Home / Celah / Ketika Gema “Go Green” Bukan Sekadar Lifestyle

Ketika Gema “Go Green” Bukan Sekadar Lifestyle

Kedai Daur Ulang Pak Salam

Di tangan Nursalam, sampah yang selama ini hanya dianggap menghasilkan bau, kotor, dan penyakit, ternyata juga bisa menghasilkan uang. Melalui Kedai Daur Ulang-nya, ia telah membuktikan hal itu sekaligus menegaskan jika gema “Go Green” bukan sekadar lifestyle, melainkan juga bisa menjadi sumber rejeki

e-preneur.co. “Sampah adalah bahan baku”. Kerangka berpikir ini, membawa Nursalam bergelut dengan hal yang paling dihindari oleh kebanyakan orang.

Ya, sejak tahun 1980-an, Salam, begitu ia akrab disapa, sudah memusatkan perhatian pada penanggulangan sampah baik untuk di-reduce, reuse, maupun recycle. Itu artinya, jauh sebelum slogan 3R tersebut bergema ke seantero dunia.

Mendaur ulang sampah kemudian menjadi bisnis yang ia tekuni. Sehingga, bukan lagi sekadar latah mengikuti tren go green, melainkan sebagai ladang rejeki.

“Salah satu cara saya mengajak orang untuk mendaur ulang sampah yakni dengan menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa sampah adalah ‘emas’. Dalam arti, kalau kita tekun, sampah pun bisa menghasilkan uang,” katanya.

Salam telah membuktikan. Setelah berpuluh-puluh tahun berkecimpung dalam proses mendaur ulang sampah, akhirnya ia bisa menghidupi seluruh keluarganya. Bahkan, ia mampu menularkan kerangka berpikirnya tersebut ke orang lain melalui Kedai Daur Ulang Pak Salam.

Di sini, Salam melakukan segala aktivitas terkait daur ulang mulai dari mengumpulkan sampah yang layak hingga proses kreasi membuat produk-produk bernilai. Workshop ini sengaja ia beri nama “kedai”, lantaran ingin menjadikannya sebagai tempat berkumpulnya komunitas pencinta lingkungan.

“Saya namakan ‘kedai’ supaya terdengar lebih akrab. Siapa pun yang datang ke sini, bukan cuma ingin membeli produk hasil daur ulang atau menyerahkan sampah ke saya, melainkan juga bisa berinteraksi seperti di sebuah kedai kopi,” jelasnya.

Bayangkan, jika hanya memakai kertas daur ulang, berapa banyak pohon di hutan yang akan selamat

Selain sebagai tempat mendaur ulang sampah sekaligus men-display produknya, Kedai Daur Ulang Pak Salam yang berukuran 5 m x 10 m itu juga sebagai tempat pelatihan teknik mendaur ulang bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya, dengan tarif yang terjangkau.

Kendati Kedai Daur Ulang Pak Salam bisa disebut sebagai one stop recycling, tapi kegiatan utamanya yaitu mendaur ulang sampah. Memang, tidak semua sampah ia daur ulang.

Salam hanya memilih sampah kertas. Lantaran, proses daur ulangnya paling mudah dilakukan dan diajarkan, serta tidak membutuhkan banyak biaya dan peralatan canggih. Cukup merendam kertas dalam air untuk meleburnya.

“Jika tujuannya untuk mengajari bagaimana mendaur ulang, maka ajarkan dari yang termudah dulu. Kalau baru mau belajar langsung yang sulit, pasti mogok di tengah jalan,” ungkap Salam, yang di kedainya hanya menggunakan peralatan berupa sebuah mesin blender, bak penampung, dan alat cetak.

Setiap hari, ia mengolah sampah kertas hingga 75 kg yang ia peroleh dari orang-orang yang sengaja mengantar langsung ke workshop-nya yang berlokasi di Jalan Mampang Prapatan, Tegal Parang, Jakarta Selatan. Sampah-sampah kertas tersebut—biasanya berasal dari perkantoran di seputaran Jakarta—jika dikalkulasi setara dengan sejumlah pohon dalam seperempat hektar hutan.

 “Pabrik kertas, setiap kali menghasilkan satu ton bubur kertas memerlukan sekitar 25 m kubik kayu. Bayangkan, jika hanya memakai kertas daur ulang, berapa banyak pohon di hutan yang akan selamat,” ucapnya.

Dari hasil pengolahan sampah kertas itu, Salam menghasilkan kertas daur ulang berbagai warna dan tekstur. Sementara produk turunannya berupa kotak pensil, gantungan kunci, kotak penyimpanan berkas, buku, dan peralatan kantor lainnya.

Konsumen tetap hasil karya Salam ini yakni perkantoran yang mengusung jargon green office. “Karena, mereka yang rutin memberi saya sampah kertas, maka saya ‘kembalikan’ sampah kertas tersebut dalam bentuk yang memiliki nilai dan fungsi. Faktanya, mereka lebih membutuhkan kertas daur ulang dan produk turunannya daripada kertas baru,” ungkapnya.

Kalau fungsi kertas baru bisa digantikan kertas daur ulang, ia melanjutkan, maka penyelamatan hutan yang dimaksudkan tadi benar-benar terwujud. Hanya, sampai sekarang belum diaplikasikan dengan baik. “Tapi, saya yakin pasti bisa. Butuh proses dan menunggu waktu saja,” pungkasnya.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …