Home / Inovasi / Kuat untuk Touring

Kuat untuk Touring

Motor Difable

 

Dulu, bagi para penyandang tunadaksa, bisa mengendarai sepeda motor hanyalah khayalan belaka. Tapi, setelah Tulus dan teman-temannya, melalui Motor 4 Difable, berhasil “menciptakan” Motor Difable, hal itu bukan mustahil lagi. Apalagi, dengan dikeluarnya SIM D bagi mereka. Imbasnya, Motor 4 Difable dan bengkel-bengkel yang mengkhususkan sepeda motor modifikasi seperti Motor Difable melaju orderannya

 

e-preneur.co. Lantaran menyandang cacat fisik, mereka dianggap tidak mandiri. Imbasnya, mereka akan memperoleh perlakuan istimewa dari masyarakat dan negara.

Namun, ternyata, mereka justru beranggapan itu sikap yang diskriminatif. Sebab, mereka juga memiliki kelebihan dan semangat untuk mandiri.

Setidaknya, hal itu telah ditunjukkan oleh Tulus Budi Prasetyo. Penyandang cacat polio sejak berumur dua tahun ini, menciptakan sepeda motor khusus bagi para penyandang tunadaksa yang disebutnya Motor Difable.

“Sekitar tahun 1990-an, saya meminta beberapa bengkel di Solo untuk memodifikasi sepeda motor saya. Tapi, sampai enam kali sepeda motor saya dimodifikasi, selalu saja muncul masalah. Seperti, rem belakang yang tidak ada, rantai yang tidak bisa disetel, bahan yang digunakan kurang berkualitas, dan sebagainya,” kisah pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, 12 Oktober 1972 ini.

Boleh dikata, dalam tempo 1−3 bulan, ada saja kerusakan di sana-sini. “Seolah-olah, mentang-mentang sepeda motor ini untuk orang cacat, maka dibuatnya asal beroda tiga,” lanjutnya.

Sekitar tahun 2008, ia memodifikasikan lagi sepeda motornya. Kali ini, di sebuah bengkel di kawasan Condet, Jakarta Timur, dengan biaya Rp7 juta. Hasilnya, setali tiga uang. Bahkan, sepeda motor itu hanya bertahan tiga bulan.

“Dari sini, saya menyimpulkan bahwa masih banyak bengkel yang cuma asal membuat sepeda motor roda tiga. Tanpa memperhatikan keamanan, kenyaman, dan ketahanan. Kondisi inilah, yang kemudian melatarbelakangi saya untuk membangun bengkel sendiri,” tutur sarjana statistika dari Institut Pertanian Bogor ini.

Motor 4 Difable, begitu nama bengkel berukuran 6 m x 5 m dan mempekerjakan dua karyawan yang berlokasi di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur, itu. Dibangun pada tahun 2009, dengan modal “berjamaah” sekitar Rp3 juta. Sementara konsep kerjanya yaitu made by order.

“Sebelum membuat Motor Difable, kami melihat dulu jenis kecacatannya (polio, amputasi, atau paraplegia, red.) dan alat bantu yang digunakan (tongkat, kursi roda, dan lain-lain, red.). Setelah itu, sepeda motor dibuat sesuai dengan kondisi pemakainya. Selain itu, hal-hal tersebut di atas juga untuk menentukan tarif pembuatannya,” ungkap IT Executive/Database Administrator PT Naviga Tech Asia ini.

Untuk tarif, Motor 4 Difable membebankan tarif yang berbeda untuk sepeda motor bebek dan sport dengan sepeda motor matic. Besar kecilnya tarif tersebut, ditentukan oleh item-item yang diminta pemesan.

Nyaman, aman, dan tahan lama

Sedangkan untuk jenis dan merek sepeda motor yang akan dimodifikasi, tidak ada kriteria khusus. “Yang penting, masih jalan, double starter, remnya nyala, dan lain-lain. Pokoknya, sepeda motornya sehat dan setelah dimodifikasi akan membuat si penyandang cacat bisa memakainya secara nyaman, aman, dan motornya tahan lama (safety, stability, dan durability),” tegasnya.

Masa bertahan si sepeda motor, menjadi fokus utama Motor 4 Difable. Untuk itu, bengkel yang setiap bulannya menerima pemesanan 2−3 unit ini menggunakan peralatan yang berkualitas, yang disesuaikan dengan pengendaranya yang notabene sepanjang hidupnya akan mengalami kecacatan. “Motor Difable ini kuat lho untuk touring,” kata Tulus, yang di bengkel ini menempati posisi sebagai kreator.

Namun, tidak berarti penyandang cacat yang semula tidak bisa mengendarai sepeda motor mendadak bisa mengendarainya. Bahkan, mereka yang pada awalnya bisa mengendarai sepeda motor biasa pun harus di-training dulu dalam penggunaannya, selama tiga hari, Karena, adanya perbedaan yang signifikan dengan sepeda motor pada umumnya.

Di samping training, Motor 4 Difable juga mengajari para pemakaianya dalam merawat maupun bila muncul masalah pada sepeda motor tersebut. Sehingga, si pemakai bisa memberi tahu apa masalahnya ketika dibawa ke bengkel umum. “Bisa juga dibawa ke Motor 4 Difable, jika lokasinya tidak terlalu jauh,” ucap Tulus, yang memberi garansi perbaikan tiga bulan setelah dibuat.

Motor 4 Difable menyarankan, untuk sementara, Motor Difable dikendarai di sekitar tempat tinggal mereka terlebih dulu. Bukan di jalan raya. Bila selanjutnya ingin mengendarainya di jalan raya, maka mereka harus memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) D yang sejauh ini baru diberlakukan di Surabaya dan Yogyakarta.

“Sama halnya dengan pengambilan SIM pada umumnya, di sini juga ada tes tertulis dan tes drive yang tentu saja menggunakan Motor Difable. Penggunaan Motor Difable, sekaligus juga untuk mengetahui apakah sepeda motor tersebut sudah layak jalan atau belum,” ujarnya.

Sebenarnya, Tulus memaparkan, usaha ini dapat dijalankan dengan sistem pembuatan masal. Tapi, kendalanya yaitu pertama, tidak ada kerja sama dengan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek). Kedua, keinginan konsumen hanya pada merek-merek favorit. Sementara jika nekad menggunakan sepeda motor yang murah, kuatirnya justru tidak ada yang mau membeli.

Ketiga, tidak semua penyandang cacat mempunyai penghasilan atau bahkan tertarik dengan Motor Difable. Keempat, besarnya biaya pengiriman jika ada permintaan dari luar Jawa. “Seperti permintaan dari Kalimantan sebanyak lima unit yang tidak dapat kami penuhi,” ucapnya.

Karena itu, banyak sekali permintaan untuk membuka cabang. Di sisi lain, jumlah orang cacat dari waktu ke waktu terus bertambah. Dan, selama aksesnya belum bagus, maka jalan satu-satunya yaitu memodifikasi sepeda motor mereka. Atau, dengan kata lain, secara bisnis, prospek usaha ini sangat bagus.

Tidak mengherankan, bila saat ini modifikator-modifikator besar mulai melirik bisnis ini. “Apalagi, usaha semacam ini, khususnya Motor 4 Difable, belum mampu memenuhi 5% kebutuhan yang ada,” pungkas Tulus, yang telah menerima pemesanan dari Padang, Bengkulu, dan Bandung.

 

Catatan:
  • Usaha ini dijalankan dalam ruangan seluas minimal 4 m x 5 m.
  • Karyawan hanya digaji bila ada pemesanan.
  • Bila usaha berada di rumah tinggal, biaya lain-lain dapat ditiadakan.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …