Home / Celah / Solusi Agar Anak Tidak Home Alone

Solusi Agar Anak Tidak Home Alone

Taman Bina Balita Sylva

Bisnis jasa penitipan anak masih prospektif. Tercatat ada puluhan juta anak yang belum terlayani fasilitas ini. Sebuah peluang yang sayang bila tidak ditangkap, bukan?

[su_pullquote align=”right”]Data Badan Pusat Statistik menyebutkan baru sekitar 75% balita yang dapat ditampung TPA. Mengingat, jumlah TPA di Jakarta masih sangat sedikit[/su_pullquote]

 e-preneur.co. Pernahkah Anda berpikir bahwa kehadiran tempat penitipan anak (TPA) di Jakarta, khususnya, kini juga telah menjadi sebuah kebutuhan, terutama bagi orang tua yang bekerja? Hal ini terjadi, karena mereka merasa tidak leluasa meninggalkan buah hati mereka di rumah.

TPA-2Keberadaan pembantu rumah tangga atau pengasuh anak memang dapat menjadi jalan keluar. Tapi, tidak semua orang tua bisa memperoleh orang yang sreg bagi anak-anak mereka atau tepat pada waktu diperlukan. Menitipkan pada Kakek-Nenek, juga bisa menjadi alternatif lain. Namun, hal ini tidak mungkin dapat dilakukan dalam jangka waktu lama. Mengingat, keterbatasan yang dimiliki kaum lansia (lanjut usia, red.) ini.

Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah TPA di ibukota negara ini, ternyata masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), yang memerlukan jasa TPA. Tercatat, di Kota Metropolitan ini terdapat lebih dari 26 juta balita, sekitar 19 juta di antaranya belum dapat dilayani fasilitas ini.

TPA-4Dari sekian TPA yang kini ada di seluruh Jakarta, tersebutlah Taman Bina Balita Sylva (baca: Sylva, red.). Meski diperuntukkan anak-anak, jangan pernah Anda membayangkan TPA yang dibentuk oleh Ibu-ibu Dharma Wanita Departemen Kehutanan (sekarang: Kementerian Kehutanan/Kemenhut, red.) untuk membantu para karyawati yang bekerja di lingkup Manggala Wanabhakti ini, seperti Taman Kanak-kanak. Sebab, di TPA yang dibentuk pada 16 Februari 1993 ini, Anda tidak akan menjumpai ayunan atau mainan-mainan lain khas anak-anak. Bila Anda mau sedikit melongok ke dalam, justru akan dijumpai ruang tidur bayi dan balita, ruang bermain, ruang belajar, ruang mandi, ruang makan, dapur, dan sebagainya.

“Sylva dibentuk dengan pertimbangan bahwa setelah cuti melahirkan berakhir dan para Ibu harus kembali bekerja, biasanya mereka merasa tidak nyaman. Karena, harus meninggalkan bayi-bayi mereka yang masih membutuhkan ASI (Air Susu Ibu, red.) di rumah,” jelas Budi Surahmanto, pengurus harian Taman Bina Balita Sylva.

Dalam perkembangannya, TPA yang menerima anak-anak berumur 3 bulan−6 tahun ini, tidak hanya menerima anak-anak para karyawati di lingkup Manggala Wanabhakti, tapi juga dari kantor-kantor di sekitarnya. “Kami membebankan biaya yang berbeda untuk umum dan karyawati Kemenhut yang terbagi menjadi biaya penitipan harian, mingguan, dan bulanan,” kata Billy Hindra, pengurus harian Taman Bina Balita Sylva.

Sistem harian, biasanya terjadi menjelang dan setelah lebaran atau kala liburan sekolah. “Pada saat itu, pembantu kan mudik, sedangkan si Ibu belum libur atau sudah harus kembali bekerja. Nah, saat itulah, kami mengalami ‘musim panen’. Karena, jumlah peminat bisa meningkat hingga 100%. Di sisi lain, saat ‘kehidupan kembali berjalan normal’, kami nggak begitu terpengaruh,” imbuh Billy.

Imbal baliknya? “Anak-anak yang telah berumur lebih dari satu tahun akan mendapat makanan ringan pada pagi dan sore, serta makan siang. Bila harus dimandikan, kami mandikan. Sehingga, pulang ke rumah sudah wangi. Mereka juga diajari bagaimana caranya makan sendiri, ke kamar mandi sendiri untuk buang air kecil atau menggososok gigi, menggambar, menyanyi dengan bantuan video player, dan sebagainya,” ucapnya.

Untuk yang berkaitan dengan pelajaran sekolah, seminggu tiga kali Sylva mendatangkan tenaga pengajar. Sedangkan yang berkaitan dengan kesehatan, TPA yang tidak menerima anak-anak special need sebab belum memiliki tenaga profesional untuk menanganinya ini memiliki perawat sendiri dan menjalin kerja sama dengan dokter-dokter di poliklinik setempat. “Ibu mereka pun bisa menengok setiap saat untuk menyusui, menyuapi, atau sekadar bermain,” tambahnya.

Fasilitas yang diberikan TPA yang dibuka pada jam 07.30−16.00 ini, menjadikan anak-anak tersebut lebih mandiri dan secara fisik lebih sehat. “Kami memantau kesehatan mereka dengan kartu menuju sehat,” ungkapnya.

Sedangkan bagi anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah, mereka memiliki kegiatan yang lebih baik sepulang sekolah dan kembali lagi ke Sylva, misalnya makan lebih teratur, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), lebih aman bila harus keluar ruangan karena selalu ada petugas satuan pengamanan (satpam) yang mengantar, dan lain-lain.

Selama ini, TPA selalu berada di bawah naungan kementerian, instansi, kedinasan, atau perusahaan. Di samping itu, selalu berlokasi di dalam gedung perkantoran. Padahal, TPA juga dapat dibangun oleh perseorangan, dengan lokasi di perumahan yang cukup dekat dengan perkantoran dan dengan lingkungan relatif aman. Lalu, tambahkan beberapa fasilitas pendukung seperti tenaga pendidik yang mengetahui perkembangan anak, mainan-mainan anak, dan sebagainya. Apalagi, permintaanya masih sangat banyak. Tidakkah Anda berminat menangkap peluang ini?

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *