan rasa ingin tahu mereka. Hingga, akhirnya mereka tergerak untuk membelinya,” jelasnya.

Dalam perkembangannya, CREOcompany melebarkan pasarnya dengan menjangkau orang-orang dewasa yang kebetulan juga mulai menerima produk-produk, yang dipasarkan melalui social media itu. “Pada awalnya, kami hanya berproduksi dalam jumlah sedikit. Karena, sering terjadi penumpukan barang di gudang,” ujarnya.

Hal ini, bisa dimaklumi. Mengingat, mereka masih pemain baru. “Untuk mengatasi hal ini, kami berjualan ke keluarga dan teman-teman, melakukan promosi di social media, berjualan di berbagai event, hingga pada akhirnya orang-orang pun mengenal CREO. Brand kami pun menjadi kuat. Imbasnya, permintaan produk terus meningkat,” lanjutnya.

Meski begitu, laju bisnis ini belum bisa dikatakan mulus. Masih ada kendala di sana-sini, mulai dari konflik internal dan eksternal hingga motivasi yang menurun, juga tugas kuliah yang menumpuk.

“Untuk mencari akar permasalahan dan solusi terbaik, kami melakukan pendekatan secara personal, juga sharing untuk memberikan feedback bagi setiap individu. Sementara untuk masalah motivasi, kami memberlakukan sistem reward dan punishment,” ucap kelahiran Bandung, 17 Agustus 1991 ini.

Imbasnya, ia menambahkan, segala konflik dapat diselesaikan dan hubungan antaranggota CREO menjadi semakin solid. Karena, masalah yang ada, pada akhirnya justru menimbulkan rasa saling pengertian.

Di sisi lain, ia melanjutkan, ada pelajaran yang mereka petik dari membangun bisnis sejak masih kuliah. Seperti, bagaimana memulainya, meminjam uang dari bank, membuat business plan, bekerja sama dalam tim, mengatasi konflik yang terjadi, dan mencari solusi atas setiap permasalahan.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …