Kriya Ulos
Selama ini, ulos hanya digunakan dalam pesta dan acara ritual. Tapi, seiring berjalannya waktu, kain yang merupakan lambang kasih sayang ini pun dimodifikasi menjadi berbagai produk multifungsi. Imbasnya, ulos pun kini menjadi suvenir khas Medan yang digemari masyarakat berbagai daerah dan mancanegara
[su_pullquote align=”right”]Produk berbahan baku ulos sedang naik daun[/su_pullquote]
e-preneur.co. Selama ini, ulos hanya digunakan saat ritual dan seremoni adat. Tapi, di tangan Roma Girsang, kain khas etnis Batak ini menjadi lebih merakyat.
Dengan ide kreatifnya, ulos dijadikannya bahan baku pembuatan tas, rompi, dan berbagai suvenir lainnya. Dan, ternyata, pasar menanggapinyadengan baik.
“Suatu ketika, saat mengikuti sebuah pameran di luar daerah,banyak orang bertanya asal daerah saya. Saya bilang dari Sumatera Utara, Lalu, mereka bertanya lagi mengapa saya tidak membuat produk, yang bisa mengangkat budaya tanah kelahiran saya. Mereka mengatakan bahwa di Sumatera Utara kan ada ulos, mengapa tidak ditampilkan. Hal ini,menggugah batin saya. Mulai dari situ, saya terinspirasi,” kisahnya, saat ditemui di galerinya yang terletak di Jalan Teratai, Medan.
Berangkat dari itu, Roma langsung terbang ke Medan dan mendapati banyak ulos milik Ibunya di lemari. “Karena, bagi orang Batak, ulos adalah lambang kasih sayang. Hanya digunakan di pesta dan acara ritual. Lantas,saya ambil satu per satu dan saya jadikan tas,” lanjut Roma, yang terjun ke dunia bisnis berbahan baku ulos ini pada tahun 2008.
Tidak disangka, kreasinya disambut positif. Terbukti, pelanggannya bukan hanya masyarakat Batak, melainkan juga suku-suku laindan orang-orang Thionghoa di Indonesia, serta orang-orang Eropa, Amerika, dan negara-negara Asia lainnya. Bahkan, kemudian berkembang sampaike kalangan instansidan akhirnya menjadi salah satu oleh-oleh khas Medan.
Hal ini bisa dimaklumi, sebab di samping bahan bakunya unik, juga karena produk yang dinamai Kriya Ulos ini tidak dibuat dalam jumlah banyak. Dalam arti, satu model yang sama dibuat dalam jumlah terbatas dan berbeda-beda warna. “Sesuai dengan jiwa saya yang ekspresif, saya memadukan ulos yang kebanyakan berwarna gelap dengan warna ngejreng,” bebernya.
Kemudahan dalam pemasaran diikuti oleh kemudahan dalam penyediaan bahan bakunya.Untuk hal ini, buah hati pasangan Liman Girsang–Katarina Barus ini menggandeng penenun, tapi bahan dasar dipilihnya sendiri. Seperti benang untuk tenun ulos, dibeli dari Bandung dan Jakarta dengan kualitas yang terjaga.
Sementara dalam berproduksi, dalam sebulan, hampir 2.000 tas diproduksi dan 60%-nya terserap pasar. Selain itu, juga diproduksi aneka suvenir, seperti penghias rambut (10 ribu buah),gelang (3.000 buah), undangan Batak (1.500 buah), dan lain-lain. Kadang, semua produk itu habis terjual jika pesanan sedang membludak. Mengingat, produk berbahan baku ulos, menurut anak keempat dari enam bersaudara ini, sedang naik daun.
Untuk harga, selembar kain ulos dijualnya Rp50 ribu–Rp3 juta. Sementara, untuk tas (Rp90 ribu–Rp350 ribu) dan untuk suvenir (Rp5 ribu–Rp27 ribu). “Dalam sebulan, Kriya Ulos bisa mmbukukan omset sekitar Rp27 juta,” pungkas perempuan, yang kini juga acap didaulat sebagai motivator di berbagai sekolah, perguruan tinggi, dan instansi ini.