Home / Senggang / Resto Area / Ketika Orang Miskin Kreatif

Ketika Orang Miskin Kreatif

Lenjongan

Berada di bawah tekanan penjajah Belanda, justru membuat masyarakat Solo yang miskin kreatif. Mereka menciptakan lenjongan yang dalam perjalanannya menjadi salah satu jajanan tradisional khas Solo, yang masih dicari oleh penikmat kuliner hingga saat ini

e-preneur.co. Demi mengisi perut, masyarakat Solo yang miskin dan tertindas pada masa penjajahan Belanda mengolah singkong menjadi berbagai makanan kecil atau yang dikenal dengan istilah lenjongan. Tapi, dalam perjalanannya atau sekitar tahun 1990an, lenjongan justru menjadi jajanan tradisional khas Solo yang terus ada sampai saat ini.

Lenjongan yang mayoritas terbuat dari singkong itu terdiri dari thiwul, gethuk, klepon, ketan ireng, ketan putih, cenil, gathot, sawut, dan jongkong. Dalam penyajiannya, ditambahi parutan kelapa dan gula pasir atau gula merah cair. Namun, “isian” makanan yang tanpa tambahan bahan pengawet dan pewarna ini ini bisa disesuaikan dengan selera masing-masing pembeli dan tidak semua “isian” harus dicampur menjadi satu.

Thiwul, gethuk, klepon, ketan ireng, ketan putih, cenil, gathot, sawut, dan jongkong itu kemudian ditambahi parutan kelapa dan gula pasir atau gula merah cair

Kudapan yang memadukan rasa gurih dengan rasa manis ini dapat ditemui di Pasar Gede. Dari pengamatan e-preneur.co secara selintas, di sini terdapat tiga penjual lenjongan. Tapi, lenjongan Yu Sum yang paling diminati pembeli.

Mungkin, karena lenjongan Yu Sum yang paling lengkap. Dan, Yu Sum yang telah berjualan lenjongan lebih dari 30 tahun itu membandrol lenjongannya dengan harga Rp5 ribu/bungkus.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …