Home / Celah / Juga Disukai Masyarakat Mancanegara

Juga Disukai Masyarakat Mancanegara

Kerupuk Kulit (Arizma)

Awalnya, Kerupuk Kulit hanya makanan ringan masyarakat menengah ke bawah. Dalam perjalanannya, masyarakat menengah ke atas juga menyukainya. Bahkan, masyarakat Singapura dan Dubai juga menyukai Arizma, Kerupuk Kulit buatan Etty

e-preneur.co. Kerupuk, selain enak dimakan begitu saja, juga nikmat dijadikan makanan pelengkap atau tambahan. Tidak mengherankan, bila macam kerupuk semakin banyak. Salah satunya yaitu Kerupuk Kulit.

Kerupuk ini, sebenarnya makanan masyarakat menengah ke bawah. Mengingat, dibuat dari Kulit Sapi. Tapi, dalam perjalanannya, masyarakat kalangan atas juga menyukainya.

Adalah Etty Lasmini, salah satu pembuat Kerupuk Kulit di kawasan Mampang Prapatan XI, Tegal Parang, Jakarta Selatan. Pada mulanya, ia melihat adanya peluang dari pekerjaan suaminya yang seorang tukang jagal.

Etty membantu sang suami mengantar Kulit Sapi ke sebuah rumah makan, yang memang memesannya untuk nantinya dijadikan Kerupuk Kulit. Dalam suatu kesempatan, ia melihat bagaimana caranya membuat kerupuk itu. Lalu, ia mencoba membuatnya di rumah dan berhasil.

Pada tahun 1995, dengan modal awal Rp800 ribu, ia membeli kayu bakar dan penggorengan. Kemudian, Etty mencoba menjualnya dengan harga Rp20 ribu/bungkus. Ternyata, mendapat sambutan yang bagus dari konsumen

Mampu meraup omset hingga Rp50 juta/bulan

Selanjutnya, Ibu dari enam anak ini memberanikan diri memasukkan Kerupuk Kulitnya ke rumah makan, restoran, supermarket, dan pasar grosir. “Alhamdulillah diterima,” tuturnya.

Keberhasilan Etty menarik perhatian para tetangganya. Ia menyambutnya dengan mengajak membuat Kerupuk Kulit bersama-sama di sebuah lapangan. Untuk itu, ia mendapat pinjaman dana dari BKKBN (Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional). “Kemudian, Kerupuk Kulit itu dijual oleh masing-masing pembuatnya dan hasil penjualannya juga untuk mereka,” ucapnya.

Dalam perjalanannya, ketika peminat Kerupuk Kulit itu semakin banyak, warga binaan Etty pun memberi nama pada masing-masing Kerupuk Kulit buatan mereka. Sementara Etty, memberi nama produknya “Arizma”.

Dalam sehari, perempuan kelahiran Tasikmalaya, 5 Juni 1959 dan enam pegawai tetapnya mampu membuat sekitar 200 kg Kerupuk Kulit. Menjelang lebaran, lantaran pesanan meningkat, mereka bisa membuatnya sampai 500 kg.

Dari usaha Kerupuk Kulit ini, dalam sebulan, Etty mampu membukukan omset rata-rata Rp50 juta. “Lalu, saya membaginya ke Rizal, rekan kerja saya. Selanjutnya, kadang, omset itu saya gunakan untuk pemberdayaan warga. Selain itu, juga untuk membiaya sekolah anak-anak saya sampai mereka sarjana,” ungkap Ibu RT (Rukun Tetangga) ini.

Kerupuk Kulit “Arizma”, selain diminati oleh orang-orang di sekitar lingkungannya, juga oleh para konsumen hampir di seluruh Indonesia. “Saya sering bertemu dengan para konsumen dari luar kota melalui pameran, lalu kami saling bertukar nomor telepon,” kisah Etty, yang selalu mendapat jatah tempat setiap PRJ (Pekan Raya Jakarta) berlangsung.

Bahkan, atas bantuan Ketua Pelatihan Dinas Perindustrian dan Energi, perempuan tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) itu mendapat kesempatan untuk mengekspor Arizma ke Singapura dan Dubai. Di samping itu, karena ada unsur sosial (mempekerjakan anak-anak pengangguran dan mantan pemakai narkoba, red.), Etty juga sering mendapat penghargaan. Mulai dari (mantan) Presiden Soeharto pada tahun 1997, Mitra Karya Pratama, UKM Award dari PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Satuan Pengamanan, dan sebagainya.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …