Home / Liputan Utama / Ini Model Bisnis Masa Depan

Ini Model Bisnis Masa Depan

QNet

Diakui atau tidak, sejak beberapa waktu lalu, dalam dunia marketing telah terjadi pergerakan dari yang semula offline menjadi online. Dan, QNet yang sejak awal sudah mempunyai platform e-store pun segera masuk ke Indonesia, untuk penetrasi market internetnya yang sudah mulai sangat bagus. Imbasnya, sekarang, perusahaan ini sudah advanced di negara ini

[su_pullquote align=”right”]Bisnis online dapat dijalankan 24 jam dan tidak mengenal batas. Itu artinya, bisnis ini dahsyat sekali![/su_pullquote]

e-preneur.co. Dalam dunia bisnis, Indonesia diketahui sebagai salah satu market yang besar. Tidak mengherankan, jika banyak negara memasukkan produk atau perusahaan mereka ke Bumi Nusantara ini.

Salah satu dari perusahaan-perusahaan tersebut yaitu QNet, sebuah perusahaan networking atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah direct selling. Perusahaan yang didirikan di Hong Kong pada tahun 1998 ini, masuk ke Indonesia atau Jakarta, tepatnya, pada tahun 1999.

Di sisi lain, pada saat perusahaan yang berkantor pusat di Hong Kong itu masuk ke Indonesia, negara kita sedang mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan semua sektor formal berada dalam kondisi susah. Imbasnya, sebagai salah satu sektor informal, QNet pun menjadi pilihan.

QNet berbasis online. “Jadi, kalau mau berbelanja/bertransaksi harus melalui e-store. Setelah mengisi formulir dan memenuhi semua persyaratan, kemudian yang bersangkutan didaftarkan ke e-store. Sehingga, ia akan mempunyai virtual account/virtual office, dalam arti, ia mempunyai user ID dan password yang dapat ia kelola sendiri. Persyaratan itu, diberlakukan bagi mereka yang ingin menjadi member,” jelas Bangun Simbolon, General Manager PT QN International Indonesia (QNet).

Ada pun persyaratan yang dimaksud yaitu yang bersangkutan berumur minimal 18 tahun, mempunyai KTP (Kartu Tanda Penduduk), mengisi formulir, dan membayar biaya registrasi. “Jika yang bersangkutan ingin menjalankan bisnisnya, maka selain menikmati manfaat produknya, ia juga harus menceritakan pada orang-orang terdekatnya,” ujar Bangun.

IMG_1600

Perlu diketahui bahwa QNet tidak hanya menawarkan keuntungan menggunakan produknya, tapi juga menawarkan solusi kepada mereka yang tidak mendapat pekerjaan atau mempunyai keterbatasan dalam menjalankan bisnis konvensional, terutama dalam pengalaman dan permodalan.

Sementara bagi mereka yang sekadar ingin membeli produk, tinggal mendaftarkan diri saja. “Tapi, yang bersangkutan tidak akan mendapat berbagai benefit atau keuntungan bisnisnya, seperti poin, komisi, bonus, dan lain-lain,” tambahnya.

Seperti dikatakan di atas, QNet mengusung konsep online.Menurut Bangun, karena saat ini dunia sedang bergerak dari offline ke online. Hampir semua bisnis sedang bergerak ke arah itu dan QNet tidak mau ketinggalan.

“Kami merasa, inilah saatnya kami masuk. Apalagi, penetrasi market internet di Indonesia sudah mulai sangat bagus. Dan, boleh dikata, kami sudah duluan. Ketika orang-orang lain baru mulai, dari awal kami sudah mempunyai platform 100% di e-store. Sekarang, kami advanced di sini. Tidak mengherankan, jika para founder kami disebut para visioner,” ucap sarjana hukum dari Universitas St. Thomas ini.

Apalagi, ia melanjutkan, bisnis online mempunyai banyak kehebatan. Pertama, dapat dijalankan 24 jam. Kedua, tidak mengenal batas (borderless) di mana hal ini tidak dapat diperoleh dari bisnis konvensional.“Jadi, kalau bisnis Anda bisa dijalankan 24 jam dan tidak ada batas negara itu dahsyat sekali!” tegasnya.

Di luar itu, hampir tidak ada risiko dan modal. “Ibarat kata, dijalankan di kamar mandi pun bisa, di tempat tidur pun bisa, atau di mana pun Anda berada. Bahkan, dalam kondisi Anda hanya memakai (maaf) celana kolor,” imbuhnya.

Berkaitan dengan itu, ada yang mengatakan bahwa bisnis online merupakan bisnisnya para Ibu Rumah Tangga atau bisnis rumahan. Mengingat, para Ibu Rumah Tangga menghabiskan hampir seluruh waktu mereka di dalam rumah. Lalu, mereka berinisiatif untuk membantu keuangan keluarga, tanpa perlu meninggalkan rumah. Dari sinilah, bisnis online pun disebut bisnis rumahan.

Namun, faktanya, dalam bisnis ini juga diperlukan kantor. Seperti halnya QNet, yang membangun kantornya di Sona Topas Tower, kawasan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan.

“Pada awalnya, kami ingin pure e-store. Tapi, dalam masa transisi dari konvensional ke online, ada karakter market di Indonesia di mana jika tidak melihat kantornya, mereka tidak akan percaya. Sehingga,limited office pun kami buka bukan hanya di Jakarta, melainkan juga di Bali dan Surabaya,” kata kelahiran Medan, 10 Maret 1972 ini.

Apalagi, jika dikaitkan dengan tahun 1999, ketika internet masih jarang. Sehingga, mereka mencemaskan berbisnis dengan konsep seperti ini. Kalau pun ada istilah percaya tanpa melihat, tapi market belum. Market baru percaya setelah melihat, meski hanya pada awalnya. “Dengan kata lain, untuk market Indonesia kantor perwakilan harus ada,” tambah Wita Dahlan, Corporate Communications Manager QNet.

Dilihat dari produk dan harganya, seperti produk untuk perawatan diri, produk kebutuhan rumah tangga, produk kecantikan, aksesori, produk untuk meningkatkan energi, dan collection sangat jelas QNet menyasar masyarakat menengah ke atas. Tapi, dilihat dari peluang bisnisnya, fakta di lapangan menunjukkan justru dari kalangan menengah ke bawah. Sebab, ketika mereka mempunyai keterbatasan dalam pengalaman dan modal untuk menjalankan bisnis, untuk mengubah hidup mereka, mereka melihat ini usaha yang dapat mereka lakukan dan tanpa risiko besar. Bisnis ini modalnya relatif kecil dan risikonya sangat minim.

“Yang kami lihat di lapangan, menengah ke atas jalan dan menengah ke bawah jalan. Inilah model bisnis di masa depan dan sangat dahyat perkembangannya, selalu tumbuh di atas dua digit. Jadi, ini hanya masalah waktu saja.Ini suatu keniscayaan, mau tidak mau, bisnis ini akan menguasai. Sehingga, bisnis yang pemasarannya konvensional pun akan ‘lari’,” kata pria, yang menguasai Bahasa Inggris dan Korea ini.

Namun, jika dibenturkan dengan pemikiran market di Indonesia di mana membeli barang secara online itu bagai membeli kucing dalam karung?“Itu salah satu pengalaman kami, sehingga membuat e-store sedemikian rupa yang mendeskripsikan produk dengan jelas. Kondisi ini membuat tidak ada complain, karena barang yang diterima tidak sesuai gambar. Tapi, jika muncul masalah dalam pengiriman dan mereka complain, kami akan melakukan penggantian produk dan menanggung ongkos kirimnya,” tegasnya.

Tidak mengherankan, jika sampai sejauh ini, perjalanan bisnis perusahaan yang mendapat sertifikat dari TRUSTe karena mampu menangani informasi pribadi para pelanggannya dengan penuh privasi ini sangat mulus. “Buktinya, dalam 10 tahun terakhir ini kami stabil. Kalau pun ada masalah itu biasa, karena ini sebuah cara baru.Sehingga, konsumen masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.Mereka masih menyamakan kami dengan scan, money game, dan hal-hal lain seperti itu. Di luar itu, juga adanya penjelasan-penjelasan dari para distributor kami yang kurang pas, sehingga muncul kesalahpahaman. Meski begitu, so far, boleh dibilang, dalam 10 tahun terakhir ini kami stabil, tidak ada ‘turbulensi’ yang berarti,” tambahnya.

Bahkan, ia melanjutkan, tahun ini merupakan tahun yang sangat menantang bagi QNet. “Kami melihat peluang market yang masih dapat kami explore. Kendati, ada banyak strategi yang harus dilakukan untuk itu. Berkaitan dengan itu, kami akan meluncurkan tiga produk baru yaitu kopi, suplemen stamina untuk laki-laki, dan oil,” katanya.

Prospeknya? “Sangat bagus! Terserah orang mau melihatnya dari sisi negatif, menolak, atau apa pun tapi bisnis ini keniscayaan, tidak bisa dibantah. Bahkan, kami meminta pemerintah untuk terus membantu bisnis ini agar bisa berkembang seperti Malaysia, yang memiliki 200 perusahaan yang tersebar ke seluruh dunia. Sehingga, jutaan dolar devisa pun masuk ke negara itu di mana imbasnya ringgit pun menguat. Saya ingin, Indonesia bukan hanya sebagai pasar tetapi juga pemain!” tegasnya.

Check Also

Harus Pandai Membaca Karakter Orang

Fairuz (Redline Bags)   Membangun bisnis di dalam bisnis dan satu sama lain berhubungan itu …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *