Home / Celah / Prospeknya Besar

Prospeknya Besar

grosirkita.com

 

Online business sering menjadi pilihan bisnis bagi mereka yang modalnya pas-pasan. Tapi, siapa yang menyangka, jika konsep bisnis ini pun bisa dijadikan pilihan bagi mereka yang tidak bisa berdagang dengan berhadapan langsung dengan konsumen. Dan, itulah yang dilakukan Abu Jalal yang walau “hanya” di belakang layar, mampu mengembangkan bisnisnya dari yang semula distributor, lalu menjadi produsen, yang semuanya dijalani dengan mulus

 

Pemasaran secara online itu lebih efektif dibandingkan offline

 

e-preneur.co. Tidak dipungkiri bahwa menikah membuat kebutuhan hidup bertambah. Karena itu, bagi mereka yang merasa gajinya tidak cukup, kondisi ini tentu saja akan membuat gelisah.

Setidaknya, hal ini terjadi pada Abu Jalal. Akhirnya, ia memutuskan resign dari pekerjaannya di sebuah pabrik di Cikarang dan menerjuni dunia wirausaha.

Namun, kemudian, disadarinya bahwa hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam kondisi menganggur, ia tidak bisa langsung berwirausaha. Abu Jalal pun mengadakan survey tentang bisnis apa yang nantinya dapat ia tekuni.

“Ternyata, dalam berbisnis itu membutuhkan modal besar. Padahal, modal saya cekak. Akhirnya, saya melirik bisnis online. Sebab, tidak memerlukan modal yang besar, tidak perlu sewa tempat, tidak perlu stok barang dalam jumlah banyak. Sementara produk yang saya pilih berupa tas, bukan makanan misalnya. Karena, makanan mempunyai masa kadaluarsa yang pendek. Sebaliknya tas, mempunyai masa kadaluarsa yang sangat panjang. Saya juga memilih berdagang atau menjualkan produk orang lain (sebagai distributor),” ungkap Abu Jalal.

Tahun 2010, usaha yang dinamai grosirkita.com itu pun dibuka. Usaha ini, menjual tas fashion berbahan kain kanvas dan jins untuk para perempuan dengan sistem grosir atau untuk dijual lagi. Untuk itu, ia mempunyai 11 supplier, di antaranya dari Bandung, Cimahi, dan Bogor.

grosirkita.com dibangun dengan modal Rp1 juta, yang ia gunakan untuk berbelanja barang yang akan dijual. Sementara untuk meng-online-kan produk tersebut, sarjana teknik industri dari Unversitas Pasundan ini melakukannya di warnet (warung internet). Bahkan, ia membuat sendiri website-nya.

Dalam perkembangannya, Abu Jalal juga membuat produk sendiri atau menjadi produsen produk yang sama, yang diberi “merek” Mordiva. “Hal ini saya lakukan, karena beberapa supplier kadangkala mengalami kesulitan dalam men-supply, seperti telat mengirim barang atau bahkan tidak mampu memenuhi pasokan. Di sisi lain, saya ingin memberdayakan masyarakat di sekitar tempat ini. Para ahli mengistilahkan bisnis saya ini: menaruh telur dalam keranjang yang berbeda,” katanya, ketika ditemui di kediaman sekaligus tempat penyimpanan barang dagangannya di kawasan Pakuan Regency, Bogor.

Mordiva dipasarkan melalui grosirkita.com atau secara online. Sebab, selama empat tahun berjualan secara online, ia menemukan pola bahwa pemasaran secara online itu lebih efektif dibandingkan offline. Dalam offline, untuk membuka toko saja dibutuhkan modal yang besar, sementara penyebarannya hanya di situ-situ saja.

“Mordiva dibuka awal tahun 2014 dan langsung mempunyai 15 distributor yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Bahkan, seharusnya lebih dari itu, namun saya batasi. Karena, saat itu, saya belum bisa memenuhi produksi,” ungkapnya. Sekadar informasi, sebagai distributor, Abu Jalal mempunyai sekitar 3.000 agen yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, ia melanjutkan, berbisnis secara online itu lebih cepat, terjangkau, dan murah. Di samping itu, adanya kebebasan waktu, meski tetap tidak bisa 24 jam. Konsumennya pun tidak terbatas, dalam arti, bisa menjangkau seluruh Indonesia tanpa si pengusaha perlu ke mana-mana.

“Di luar itu, secara pribadi, saya bukan orang yang bisa berjualan. Saya tipikal pemalu. Sehingga, dengan online business ini saya merasa diberi kemudahan. Karena, tidak perlu berhadapan langsung dengan orang-orang,” ucapnya.

Pada dasarnya, menurut Abu Jalal, baik online maupun offline business tidak ada bedanya. Jadi, meski berjualan secara online, tetap harus mempunyai stok barang.

“Tapi, kalau ditanyakan dalam membangun bisnis sebaiknya offline dulu atau online dulu, kembali kepada kondisi masyarakat kita saat ini yang cenderung semakin banyak menggunakan internet. Hal ini, setidaknya, bisa dilihat dari pengguna facebook saja yang lebih dari 66 juta orang. Artinya, prospek online business lebih besar daripada offline business,” tegasnya.

Namun, meski bisa berdagang nebeng facebook, misalnya, ia menyarankan untuk memiliki website sendiri. “Sebab, online business adalah bisnis kepercayaan. Sehingga, jika cuma nebeng di facebook, masyarakat kurang percaya,” imbuhnya.

Singkat kata, ia menambahkan, online business mempunyai prospek yang bagus. Sebab, online business merupakan bisnis masa depan. Sehingga, akan terus bertahan. Di luar itu, ini bukan sekadar tren.

“Berkaitan dengan itu, offline business harus bersiap-siap untuk beralih menjadi online business, kalau tidak ingin tertinggal. Sementara, bagi saya pribadi, dengan konsep bisnis semacam ini, bisnis saya berjalan mulus,” katanya.

Ke depannya? “Membesarkan usaha ini, termasuk produk saya sendiri. Karena, saya melihat prospeknya semakin besar dan pengguna internet di Indonesia semakin banyak, gadget yang digunakan semakin murah dan canggih. Sementara jalanan, semakin macet. Sehingga, orang-orang semakin malas keluar rumah. Dengan kata lain: kalau cuma mau beli satu atau dua barang, ngapain harus capek-capek keluar rumah, mending buka handphone dan bisa langsung bertransaksi,” pungkasnya.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …