Build a Bike
Agar sepeda tidak lagi dipandang sekadar tunggangan, apalagi hanya berkutat di kalangan masyarakat kelas bawah, Arifin Tedja pun membangun Build a Bike, sebuah butik sepeda yang tertata apik. Imbasnya, masyarakat menengah ke atas yang concern dengan gaya hidup sehat pun menanggapi dengan baik
e-preneur.co. Pada suatu waktu nanti, sepeda pancal akan menemukan popularitasnya kembali. Seperti, sebelum transportasi berpenggerak mesin merajai jalanan. Begitulah keyakinan Arifin Tedja, pemilik Build a Bike.
“Global warming dan kenaikan harga fuel akan mengubah pola pikir masyarakat,” kata pengusaha muda, yang memiliki passion kuat di bidang sepeda ini. “Di sisi lain, sekarang, orang-orang mulai menyadari arti penting bersepeda dalam kaitannya dengan gaya hidup sehat. Itu sebabnya, growth pengguna sepeda semakin tinggi,” imbuhnya.
Arifin Tedja membangun Build a Bike di Slipi, Jakarta Barat, pada tahun 2003. Hal ini, berawal dari pengamatannya terhadap tren sepeda ketika menuntut ilmu di Construction Management di Ohio State University, Amerika Serikat (AS). Di Negara Paman Sam itu, sepeda tidak dijajakan di tempat-tempat yang semrawut dan gelap, melainkan di sebuah store dengan desain yang elok dan tertata rapi.
Sepulang dari AS, ia langsung mendirikan butik sepeda, sekaligus melamar pekerjaan dengan posisi distributor untuk Indonesia bagi sepeda bermerek Specialized. Dagangan utama Build a Bike ini merupakan sepeda kayuh top premium dari AS. Sebagian besar juara dunia balap sepeda menggunakan Specialized.
“Tim desain mereka kuat, research and development mereka yang terbesar, dan teknologi mereka juga paling maju. Motto mereka ‘Innovate or Die’,” jelasnya.
Karena itu, setiap tahun, Specialized selalu melakukan inovasi. Meski, tidak dilakukan secara menyeluruh, melainkan bagian per bagian. Setelah tiga tahun, inovasi baru dilakukan secara menyeluruh, sebagaimana yang dilakukan berbagai industri mobil.
Dengan konsep butik, tidak ada lagi kesan kumuh, gelap, dan kotor. Sepeda juga dipajang dengan tatanan yang apik
Build a Bike menyediakan berbagai kategori sepeda, seperti Mountain Bike, Road Bike, BMX, City Bike hingga Kids Bike. “Yang belum ada cuma Rampage Bike. Mengingat, pasar sepeda ini sangat tersegmentasi. Bahkan, di negara-negara maju sekali pun belum tentu ada sepeda jenis ini,” ungkapnya.
Masing-masing kategori sepeda, Arifin melanjutkan, mengalami pertumbuhan yang bagus. Kendati, Road Bike tetap yang paling diminati. “Sementara dari sisi konsumen, entry level yang paling banyak,” tambahnya.
Namun, Build a Bike bukan hanya menjajakan sepeda, melainkan seluruh pernak-pernik sepeda mencakup asesori dan apparel dari merek-merek papan atas dunia. Arifin juga menyediakan informasi dan konsultasi segala hal tentang sepeda kepada para penggunanya, baik pengguna pemula maupun profesional.
“Dengan konsep butik, tidak ada lagi kesan kumuh, gelap, dan kotor. Sepeda juga tidak ditumpuk atau disandarkan begitu saja, tapi dipajang dengan tatanan yang apik,” ujarnya.
Imbasnya, konsep yang diadopsi dari negara-negara maju ini bisa diterima Masyarakat Indonesia. Terbukti, Build a Bike tidak hanya dapat dijumpai di Jakarta, tapi melalui cabang-cabangnya juga dapat ditemui di Surabaya dan Bali, serta Tangerang. Selain itu, Arifin juga telah memasok Specialized ke sejumlah dealer sepeda di berbagai kota di Indonesia.
Sementara dilihat dari konsumennya, berasal dari kalangan mapan. “Dilihat dari sisi usia, mereka berumur di atas 30 tahun,” ucap Arifin, yang menjual sepeda-sepedanya dengan harga mulai dari Rp20 juta.
Target? Arifin ingin memperkuat service center, khususnya untuk suspensi Specialized. Untuk itu, ia mengirim beberapa karyawannya untuk menimba ilmu ke AS. “Dengan terealisasinya target ini, maka Build a Bike menjadi satu-satunya butik sepeda yang memiliki service center,” pungkas Arifin, yang memindahkan bisnisnya ke Ruko Graha Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara.