Home / Celah / Alternatif Pangan yang Memiliki Manfaat Kesehatan

Alternatif Pangan yang Memiliki Manfaat Kesehatan

Beras Mutiara

 

Panen singkong dan jagung yang berlimpah, berimbas pada jatuhnya harga jual. Pantang putus asa, KUB Mutiara Baru Plumbon pun mengolahnya menjadi beras analog. Hasilnya, selain dapat mengurangi konsumsi terhadap beras yang biasa kita makan, beras yang diberi nama Beras Mutiara ini mempunyai manfaaat kesehatan. Imbasnya, diminati kalangan menengah ke atas

 

Berdasarkan penelitian dari Universitas Negeri Semarang dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diketahui bahwa Beras Mutiara mampu mengatasi diabetes dan dapat digunakan untuk diet

e-preneur.co. Ketika bahan pangan melimpah, maka yang terlintas dalam benak yakni mengolahnya menjadi berbagai produk. Hal semacam itu, juga dilakukan oleh sebuah kelompok PKK di Desa Plumbon, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah.

Kelompok PKK ini, kemudian membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama Mutiara Baru Plumbon. Sementara hasil olahannya berupa keripik singkong, sale pisang, rengginang, dan tepung mocaf. Sekadar informasi, mocaf berasal dari kependekan modified cassava flour atau tepung yang terbuat dari singkong.

Khusus untuk tepung mocaf, dibuat dengan menggunakan mesin yang merupakan bantuan dari dinas koperasi. Tapi, setelah menghasilkan tepung mocaf dalam jumlah yang sangat banyak, muncul masalah baru. Lantaran berwujud tepung, hanya sedikit yang terjual.

“Lalu, kami mengajukan masalah ini ke dinas tenaga kerja di Selang dan minta dilatih. Mengingat, saat itu sedang ada program pembuatan beras analog dan saya tertarik,” tutur Muhrodi, Ketua KUB Mutiara Baru Plumbon. Sekadar informasi, beras analog adalah salah satu jenis beras yang berbahan baku berbagai sumber karbohidrat, di antaranya tepung mocaf dan tepung jagung.

Selanjutnya, dengan lima rekannya, ia dilatih di Semarang atas prakarsa KKP (Kantor Ketahanan Pangan). Berdasarkan penelitian dari Universitas Negeri Semarang dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diketahui bahwa beras analog yang kemudian diberi nama Beras Mutiara tersebut baik bagi kesehatan. Dalam arti, mampu mengatasi diabetes dan dapat digunakan untuk diet.

“Meski masyarakat menanggapi dengan baik kehadiran Beras Mutiara, tapi kami ragu dengan pasarnya. Karena, pasti bukan masyarakat menengah ke bawah,” kisahnya. Ternyata, benar. Ketika dipasarkan ke warung-warung, masyarakat menengah ke bawah tidak begitu tertarik.

Akhirnya, KUB ini “melempar” Beras Mutiara ke pasar moderen. Hasilnya, bisa “berjalan”, meski pelan-pelan. “Mengingat, mesin yang kami gunakan hanya mampu menghasilkan 100 kg dalam sekali berproduksi. Sehingga, belum mampu memenuhi semua pesanan,” lanjutnya.

Kini, Beras Mutiara yang mayoritas penggemarnya dari etnis Tionghoa sudah dapat dijumpai di 23 cabang Indomaret, Toserba Jati Baru, dan Rita Pasaraya yang semuanya berlokasi di Kebumen. Selain itu, beras dengan tagline “Beras Sehat” ini juga dapat ditemui PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) dan Griya Pamer Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah).

“Melalui situs PLUT, diketahui bahwa Beras Mutiara juga telah memenuhi pesanan dari Bogor dan Riau. Tapi, sayang, masih terkendala oleh ongkos kirim yang lebih mahal ketimbang harga barangnya,” jelasnya. Beras Mutiara dijual dengan harga Rp10 ribu dalam kemasan plastik berbobot 500 gr, sementara untuk yang berbobot 250 gr dibandrol dengan harga Rp6 ribu.

Masalah sudah selesai? Belum. Mengingat, memasak beras ini tidaklah mudah. Jika tidak bisa memasaknya, maka hasilnya berupa nasi yang keras. Tapi, sebaliknya bila bisa memasaknya, maka akan dihasilkan nasi yang kenyal. Sementara untuk membuatnya enak, maka nasi sebaiknya diolah menjadi nasi uduk atau nasi goreng.

“Nasi ini tidak seenak nasi yang biasa kita makan. Karena itu, sebaiknya diolah menjadi nasi uduk atau nasi goreng. Kalau ingin menyantapnya begitu saja, maka sebaiknya lauknya sangat berbumbu,” ungkapnya.

Dalam waktu dekat, untuk mengatasi keribetan memasak Beras Mutiara, Mutiara Baru Plumbon yang memiliki 52 anggota ini akan menghadirkan Beras Mutiara cepat saji di mana untuk menyantapnya tinggal menuanginya dengan air panas, laiknya membuat mie instan. “Kami sedang menunggu mesinnya,” tambahnya.

Oh ya, Beras Mutiara yang tanpa bahan tambahan apa pun ini memiliki dua warna yakni putih dan kuning. Beras Mutiara putih terbuat dari jagung putih, sedangkan Beras Mutiara kuning terbuat dari jagung kuning.

Hal ini terjadi, ketika pasokan jagung putih berkurang, maka jagung kuning pun dijadikan pengganti. Namun, saat ini, masalah tersebut sudah teratasi berkat pasokan jagung dari Kecamatan Karanggayam. Meski begitu, Beras Mutiara tetap memiliki dua warna.

Beras Mutiara yang hadir pada tahun 2015, menurut Muhrodi, memiliki prospek bisnis yang bagus. Hal ini, dibuktikan dengan meningkatnya permintaan.

“Kalau dulu, dari 100 kg Beras Mutiara yang dihasilkan, hanya 100 kemasan @500 gr yang laku. Sekarang, minimal 800 kemasan. Bahkan, jika sedang ada permintaan atau pameran, bisa melonjak hingga 3.000 kemasan,” pungkas pria, yang atas nama KUB Mutiara Baru Plumbon menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2015 dari Presiden Joko Widodo. Menarik, bukan?

 

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …