Home / Kolom / Aku yang Salah

Aku yang Salah

Oleh: Andrie Wongso

e-preneur.co. Suatu hari, tampak seorang pejabat mendatangi sebuah rumah besar. Di sana, tinggal keluarga besar yang cukup terpandang.

Sayangnya, mereka juga terkenal berperangai keras. Sehingga, sering terdengar percekcokan. Kadang, hal-hal sepele pun bisa menyulut kemarahan, mendatangkan pertengkaran. Bahkan, tidak jarang berakhir dengan baku hantam.

Dari dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara PRANG…gelas pecah. “Hei! Matamu ditaruh di mana? Gelas diam di situ ditabrak saja!”

Teriakan balasan pun segera bersambut, “Siapa suruh taruh gelas sembarangan di situ? Dasar goblok!” Dan seterusnya.

Satu sama lain saling menyalahkan dengan nada tinggi dan mau menang sendiri.

Si tamu pun segera berpamitan dengan tuan rumah, sebelum menyampaikan niatnya yakni memberikan undangan raja ke istana kepada keluarga yang terpilih karena keteladanannya.

 

***

Si pejabat melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi sebuah rumah besar lainnya. Setibanya di ruang tamu, terlihat seorang pemuda sedang mengepel lantai dengan tekun. Saat melihat ada tamu datang, segera dihentikan kegiatannya dan dengan ramah menyapa si tamu.

Dari arah yang berlawanan, tiba-tiba seorang pemuda yang lain melintas dengan cepat. Dan…GUBRAK. Disusul suara mengaduh. Dia terpeleset dan jatuh telentang!

Tergopoh-gopoh, si pemuda yang masih memegang tongkat pel, menghampiri sambil berseru, “Aduh…maaf…maaf. Aku yang salah, aku salah. Lantainya basah, bikin terpeleset. Di mana yang sakit, Kak?”

Sambil meringis menahan sakit, si Kakak yang terjatuh berkata, “Bukan, bukan salahmu Dik. Aku kok yang salah, jalan terburu-buru tidak melihat lantai masih basah. Tidak apa-apa. Teruskan aja ngepelnya”. Dia segera bangkit berdiri untuk menyambut kedatangan tamunya.

Menyaksikan peristiwa di hari yang sama di dua keluarga yang berbeda, si tamu sontak mengerti mengapa keluarga yang ini begitu disanjung oleh orang-orang di sekitar situ. Rukun, kompak, dan saling menyayangi satu sama lain. Entah siapa yang salah, satu sama lain saling mendahului untuk meminta maaf. Tidak berusaha mencari kesalahan yang lain dan membenarkan dirinya sendiri.

Sungguh mengagumkan! Inilah keluarga yang pantas menghadap ke baginda raja untuk menerima penghargaan ke istana kerajaan.

 

Catatan

Manusia di kehidupannya sehari-hari, seringkali hanya karena masalah sepele bisa menimbulkan percekcokan, pertengkaran, permusuhan, bahkan dalam skala besar bisa menimbulkan peperangan. Semua berpangkal pada keinginan memuaskan ego atau gengsi manusia yang merasa benar sendiri, mau menang sendiri.

Kalau hal itu tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka akan timbul dampak kelanjutannya berupa lahirnya kebencian, dendam, dan penderitaan yang berkepanjangan.

Jika manusia mampu meredam ego, mau menang sendiri, dan berinisiatif mengakui kesalahan, serta memohon maaf seperti cerita di atas, maka banyak masalah pertengkaran dan permusuhan bisa diredam, bahkan dihilangkan. Sebagai gantinya, akan lahir kedamaian dan keharmonisan yang seutuhnya.

Mengakui kesalahan sendiri membutuhkan jiwa besar dan berjiwa besar tentu membutuhkan belajar dan berlatih, di setiap kesempatan. Selamat mecoba!

 

Sumber: Entrepreneur Camp

Foto: freepik.com

Check Also

Pemenang Kehidupan

e-preneur.co. Suatu hari, dua sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Si penjual …