Home / Inovasi / Cara Jitu Mengajak Anak Salat

Cara Jitu Mengajak Anak Salat

Sajadah Anak

Anak-anak zaman sekarang rajin salat. Tapi, beberapa di antaranya masih melakukannya dengan main-main. Untuk itu, Rina membuatkan mereka sajadah, khususnya, yang unik dan sangat khas anak-anak. Sehingga, mereka akan lebih terdorong untuk menjalankan salat dengan serius

[su_pullquote]Sajadah ini tidak akan membuat memar dahi anak ketika bersujud terlalu semangat dan terasa lebih nyaman ketika sedang duduk di antara dua sujud[/su_pullquote]

 e-preneur.co. Banyak jalan menuju Roma. Banyak pula cara dilakukan orang tua, untuk mendorong anak-anak mereka agar lebih rajin beribadah. Dalam hal ini, salat. Hal itu pulalah yang dilakukan Erina Aryopati, pebisnis perlengkapan salat untuk anak, khususnya sajadah.

“Sajadah yang saya buat untuk anak-anak berbahan katun impor, yang di bagian dalamnya saya isi busa silikon. Sehingga, dahi anak tidak akan memar ketika bersujud terlalu semangat. Selain itu, juga akan terasa lebih nyaman ketika mereka sedang duduk di antara dua sujud,” kata perempuan, yang biasa disapa Rina ini.

Sajadah ini, Rina melanjutkan, memang unik dan khas anak-anak. Sebab, dihiasi bordir dan gambar-gambar aplikasi yang lucu dan menarik. Karena itu, motif yang disajikan tidak kental dengan nuansa Islami. Dalam arti, meski tetap terdapat gambar masjid yang dibordir, tapi di sudut-sudutnya terdapat gambar bunga atau kupu-kupu dengan mata yang bersinar cerah dan mulut yang mengembangkan senyum.

Di samping itu, juga menggunakan warna-warni cerah. Mengingat, anak-anak menyukai warna-warna cerah. Berbeda dengan sajadah pada umumnya, yang terbuat dari karpet atau tenunan kain dan hampir semuanya berwarna gelap atau kusam.

“Pertimbangan saya, dengan mencantumkan gambar-gambar lucu dan menarik, serta warna-warna cerah, anak-anak akan lebih terdorong untuk menjalankan salat. Lain halnya, jika sajadah itu hanya bergambarkan masjid atau tulisan Allah, mereka mungkin akan merasa monoton dan bosan,” jelas Ibu tiga anak ini.

Selain itu, ia juga membuat sajadah untuk orang dewasa dari bahan yang sama. Tapi, hanya dengan hiasan bordir bunga keliling dan tulisan Allah.

Mengapa sajadah? “Awalnya, saya melihat bahwa perlengkapan salat bagi anak-anak tidak sebanyak yang dibuat untuk orang dewasa. Bahkan, saya belum pernah melihat perlengkapan salat untuk anak-anak yang benar-benar bagus, unik, dan khas anak-anak. Sehingga, saya terpicu untuk membuatnya sendiri,” jelas sarjana ekonomi dari Universitas Trisakti ini.

Di sisi lain, ia cuma ingin membuat perlengkapan salat, agar anak-anaknya semangat menjalankan ibadah. Terutama, salat. Untuk itu, ia gencar mencari motif dan warna yang mampu merangsang mereka untuk salat.

“Kemudian, saya terinspirasi oleh sprei bordir yang saya lihat di sebuah mal. Saya ingin membuatnya dari bahan yang sama, tapi berbentuk sajadah. Lantas, saya membuat polanya, membawa pola tersebut ke tukang bordir dan tukang jahit. Saya gunakan busa silikon sebagai isinya agar sajadah terasa empuk, tidak langsung menyatu dengan lantai. Kebetulan, saat itu bulan puasa. Ketika salat tarawih, seringkali kaki dan pantat terasa pegal. Namun, dengan bahan yang empuk, maka kaki dan pantat akan terasa lebih enak. Di samping itu, busa silikon ini juga tidak mudah hancur atau menggerombol, usai sajadah dicuci,” ungkapnya.

Sajadah-sajadah yang gampang dicuci dan dikeringkan ini, juga ditambahi gambar-gambar aplikasi, seperti pesawat terbang, kereta api, mobil, mobil pemadam kebakaran, helikopter, roket, dan sebagainya untuk sajadah anak laki-laki. Sedangkan untuk anak perempuan, ditambahkan gambar-gambar bunga, kupu-kupu, tawon, capung, dan lain-lain.

Sajadah ini, tersedia dalam dua ukuran yaitu ukuran kecil yang ditujukan untuk anak umur dua tahun hingga usia TK (Taman Kanak-kanak). Sedangkan yang berukuran besar, untuk anak-anak usia SD (Sekolah Dasar) hingga dewasa.

“Di luar masa panen, saya secara rutin memproduksi lima sajadah per hari. Di samping itu, saya juga berproduksi untuk memenuhi pesanan khusus (dengan menambahkan nama pemakainya, red.) dan dalam bentuk suvenir. Untuk yang ditambahi nama, ada tambahan biaya per huruf. Sedangkan untuk pesanan dalam bentuk suvenir, saya beri harga lebih murah. Sebab, biasanya dalam jumlah banyak. Untuk pesanan, agar mendapatkan harga grosir, minimum order-nya 10 buah,” kata Rina, yang membangun usaha ini pada tahun 2005, dengan modal Rp20 juta.

Dalam berproduksi, Rina dibantu oleh seorang tukang jahit dan seorang tukang bordir. Tapi, kalau lagi banyak pesanan, ia mengambil dua tenaga cabutan.

Di home industry-nya yang terletak di Tebet, Jakarta Selatan, wanita yang pernah bekerja di sebuah perusahaan asuransi dan kartu kredit ini, juga memproduksi mukena, sarung, dan peci untuk anak-anak, serta sajadah untuk muka, handuk, dan sprei. “Total, setiap bulan, kami membuat setidaknya 200–300 produk yang pemasarannya kini mencapai Makassar, Banjarmasin, Jawa, dan Malaysia,” ujar Rina, yang omsetnya meningkat hingga empat kali lipat setiap lebaran menjelang.

Untuk lebih menyeriusi bisnisnya yang berlabel Sweetie Pie, Rina membuka toko di ITC Kuningan, Jakarta Selatan, pada tahun 2006 yang disusul dengan satu toko lagi di ITC Permata Hijau, Jakarta Barat.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *