Kaligua
Kaligua dikenal sebagai perkebunan teh yang indah dan menarik. Namun, bukan hanya itu, melainkan juga ada situs-situs bersejarah yang menarik dan terawat dengan baik yang wajib dikunjungi bila melancong ke Brebes
e-preneur.co. Puncak Sakub memiliki keindahan tiada tara. Untuk dapat melihatnya, pengunjung harus melalui Perkebunan Teh Kaligua (baca: Kaligua, red.). Mengingat, perkebunan ini terletak di lereng barat Gunung Slamet yakni gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.432 meter dari permukaan laut.
Kaligua yang berada pada ketinggian 1.200−2.050 meter dari permukaan laut, kondisi udaranya sangat dingin yakni berkisar 8º C−22° C pada musim penghujan dan mencapai 4° C−12° C pada musim kemarau. Sehingga, hampir selalu diselimuti kabut tebal.
Dan, sama halnya dengan perkebunan-perkebunan teh lain di Indonesia, Kaligua merupakan warisan Pemerintah Kolonial Belanda. Pabrik tehnya yang dibangun pada tahun 1889, berfungsi untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam (black tea).
Teh hitam dengan merek “Kaligua” ini, tersedia baik dalam bentuk teh celup maupun serbuk (teh tubruk). Para wisatawan yang berkunjung, dapat menikmati hangatnya teh hitam Kaligua di lokasi atau membelinya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Semula, Kaligua dikelola oleh Van de Jong, seorang warga Belanda, dengan nama perusahaan John Fan & Pletnu untuk mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan, makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi perkebunan.
Di sini juga ada Goa Jepang, Tuk Benih, Goa Angin, dan makam Van De Jong
Dalam perkembangannya, Kaligua dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah. Untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan, Kaligua yang terletak di Desa Pandansari, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, juga difungsikan sebagai kawasan wisata agro dataran tinggi.
Untuk itu, Kaligua menawarkan banyak pilihan untuk para wisatawan. Di samping kebun teh, juga terdapat beberapa situs wisata yang menarik seperti Goa Jepang, Tuk Benih, Goa Angin, dan makam Van De Jong.
Khusus Goa Jepang, konon, dulu, goa ini dijadikan tempat persembunyian para perwira Jepang. Dengan lokasi di bawah bukit kebun teh, Goa Jepang memiliki panjang kurang lebih 800 meter. Tapi, para pengunjung hanya diperbolehkan masuk sekitar 300an meter.
Ketika pengunjungnya sedang banyak, lampu di dalam lorong goa ini dinyalakan. Tapi, jika sebaliknya, maka lampu dimatikan dan diganti lampu senter. Suasana “horor” pun langsung menyergap.
Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik. Beberapa vila milik perkebunan juga bisa dimanfaatkan oleh pengunjung, yang ingin bermalam. Di samping itu, tersedia pula gedung pertemuan, area outbond, area perkemahan, lapangan olahraga, kafe, pusat layanan kesehatan, sarana ibadah, dan lain-lain.