Home / Celah / Prospeknya Cerah, Potensinya Besar

Prospeknya Cerah, Potensinya Besar

Kepompong Ulat Sutera emas

 

Kepompong, bagi banyak orang, sekadar kepompong. Tapi, tidak bagi Citra, yang lalu mengubahnya menjadi aksesori perempuan. Kendati harganya tidak murah, namun 75% produknya diserap pasar melalui penjualan online

 

e-preneur.co. Pada dasarnya, ide bisnis bertebaran di mana-mana. Termasuk, di dalam kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Hal ini, telah dibuktikan oleh Citra Ayu Furry, yang kala itu masih berstatus mahasiswi Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB.

Ketika itu, Citra, begitu ia biasa disapa, dan teman-temannya sedang mengikuti praktikum. Saat itu, sang dosen menerangkan bahwa di samping Ulat Sutera Putih yang selama ini dikenal, ada pula Ulat Sutera Cokelat dan Ulat Sutera Emas yang notabene sampai sekarang belum dapat dibudidayakan.

Kemudian, praktikum berlanjut dengan mengunjungi kandang yang berlokasi di belakang kampusnya. Tak dinyana tak diduga, di sana, mereka menjumpai Ulat-ulat Sutera Emas yang entah datang dari mana dan bagaimana caranya.

“Dosen langsung meminta kami memelihara ulat-ulat itu, tanpa refensi apa pun. Dengan kata lain, beliau meminta kami menggali informasi sendiri bagaimana membudidayakan ulat ini,” kisah gadis berkerudung ini. Lalu, ulat yang bernama Latin cricula trifenestrata itu mereka amati dari menjadi kepompong hingga kupu-kupu.

“Saya tertarik dan mengagumi kepompong-kepompong berwarna kuning keemasan dan memiliki semacam motif/corak yang tidak beraturan namun justru artistik, yang bergelantungan di pohon-pohon. Keren sekali,” tutur Citra, yang saat itu masih kuliah di tingkat III.

 Lantas, kepompong-kepompong cantik itu pun ia ambil dan dibuat menjadi bros. Selanjutnya, kelahiran Bekri, Lampung, 23 Januari 1989 yang pintar membuat pernak-pernik itu, memakai bros buatannya ke kampus. Orang-orang di kampusnya pun kaget atau lebih tepatnya, mengagumi.

Kepompong-kepompong berwarna kuning keemasan itu, memiliki semacam motif/corak yang tidak beraturan, namun justru artistik

Dari situ dan celotehannya tentang Kepompong Ulat Sutera asli Indonesia ini, membuat pihak rektorat mendengar, memanggil, dan memintanya mengikuti pameran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Malang.

“Keberhasilan mengikuti PIMNAS, membuat saya melihat prospek cerah sekaligus potensi yang sangat besar pada Kepompong Ulat Sutera emas. Hal ini, juga semakin memantapkan niat saya untuk menjadikannya bisnis, yang sudah muncul sejak melihat kepompong-kepompong itu,” ungkap juara 1 lomba karya tulis wirausaha mahasiswa dalam PIMNAS Makassar ini.

Niat itu pun diwujudkannya, ketika ia lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa. Ia memperoleh dana hibah sekitar Rp7 juta, yang lantas dijadikannya modal kerja.

Sementara untuk tenaga kerja, ia memberdayakan teman-teman kuliahnya. Dan, untuk bahan bakunya, ia berburu hingga ke seluruh Jawa dan Sulawesi dengan harga Rp100 ribu−Rp150 ribu per kilogram, tergantung kualitasnya.

Namun, usaha yang diberi nama La Cocoonique itu tidak berjalan semulus yang dibayangkan. Terutama, dalam pencarian bahan baku dan kemungkinan persediaan sedang habis.

“Untuk mengatasinya, saya melakukan stok. Selain itu, juga menjadikannya bahan penelitian untuk tugas akhir saya, dengan mengajak para petani agar tidak membunuh ulat ini. Tapi, justru mengumpulkannya,” jelas juara 1 pameran produk di PIMNAS Bali ini.

 Kendala berikutnya, pemasaran. Menurut Citra, pada dasarnya, semua anggota masyarakat tertarik dengan produk yang mengarah pada aksesori wanita (bros, anting, gelang, kalung, cincin, tusuk konde, dompet, tas, dan sebagainya) ini, tapi mereka mengeluhkan harganya yang terbilang mahal.

“Kemudian, saya mengikuti coaching dan workshop yang mengajarkan tentang spesifikasi segmen. Selanjutnya, saya menata ulang segmen usaha saya dan mengubahnya dari segmen menengah ke bawah menjadi menengah ke atas. Berkaitan dengan itu, desain produk pun diubah. Saya juga tidak lagi menggunakan teman-teman, tapi mempekerjakan lima karyawan di bagian produksi,” katanya.

Citra juga membangun home industry di kawasan Manggarai (Jakarta) dan Cibeureum (Bogor), dengan kapasitas produksi 500 buah/bulan. Produk-produk ini, 50%−75% nya diserap pasar melalui sistem penjualan online.

Diakuinya, bisnis memang berisiko. Selalu saja ada masalah yang muncul. Tapi, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya.

Misalnya, secara pribadi, usaha yang dibangun awal Januari 2010 itu, sama sekali tidak mempengaruhi kuliahnya. Meski, kemudian, ia memutuskan menunda pembuatan skripsi dan konsentrasi di bisnis agar tidak tenggelam.

Selain itu, ternyata, pasar menerima produk-produknya dengan tangan terbuka. Di luar itu, dengan adanya isu go green, produknya pun didukung para pecinta lingkungan hidup.

Sementara Kepompong Ulat Sutera itu sendiri, mempunyai potensi yang sangat besar. Sebab, kepompong ini, jika nantinya dipintal akan menjadi benang sutera yang notabene bahan baku utama pembuatan kain.

“Mimpi besar saya, bila selama ini masyarakat dunia hanya mengetahui bahwa sutera berasal dari Cina dan Jepang, suatu saat, ketika mereka berbicara tentang Sutera Emas, maka yang terlintas dalam benak adalah Indonesia,” pungkasnya, optimis.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …