Kecipir
Tanaman ini diketahui mempunyai kandungan protein, kalori, lemak, dan karbohidrat lebih tinggi ketimbang daging sapi dan domba. Selain itu, dapat digunakan untuk memperindah halaman. Sayang, pemahaman petaninya terhadap kecipir si tanaman dengan segudang manfaat ini masih sebatas sebagai sayuran
e-preneur.co. Kecipir (Latin: Psophocarpus tetragonolobus, red.) adalah tanaman tropis yang berasal dari Indonesia Bagian Timur. Tanaman yang jumlahnya melimpah di Jawa, Bali, dan Sumatra ini mempunyai banyak manfaat, karena setiap bagian “tubuhnya” dapat digunakan.
Misalnya, buahnya dapat dijadikan sayur, sari daunnya dapat digunakan untuk mengobati radang telinga pada anak, dan umbinya dapat dijadikan bahan makanan. Sementara kelopak bunganya yang berwarna biru pucat itu, dapat dipakai sebagai pewarna makanan.
Lebih dari semuanya yakni kandungan gizinya. Contoh, biji kecipir memiliki kandungan kalori dan protein nabati yang tinggi, buah kecipir mempunyai kandungan lemak terendah, sementara daun kecipir kaya akan Vitamin A. Bahkan, biji dan daun kecipir juga mengandung flavonoid, saponin, dan tannin.
Yang paling menarik yakni kandungan kalori, protein, lemak, dan karbohidrat biji kecipir jauh lebih tinggi ketimbang daging sapi dan domba. Karena itu pula, biji ini juga berguna untuk perbaikan gizi keluarga.
“Pemilik Sweet Purple menawarkan kecipir yang diketahui proteinnya 12 kali lipat lebih banyak daripada daging sapi, untuk tambahan gizi murid-murid saya,” kata seorang Kepala Sekolah (KepSek) Dasar Negeri Rengas, Ciputat Timur, Tangerang.
Merasa terpancing, ia dan para guru SD tersebut lalu mencoba menanam kecipir di pekarangan sekolah. Selanjutnya, mengolah bijinya menjadi susu. “Ternyata, anak-anak suka,” lanjut KepSek, yang kebetulan para muridnya berasal dari keluarga kalangan menengah ke bawah itu.
Selain itu, ia menambahkan, ampas dari pembuatan susu dapat diolah lagi menjadi lauk, hanya dengan menambahkan telur kocok. Bisa pula diolah menjadi kopi atau bahkan tempe, karena kandungan proteinnya sama dengan kedelai.
Dalam pembudidayaannya, kecipir dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (sampai ketinggian 1.600 mdpl). Tanaman merambat ini juga dapat hidup di tanah dengan bahan organik rendah, lempung, berpasir, maupun kering. Daya tahannya terhadap kekeringan juga baik.
Dapat pula digunakan untuk memperindah halaman
Untuk memperbanyak, gunakan benih dari bji yang diambil dari buah kecipir yang sudah tua. Biarkan buah itu benar-benar matang atau kering di batangnya.
Buah kecipir yang layak untuk diambil bijinya harus memiliki panjang 15 cm‒20 cm, bentuknya normal, tidak terkena hama dan penyakit, serta buah terlihat kompak. Sementara biji yang telah kering dan layak dijadikan benih harus berukuran normal, seragam, padat berisi, tidak keriput, tua, dan sehat. Dibutuhkan biji sebanyak 10 kg‒15 kg untuk 1 ha lahan.
Sebelum biji ditanam, dilakukan pengolahan tanah terlebih dulu. Setelah gembur dan diberi pupuk, dibuat bedengan-bedengan. Selanjutnya, dengan jarak tanam 25 cm‒30 cm, masukkan 2‒3 biji ke setiap lubang.
Waktu yang tepat untuk menanam kecipir yakni di awal musim hujan. Tapi, bila terpaksa, di akhir musim hujan juga dapat dilakukan.
Sementara penyiraman, dilakukan hanya bila diperlukan. Karena, seperti sudah dituliskan di atas bahwa tanaman ini toleran terhadap kekeringan.
Setelah tanaman setinggi 10 cm, siapkan bambu untuk ajir atau rambatan. Lalu, ikatkan batang kecipir ke bambu yang sudah ditancapkan ke tanah, agar merambatinya.
Berbeda dengan sayuran lain yang dicabut usai dipanen lantaran tidak produktif lagi, kecipir dapat diremajakan yakni dengan memangkas batangnya. Lalu, biarkan tunasnya tumbuh. Tunas ini, nantinya akan berproduksi seperti pohon Induknya. Peremajaan dapat dilakukan sampai dua kali.
Setelah 9 minggu‒12 minggu dari saat tanam, kecipir sudah dapat dipanen. Panen dapat dilakukan secara rutin seminggu sekali sampai lima bulan. Karena, bunga kecipir tumbuh terus-menerus. Sesudah itu, tanaman baru diremajakan. Dalam 1 ha lahan dapat dihasilkan kecipir sebanyak lebih dari 35 ton.
Di samping dapat ditanam di lahan yang luas, kecipir juga dapat di lahan seluas pekarangan sekolah. Menurut KepSek Dasar Negeri Rengas, untuk skala rumahan sebaiknya menanam 100 pohon secara bertahap atau 20 pohon/bulan.
“Dalam budidaya ini, tidak diperlukan tenaga kerja karena sangat mudah. Sementara waktu yang dibutuhkan dari tanam hingga panen, sekitar 4 bulan‒6 bulan,” ujarnya.
Kecipir yang ditanam di pekarangan juga akan menambah keindahannya. “Sebab, penampilannya yang merambat dengan bunga-bunganya yang cantik menjadi keindahan tersendiri. Apalagi, bila buahnya bermunculan dan bergelantungan pada pohonnya,” pungkasnya.