Home / Senggang / LifeStyle / Kecil Bendanya, Gede Nilai Jualnya

Kecil Bendanya, Gede Nilai Jualnya

Benda-benda Miniatur

 

Adakalanya dari sekadar koleksi, lalu timbul keinginan untuk mengetahui bagaimana benda-benda koleksi tersebut dibuat. Selanjutnya, timbul keinginan yang lebih besar lagi yaitu bukan cuma bisa membuatnya, tapi juga menjadikannya bisnis. Seperti, Merry Surya Prakarsa dan para kolektor benda-benda miniatur

[su_pullquote]Sebagian besar konsumen benda-benda miniatur ini merupakan para kolektor dan hobiis berumur 8 tahun–50 tahun[/su_pullquote]

e-preneur.co. Benda apa pun yang berukuran kecil, seperti miniatur yang terbuat dari lilin, akan membuat siapa saja yang melihatnya merasa gemas. Sementara, bagi yang hobi dengan pernak-pernik kecil akan memburu dan mengoleksinya.

Namun, agak berbeda dengan Merry Surya Prakarsa. Awalnya, ia melihat miniatur tersebut saat sedang berjalan-jalan di Thailand dan lalu melihat pembuatannya. Kemudian, Istri aktor Ferry Salim ini belajar secara otodidak pembuatan miniatur khusus makanan Indonesia, seperti gerobak gado-gado lengkap dengan isinya, buah-buahan, gerobak sate, dan lain-lain. Akhirnya, ia menekuninya dan berlanjut menjadikannya bisnis.

Pada tahun 2006, Merry mencoba menjualnya dengan membuka outlet di Plaza Semanggi, Jakarta. Produk yang diberinya nama Little Thing itu dijual dengan harga bervariasi.

Di samping itu, ia juga membuka kursus pembuatan miniatur ini. Untuk itu, sebelumnya, ia menurunkan kemampuannya itu kepada para karyawannya agar mereka bisa membantunya mengajar di outlet tersebut. “Setelah di-training oleh Ibu Merry selama tiga bulan, kami bisa membuat dan mengajari mereka yang ingin kursus,” ucap salah satu karyawan Little Thing.

Untuk mengikuti kursus pembuatan miniatur dari lilin ini, ia menambahkan, bisa hanya sekali pertemuan. Tergantung, kreativitas individu. “Kalau orang tesebut kreativitasnya sangat tinggi, hanya sekali kursus langsung bisa. Tapi, kalau memang mau lebih mendetil, biasanya sampai empat kali pertemuan,” jelasnya.

Kursus yang dibuka setiap hari ini, membebankan sejumlah biaya di mana biaya tersebut sudah termasuk bahan-bahan yang akan digunakan. Sekadar informasi, sebagian bahan tersebut masih didatangkan dari luar negeri, khususnya lilinnya yang diambil dari Thailand. Sedangkan bahan-bahan lainnya, seperti lem, cat, dan alat pendukung lain sudah dapat diperoleh di Indonesi.

Sementara para pesertanya, teryata bukan hanya hobiis, melainkan juga mereka yang ingin menjadikannya sebagai usaha sampingan. “Kami juga sering diminta mengajar anak-anak sekolah dan itu melalui persetujuan Ibu Merry yang biasanya lalu menunjuk salah satu dari kami untuk mengajarkannya,” tutupnya.

 

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …