Home / Agro Bisnis / Si Tambun dengan Nilai Jual Tinggi

Si Tambun dengan Nilai Jual Tinggi

Kodok Lembu

IMG_0446Secara fisik, kodok memang menjijikan. Tapi secara ekonomi, binatang ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sayang, peternaknya masih sangat sedikit dan itu pun dalam skala kecil. Sehingga, permintaan pasar domestik sekali pun tidak mampu dipenuhi

e-preneur.co. Kodok, bagi anak-anak, merupakan binatang yang lucu dan menggemaskan. Karena, suka melompat-lompat sehingga sulit ditangkap. Selain itu, ia juga tidak berbahaya.

Sebaliknya dengan orang dewasa, mereka menganggap hewan yang hidup di dua alam (amfibi, red) ini kotor dan berbau. Meski begitu, sebagian dari orang dewasa itujuga berpendapat bahwa kodok merupakan makanan yang teramat lezat dan berprotein tinggi.

Dikatakan begitu, karena berdasarkan suatu penelitian diketahui bahwa daging paha kodok mengandung protein sebanyak 16,4 gr untuk setiap 100 gr bobot tubuhnya. Ini berarti, setara dengan sumber protein hewani lainnya.

Di samping itu, daging paha kodok juga memiliki komposisi mineral dan vitamin yang tidak mengecewakan. Kondisi ini, menempatkan kodok sebagai salah satu alternatif sumber protein hewani yang potensial.

Imbasnya, permintaan akan kodok baik untuk pasar dalam negeri maupun mancanegara, dari waktu ke waktu terus bertambah. Tapi, hal ini belum dapat dipenuhi oleh para peternak kodok di negara kita. Maklum, karena penangkapan yang berlebihan, maka populasi kodok, terutama kodok hijau, di habitatnya semakin lama semakin menyusut.

Di sisi lain, pembudidaya kodok terbilang masih sangat sedikit dan itu pun dalam skala kecil. Sebab itulah, para peternak pun beralih ke spesies kodok lainnya yaitu kodok lembu (Latin: rana catesbeiana).

Kodok yang memiliki suara mirip lembu ini, dianggap sangat potensial dan prospektif untuk dikembangbiakkan. Karena, memiliki peluang ekspor yang menggembirakan sekali. Sebuah sumber menyatakan bahwa, saat ini permintaan akan kodok lembu dari Singapura, Prancis, dan negara-negara Eropa lain mencapai ratusan ton/bulan. Sementara peternak kita, baru bisa memenuhi 20%-nya.

Kodok yang memiliki suara mirip lembu ini, dianggap sangat potensial dan prospektif untuk dikembangbiakkan. Karena, memiliki peluang ekspor yang menggembirakan sekali

IMG_0447Di sisi lain, dalam pembudidayaannya, kodok lembu tidak membutuhkan lahan yang luas, serta tidak merusak keseimbangan alam dan bebas dari pencemaran lingkungan. Kodok lembu juga bersifat lebih jinak ketimbang kodok lokal dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar yaitu 800 gr. Sementara indukannya, dapat mencapai bobot 300 gr.

“Kodok lembu sudah dapat diternakkan secara intensif, mulai dari pemijahan/perkawinan sampai pembesaran ukuran konsumsi. Sementara kodok lokal, hingga sejauh ini belum ada yang berhasil dibudidayakan,” jelas Ade Sunarma, Perekayasa di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi.

Ya. Kodok lembu memang bukan kodok lokal. Ia berasal dari Amerika Utara dan diperkenalkan/mulai diternakkan di Indonesia sekitar tahun 1982 atau 1983. Kodok lembu juga berbeda dengan kodok bangkong, meski sama-sama berukuran besar.

“Secara morfologi, kodok lembu memiliki kulit yang halus dan bercorak khas. Sedangkan kodok bangkong memiliki kulit yang kasar. Selain itu, kodok lembu relatif mirip dengan kodok sawah atau kodok hijau,” ungkap Ade.

IMG_0450Kodok lembu, ia melanjutkan, dikawinkan setelah berumur 1,5 tahun. Selanjutnya, kodok lembu betina akan bertelur 1–2 kali per tahun, tergantung musim hujan (kodok lembu betina mampu bertelur 3–4 kali, red.). Sekali bertelur, ia akan menghasilkan 10 ribu–15 ribu butir di mana hanya sekitar 30%–50%-nya yang bertahan hingga tiba saatnya untuk dikonsumsi. Sementara, yang dapat dijadikan indukan cuma 5%–10%-nya. Karena, ada proses sortasi.

Setelah indukan tidak produktif lagi, mereka juga dapat dijadikan kodok konsumsi. Meski, permintaan akan hal ini jarang terjadi. “Di BBPBAT, kodok yang sudah tidak produktif, kami jadikan koleksi hingga mati dengan sendirinya,” kelahiran Sukabumi ini, menambahkan.

Untuk menternakkan kodok lembu, dibutuhkan bibit kodok lembu yang disebut kecebong dan percil (kodok kecil). Harga untuk setiap kecebong saat itu berkisar Rp500,- sampai Rp800,-, tergantung pada ukurannya. Sedangkan untuk setiap percil, dijual dengan harga sekitar Rp1.000,-.

Bibit kodok ini dapat diperoleh di BBPBAT Sukabumi dan beberapa peternak di Kediri dan Lumajang. Karena, sampai saat ini, hanya tempat-tempat tersebutlah yang masih mengembangbiakkan kodok, setelah mengalami masa keemasan sekitar tahun 1998–2002. Tapi, mulai tahun 2008, permintaan akan kodok mulai naik lagi.

Selanjutnya, dalam pengembangbiakkannya, sediakan wadah yang dimodifikasi menyerupai habitat aslinya. Wadah tersebut dapat berupa bak tembok atau bak lainnya, yang tidak memberinya kesempatan untuk kabur.

Lalu, wadah tersebut diberi genangan air setinggi 10 cm, sehingga kodok dapat mengambil oksigen dari udara. Sementara untuk pakannya, dapat diberikan pakan buatan (pelet). “Pada stadia berudu/kecebong, ia dapat dipelihara seperti memelihara ikan,” kata Ade, yang juga Konsultan Pemijahan Ikan dan Pengembangan Akuakultur ini.

Lima hingga enam bulan setelah dikembangbiakkan mulai dari stadia percil, kodok lembu pun siap untuk dipanen dan lantas diolah menjadi swikee, kodok goreng tepung, pepes kodok, atau kerupuk kulit. “Harga pasarannya (saat wawancara ini dilakukan) Rp30 ribu/kg (1 kg = 5–6 ekor, red.),” ujar sarjana Budidaya Perikanan Institut Pertanian Bogor ini.

Tapi, berbeda dengan para peternak yang menjual hasil ternaknya (produksi konsumsi), BBPBAT justru memproduksi dan menjual indukannya guna memenuhi kebutuhan pasar lokal.

“BBPBAT lebih konsentrasi untuk produksi indukan, agar kebutuhan indukan di masyarakat yang memerlukan dapat terpenuhi. Sebab, bila tidak ada yang memproduksi indukan, kualitas kodok lembu dapat menurun. Misalnya, dari sisi pertumbuhannya. Selain itu, mengingat produksi indukan lebih lama (1,5 tahun tanpa menjualnya sama sekali, red,), tentu akan terlalu berat dilakukan petani,” jelas pria, yang juga menyandang gelar master di bidang biologi dari Universitas (Jenderal) Soedirman, Purwokerto, ini.

Prospeknya bisnisnya? “Sangat cerah! Bahkan, saat ini, permintaan akan percil kodok lembu sebagai pakan ikan arwana, juga terus berkembang. Lantaran, pasokan kodok untuk pakan arwana dari alam terus menurun, baik sebagai akibat eksploitasi maupun perubahan iklim,” pungkasnya.

 

Catatan: Jika Anda berminat membuka usaha pembesaran kodok lembu, maka yang harus Anda perhatikan yaitu

  • Menyediakan lahan untuk bak dengan ukuran sekitar 30 m².
  • Lama pemeliharaan 5–6 bulan.
  • Untuk skala rumah tangga, biasanya tidak memerlukan tenaga kerja tetap. Bila harus menggunakan, cukup satu orang saja karena sudah dapat menangani sampai 20 kandang.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *