Home / Agro Bisnis / Prospeknya Cerah, Omsetnya Indah

Prospeknya Cerah, Omsetnya Indah

Merpati Jacobin

 

Merpati tak pernah ingkar janji. Hal itu, setidaknya dibuktikan dengan potensi bisnisnya yang selalu bagus. Terutama, pada merpati hias atau lebih tepatnya Merpati Jacobin

 

[su_pullquote]Anakan Jacobin yang sudah lepas sapih bisa dijual dengan harga mulai dari Rp500 ribu sepasang[/su_pullquote]

e-preneur.co. Siapa saja bakal jatuh cinta, ketika melihat tampilan merpati hias. Sebab, jika diamati, burung yang satu ini seperti seorang model yang tengah memperagakan busana di atas catwalk. Penampilan mereka begitu elegan, dengan bulu-bulu halus dan berumbai yang menawan. Di sisi lain, perawatan dan pemeliharaannya tidak ribet, cukup mudah.

Imbasnya, burung yang masuk Keluarga Columbidae dan dari Ordo Columbiformes ini diburu para penggemar burung hias. Dengan demikian, ia juga memiliki peluang bisnis yang cerah. Tapi, meski peminat atau konsumennya dari hari ke hari semakin bertambah baik itu yang ada di Jawa maupun luar Jawa, sampai sejauh ini, pelaku bisnisnya masih terbatas. Sehingga, merpati hias hanya dijadikan alternatif klangenan bagi para penggemar burung hias.

Menurut Bambang Susetyono, salah satu peternak merpati hias di Madiun, burung ini memiliki beragam jenis. Seperti, Jacobin, Fantail, Lahore, Gazy Modena, King U, Wina, Pouter, Kriting, Indian Fantail, Gondok, Black Nun, dan lain-lain. Di antara mereka, Jacobin lah yang paling populer dan bernilai tinggi.

Istilah Jacobin, ternyata, mengacu pada topi yang dipakai para Pendeta Jacobin. “Jika dilihat, bulu-bulu di sekitar leher Jacobin seperti sebuah topi atau payung yang naik ke atas, menutup kepala burung. Untuk Jacobin yang istimewa atau grade-A, bulu-bulunya bisa sangat halus, lembut, dan panjang. Jenis ini harganya bisa sangat mahal di pasaran,” ungkap Bambang, yang memulai bisnis peternakan merpati hias pada tahun 2007.

Dan, seperti telah dikatakan di atas bahwa merpati hias pada umumnya mudah dalam perawatan dan pengembangbiakannya. Untuk pakan, Bambang memberi jagung dan karak (nasi kering, red.) sehari dua kali, yang diselingi dengan beras merah. Selain itu, air bersih untuk minum juga diganti setiap hari.

Bambang tidak memberikan jerami atau sekam di dalam rumah-rumahan, tapi pasir kering. Menurutnya, pasir ini selain membantu pencernaan burung, juga berfungsi untuk menghangatkan telur.

Sistem ternak merpati hias, pengajar Bahasa Inggris di MAN 2 Ponorogo ini melanjutkan, ada tiga cara. Pertama, sistem umbaran. Tapi, sistem ini hampir tidak dianjurkan dalam memelihara merpati hias. Karena, kemungkinan hilang sangat besar.

Kedua, sistem battery di mana satu pasang merpati dimasukkan dalam satu kandang battery. Ukuran kandang yang umum dipakai yaitu 17 cm x 50 cm x 50 cm. Kelebihan sistem ini yakni produktivitas bisa digenjot dan kesehatan burung bisa dipantau. Kelemahannya, biaya pembuatan kandang dan perawatan sangat besar.

Ketiga, sistem koloni yaitu beberapa merpati dimasukkan dalam satu kandang besar. Kelebihan sistem ini yaitu biaya perawatan dan pemeliharaan lebih murah dan mudah. Sementara kelemahannya, jika ada satu yang kena penyakit, yang lain bisa tertular.

Bambang menggunakan sistem ini. Ia membagi puluhan jenis merpati hias miliknya dalam empat sangkar. Menurutnya, sistem koloni mampu menekan biaya pemeliharaan dan efektivitas waktu. Terutama, dalam hal pemberian pakan.

Meski, sistem koloni tidak aman dari segi kesehatan. Tapi, dengan menjaga kandang secara rutin dan melakukan penyemprotan obat antihama, angka kematian Jacobin, khususnya, bisa diminimalkan.

Kendala klasik yang sering dihadapi dalam penangkaran Jacobin yaitu hama dan penyakit unggas. Untuk menyiasati penyebarannya, Bambang memakai obat anti kutu/gurem bersama dengan desinfeksi yang disemprotkan seminggu sekali.

Kendala lain yaitu indukan yang tidak mau mengeram. Sama seperti merpati hias lainnya, Jacobin menghasilkan dua butir telur dalam waktu satu setengah bulan, lalu berulang satu setengah bulan kemudian.

“Di rumah, saya memelihara Burung Puter. Burung ini memiliki tipikal yang tidak tahu waktu dan terus mengerami telurnya. Nah, telur Burung Puter saya ambil, kemudian saya rebus atau masukkan ke air mendidih. Setelah itu, saya taruh kembali ke sangkarnya sebagai umpan. Saya masukkan juga telur Jacobin di sangkar Burung Puter. Dengan cara ini, tingkat keberhasilan menetas telus Jacobin bisa mencapai 90%,” ujarnya.

Dunia burung hias memang masih didominasi burung berkicau, seperti kenari, murai, atau jalak. Tapi, Bambang yakin, unggas asli Indonesia ini bakal diterima baik di pasar. Hal ini, dibuktikan dari para konsumen Jacobin, khususnya, yang semakin bertambah banyak.

Sebab, bagi kalangan tertentu, selain sebagai klangenan, merpati hias juga untuk meningkatkan nilai prestisius sang empunya. Bambang yang menjual anakan Jacobin yang sudah lepas sapih dengan harga mulai dari Rp500 ribu sepasang ini juga yakin, bisnis ini mampu bertahan hingga tahun-tahun depan.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …