Home / Celah / Ketika Hobi Berubah Menjadi Ladang Bisnis yang Menjanjikan

Ketika Hobi Berubah Menjadi Ladang Bisnis yang Menjanjikan

Lukisan dari Pasir dan Bubuk Teh Bekas

Sebenarnya, seniman tidak berbisnis. Tapi, ketika lukisannya yang berbahan baku pasir atau bubuk teh selesai dibuat langsung ada yang membeli, maka di situ ada celah bisnis yang menjanjikan. Seperti yang terjadi pada Rusli, pemilik Pasir Pesisir & Tea Art

e-preneur.co. Menggunakan bahan baku yang tidak biasa untuk membuat suatu produk, menjadi celah usaha yang bermuara pada ladang bisnis yang menjanjikan. Hal inilah yang diterapkan oleh Marah Rusli, pemilik Pasir Pesisir & Tea Art.

Pria ini mengaku bila kepiawaannya merangkai pasir dari pesisir tempat tinggalnya di Kawasan Belawan, Medan, bermula dari hobi. Lalu, secara perlahan dipelajarinya hingga mahir.

“Hobi itu saya tekuni mulai tahun 2009. Tapi, ternyata, banyak orang menyukai karya saya,” kisahnya. Lalu, dengan modal awal hanya ribuan rupiah, dengan yakin ia mengubah hobinya menjadi usaha.

“Kebetulan, saya juga mempunyai kemampuan melukis. Karena itu, saya beranikan diri untuk mengekspresikan ke sesuatu yang berbeda dari yang lain seperti pasir. Sementara modal awalnya tidak banyak, karena pasir banyak ditemui di sekitar rumah saya,” lanjutnya.

Tahun 2010, Rusli membuat 20‒25 lukisan yang lalu diikutsertakannya dalam sebuah pameran. Ternyata, konsumen dari luar negeri meminati karyanya. “Peminat karya saya sudah sampai Australia, Bali, dan lain-lain. Mereka membeli secara online,” ujar pria, yang membutuhkan waktu 3‒4 hari untuk membuat satu lukisan itu.

Seniman, ia menambahkan, sebenarnya tidak berbisnis. Tapi, dengan berjalannya waktu, setelah mengikuti pameran, ternyata hobi ini bisa dijadikan peluang usaha yang menjanjikan. “Sebab, begitu lukisan ini selesai dibuat langsung ada yang membeli,” ungkapnya.

Diminati masyarakat mancanegara

Setelah tersohor sebagai pelukis pasir, Rusli melebarkan sayap dengan melukis menggunakan bahan baku lain yakni bubuk teh bekas sejak awal tahun 2013. Apalagi, bersama enam teman seniman lainnya (Syafri Ali, Morris Alexander Siregar, Eno, Darwis, Reka Arya, dan Yasin Ronasly), ia berhasil mencetak Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) melalui lukisan berbahan baku bubuk teh bekas sebesar 4 m x 12 m yang dipamerkan di Kantor PTPN IV pada 18 Januari 2013 silam.

Dengan menggunakan bubuk teh bekas ini, ia melukis ikon-ikon Kota Medan seperti Menara Tirtanadi, Masjid Raya, Istana Maimun, dan lain-lain. “Saya bergerak bermula dari ikon Kota Medan dengan tujuan supaya orang-orang luar lebih mengenalnya,” jelasnya.

Meski tidak lagi memproduksi lukisan dari pasir secara rutin, tapi ia akan membuatnya jika ada yang memesan. Sebab, ternyata, konsumen lebih tertarik dengan lukisan dari bubuk teh bekas. “Hal itu, bisa dilihat dari sekali ikut pameran saja bisa laku tiga lukisan,” ujarnya.

Sementara bubuk teh yang ia gunakan bias berupa teh baru atau bekas, tergantung warna lukisan yang ingin dibuat. “Untuk warna hitam tentu bubuk teh yang belum dipakai. Kalau untuk warna merah seperti batu bata, bubuk teh yang bekas atau ampas yang saya gunakan. Untuk itu, saya memanfaatkan bubuk teh bekas di warung-warung Teh Tarik,” ungkapnya.

Setiap bulan, Rusli bisa menjual 5‒6 lukisan (satu lukisan dihargai Rp15 ribu hingga lebih dari Rp10 juta, red.). “Omsetnya naik-turun. Karena, lukisan bukan kebutuhan primer,” pungkasnya.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …