Home / Celah / When Beauty Meets Nature

When Beauty Meets Nature

Keyra

Indonesia kaya dengan hasil alam. Sementara, yang berhubungan dengan alam selalu berkonotasi sehat. Atas dasar itulah, Erika membuat sendiri sabun dari ekstrak tumbuhan di Bumi Nusantara ini untuk mengatasi alergi pada kulitnya. Tak dinyana, konsumen mancanegara juga meminatinya. Dan, Keyra pun berpeluang ekspor

[su_pullquote align=”right”]Konsep awal Keyra yaitu ingin mengangkat hasil bumi Indonesia dan itu dalam bentuk produk perawatan natural[/su_pullquote]

e-preneur.co. Musibah menjadi berkah. Begitu kurang lebih gambaran perjalanan Erika Ernawati Simangunsong, dalam membangun Keyra. Dikatakan begitu, sebab Erika mempunyai masalah kulit yang boleh dikata parah.

Setiap bulan, kulit wajahnya selalu mengelupas seperti sedang ganti kulit. Selain itu, jerawat besar-besar juga ikut meramaikan wajahnya. Seakan masih belum cukup, kulit tubuhnya juga memerah dan akhirnya menjadi radang.

Usut punya usut, itu semua terjadi jika ia menggunakan produk perawatan atau kecantikan kulit merek apa pun, yang mengandung bahan kimia. Tapi, meski ia sudah berkonsultasi ke 4–5 dokter kulit, tetap tidak sembuh.

IMG_1426Kondisi nelangsa ini semakin menjadi-jadi ketika pada Januari 2012, ia menganggur dan Papanya terkena stroke. Waktu menunggui sang Papa yang dirawat di rumah sakit, beliau bertanya tentang bisnisnya.

Sekadar informasi, meski menganggur, ia mempunyai bisnis yang dibangunnya sebelum Keyra. Tapi, baru berjalan tiga bulan, ia ditipu temannya. “Mendapat pertanyaan itu, aku cuma bisa menjawab oke. Padahal, sebenarnya sedang rugi,” kisah Erika.

Namun, pertanyaan itu membuatnya berpikir mau berbisnis apa lagi. Dan, di ruang ICU itulah ide Keyra lahir. Pada awalnya, Erika hanya ingin membuat sabun untuk mengatasi masalah kulitnya, dengan memanfatkan hasil bumi Indonesia.

“Dari browsing, aku mendapat informasi tentang bahan bakunya. Lalu, dari rumah sakit, aku ke supermarket. Di situ, aku berbelanja minyak zaitun, minyak sawit, minyak kelapa, dan sebagainya. Sesampainya di kos, kamarku yang berukuran 3 m² x 4 m², aku jadikan mini lab pada pagi hari. Selanjutnya, aku membeli manggis. Buahnya aku makan, kulitnya aku ambil ekstrak (saripati)nya dengan bahan-bahan kimia yang aku beli di toko,” lanjut sarjana kimia dari Universitas Negeri Jakarta ini.

Lantas, dari browsing pula ia mengetahui jika akan membuat sabun, maka harus diletakkan dalam cetakan-cetakan khusus. Tapi, karena tidak mampu membeli cetakan, ia menggunakan kotak sepatu yang dialasi kertas pembungkus nasi sebagai cetakannya dan berhasil.

Selanjutnya, ia memakai sendiri hasil karyanya itu. “1–2 bulan setelah memakai sabun buatanku sendiri, kulitku tidak bermasalah lagi. Teman-teman pun takjub dan lalu meminta sample,” tuturnya.

Erika bukan hanya memberi sample tapi juga menjadikan teman-temannya “kelinci percobaan”, ketika ia memasukkan ekstrak manggis ke dalam bahan dasar sabun. “Setelah beberapa bulan, mereka melaporkan bahwa jika terkena matahari, kulit mereka menjadi berminyak. Laporan ini aku catat dan berikutnya kadar minyaknya aku kurangi,” tambahnya. Dan, ketika ia sudah merasa yakin, maka pada Agustus, ia membuat CVKencana Nusantara Jaya dan menamai produknya Kirana (Sansekerta: cantik, red.).

Saat mempromosikan Kirana, yang sudah mempunyai lima varian sabun batangan yaitu sabun ekstrak kulit manggis, sabun ekstrak kulit delima, sabun ekstrak bekatul beras merah, sabun ekstrak jinten hitam, dan sabun madu, Erika justru merasa depresi. Karena, ia dihadapkan pada orang-orang Indonesia yang belum concern dengan hal-hal yang bersifat natural. Untuk mengedukasinya pun susah sekali hingga ia hampir menyerah pada sekitar September–Oktober.

Namun, pertemuannya dengan sebuah komunitas pada Desember yang membuatnya bertemu dengan orang-orang yang mempunyai misi dan visi yang sama, sehingga tidak lagi merasa sendirian, selain juga dibantu promosi dan pameran, menumbuhkan lagi semangatnya.

“Bahkan, melalui komunitas ini, aku dikenalkan dengan sebuah lembaga pendanaan keuangan untuk UKM (Usaha Kecil Menengah) dari sebuah negara di Eropa, yang membuka lowongan bagi UKM yang ingin apply untuk pendanaan. Aku apply dan mengikuti tes. Meski gagal tes, tapi aku mendapat mentor,” ungkap kelahiran Bogor, 7 Oktober 1983 ini.

Dari semangat yang tumbuh lagi itu, Erika pun ingin mempunyai bisnis yang sustainable. Karena itu, ia mendaftarkan hak paten Kirana. Ternyata, nama Kirana sudah ada yang mempatenkan.

IMG_1404

Akhirnya, ia menggantinya menjadi Keyra yang merupakan gabungan kata-kata dalam Bahasa Sansekerta Kaliyani (cantik, red.) dan Arana (tumbuh-tumbuhan, red.).Maksudnya: Kecantikan yang Kembali ke Alam. Hal ini, sesuai dengan tagline Kirana: When Beauty Meets Nature. Singkat kata, Keyra yang hadir untuk pertama kali dalam promo Januari 2013 merupakan produk perawatan natural yang mengangkat ekstrak tanaman Indonesia.

Kehadiran Keyra disusul dengan hadirnya rangkaian produk perawatan ektrak kulit manggis, yang terdiri dari sabun batangan, sabun cair natural, dan lip balm yang Erika luncurkan dalam sebuah ekspo yang diselenggarakan komunitas tersebut. Sabun batangan yang berukuran 85 gr itu ia jual dengan harga Rp25 ribu, lip balm (Rp27 ribu), dan sabun cair (Rp37 ribu). Jika konsumen ingin membeli bisa melalui beberapa reseller-nya atau memesan melalui twitter, facebook, dan SMS.

Dilihat dari kapasitas produksinya, mengingat Erika melakukan semua ini sendirian dan masih berstatus karyawati, serta baru mempunyai satu karyawan, maka ia cuma bisa memproduksi sekitar 100 pieces/hari. Sementara, yang diserap pasar hanya sekitar 500 pieces/bulan.

“Tapi, di tahun 2014, aku berpromosi dan jor-joran dalam berjualan. Di samping itu, pada Desember 2013 lalu, aku mengganti konsep lagi. Kalau semula Keyra menggunakan pewangi karena minat beli konsumen Indonesia belum sebegitu baik orang luar, maka saat meluncurkan sabun cair dan lip balm, aku murni natural. Sehingga, sabun cairnya encer, karena tidak menggunakan pengental kimia. Untuk itu, aku mengedukasi lagi ke konsumen,” jelasnya.

Prospeknya? “Bagus. Meski dari sisi prosentase penjualan masih kecil, mengingat produk ini juga masih baru. Di sisi lain, aku juga ingin ekspor. Aku melihat responnya di luar negeri bagus. Namun, proseduralnya harus dipenuhi dulu, seperti adanya izin dari BPOM. Dan, aku lagi mendaftarkan. Lebih dari itu, sebelum diekspor, aku juga harus menguatkan di lokal. Aku ingin Keyra ada di banyak toko, karena banyak sekali konsumen yang bertanya di mana mereka bisa membeli Keyra,” pungkas Erika, yang pada awalnya menyasar konsumen Indonesia, tapi dalam perkembangannya yang meminati justru kalangan ekspatriat.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *