Home / Inovasi / Bentuknya Lucu, Rasanya Enak

Bentuknya Lucu, Rasanya Enak

Kue Bawang Abon (Ofita)

Usaha makanan ringan, menghasilkan omset yang tidak ringan. Tidak mengherankan, jika banyak orang yang menerjuni usaha ini. Untuk itu, agar bertahan dari persaingan, tidak cukup hanya dengan menghasilkan camilan yang unik, tapi juga harus enak rasanya dan terjaga kualitasnya. Dan, Indri dengan Ofita-nya tahu tentang hal ini. Sehingga, Kue Bawang Abonnya dikenal seantero Medan

e-preneur.co. Momen lebaran menjadi berkah tersendiri bagi Indriyani Safitri. Sebab, keahliannya membuat beragam kue membuat single parent ini mampu menafkahi anak, keponakan, dan orangtuanya.

Selangkah kemudian, dengan modal awal hanya puluhan ribu rupiah, Indri, begitu ia akrab disapa, membuat kue di luar momen lebaran. Lalu, ia memberikan tester ke kawan-kawan, juga ke rekan kerja Bapaknya.

Hasilnya, positif. Pesanan mulai berdatangan. Terutama, untuk Kue Bawang Abon yang tampil menonjol di antara kue-kue buatannya yang lain. “Ternyata, pesanannya bukan tahunan lagi, tapi menjadi rutinitas harian,” kisahnya.

Dalam perjalanannya, Kue Bawang Abon itu membuat perempuan yang melabeli produknya “Ofita” itu dikenal di Medan. Sebab, Kue Bawang ini mempunyai bentuk yang berbeda dari kebanyakan Kue Bawang yang biasanya persegi empat atau memanjang. Di tangannya, Kue Bawang ini dibentuk layaknya sawi kecil dan di bagian bawahnya diisi abon, baik Abon Ayam maupun Abon Sapi.

Sebenarnya, adonan Kue Bawang Abon buatan Indri ini menggunakan resep layaknya Kue Bawang. Tapi, ia tidak menambahkan Daun Sop atau seledri yang sejatinya cirikhas Kue Bawang. Sebab, menurutnya, tambahan abon sudah menguatkan harum Kue Bawang.

Bentuknya sepertisawi kecil

“Jadi, tidak perlu lagi memakai Daun Sop. Sedangkan untuk abonnya, saya membeli yang sudah jadi. Sementara yang paling banyak dipesan yakni Kue Bawang Abon Ayam, karena tidak semua orang bisa makan Abon Sapi,” ungkapnya. Selanjutnya, Kue Bawang Abon ini dikemas dalam plastik cantik buatan Thailand dan mampu bertahan 3−4 bulan.

Setiap hari, ia memproduksi Kue Bawang Abon sebanyak 30 kg−50 kg. Jumlah itu bisa meningkat mencapai 150 kg, menjelang lebaran.

Dalam pemasarannya, selain menawarkan ke kolega, Indri juga sering mengikuti pameran UKM (Usaha Kecil Menengah) dan memberdayakan reseller. Untuk itu, ia mengemas kue-kuenya dalam ukuran 200 gr untuk dijual ke reseller. “Bisa juga membeli langsung. Per kilogram harganya fleksibel,” ujarnya.

Indri mengaku bahwa untuk mempertahankan usahanya tidak mudah. Apalagi, mereka yang menekuni usaha kuliner di Medan sangat banyak. Jadi, tidak cukup hanya kuenya yang unik, tapi juga membutuhkan rasa yang enak dan mutu yang terjaga. Meski begitu, yang memproduksi Kue Bawang masih langka di Medan.

“Ini keuntungan untuk saya. Karena itu, saya kedepankan rasa dan mutu. Pengalaman selama ini mengikuti pameran dan membantu memasarkan, dari 10 orang yang mencicipi, delapan di antaranya pasti membeli. Konsumen melihat bentuknya lucu, rasanya enak, Alhamdulillah pasti beli,” pungkasnya.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …