e-preneur.co epreneurship online magazine
Related Articles
Tas dan Sepatu Batik (Raiya Butik)
Batik bukan sekadar kain yang hanya dapat dibuat pakaian. Dalam perkembangannya, warisan leluhur ini juga dapat dibuat menjadi berbagai produk. Seperti, tas dan sepatu batik yang dibuat oleh Nina ini. Dan, peminatnya bukan hanya orang-orang kita, melainkan juga masyarakat mancanegara
e-preneur.co. Batik merupakan kain warisan turun-temurun dari para leluhur bangsa kita. Tapi, batik sempat menghilang, lantaran kaum milenial tidak mau memakainya. Mereka beranggapan, memakai batik sudah ketinggalan zaman.
Namun, seiring berjalannya waktu, batik booming kembali. Apalagi, setelah pemerintah menggalakkan pemakaian batik, terutama kepada para karyawan kantor. Bahkan, kemudian, menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Para pengrajin batik juga semakin bersemangat membuat batik-batik yang lebih bagus lagi. Selain itu, banyak pelaku usaha yang kemudian menggunakan batik sebagai salah satu bahan baku usaha mereka. Seperti, yang dilakukan Maharsi Anindyajati.
Nina, begitu ia biasa disapa, kebetulan sangat suka dengan batik. Teman-teman kantornya juga selalu menyukai batik yang ia kenakan. “Kata mereka, motifnya bagus,” kisahnya, ketika ditemui di tempat usahanya yang berlokasi di kawasan Rawasari, Jakarta Timur.
Dari situ, ia berpikir untuk membuka usaha pembuatan sepatu dan tas bermotif batik. Tahun 2010, ide itu ia wujudkan dengan modal Rp10 juta.
Untuk urusan potong-memotong kain, Nina melakukannya sendiri. “Ada tukang pola. Tapi, untuk pemotongan kain, aku lebih sreg melakukannya sendiri. Karena, aku ingin pas memotong di tengah-tengah kain, sementara motif batik itu kan agak susah,” jelasnya.
Sedangkan untuk pembuatan tas dan sepatunya, ia banyak berdiskusi dengan karyawannya. Sebab, ternyata, ia sama sekali tidak paham tentang pembuatannya.
Bisa pilih sendiri kain batiknya dan menentukan model produknya
Untuk penjualannya, lantaran masih bekerja kantoran, Nina menjalankannya secara online. “Semula aku gencar mengikuti pameran. Tapi, karena mahal banget sewa tempatnya, akhirnya aku memutuskan hanya berjualan secara online. Ternyata, lebih menguntungkan, serta tidak memakan waktu dan tempat,” papar alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Nina menyasar kalangan menengah ke atas. Karena, harga untuk sepatu mulai dari Rp225 ribu, sedangkan untuk tas mulai dari Rp375 ribu. Hal ini, berkaitan dengan harga per meter kain batik yang ia gunakan
“Alhamdulillah, aku sudah mempunyai pelanggan dari Sabang sampai Merauke dan luar negeri (Amerika, Hongaria, Korea, Italia, India, dan lain-lain). Selain sering memesan, mereka juga sering memberi aku ide-ide model apa yang mereka mau,” ujar kelahiran Jakarta, 22 Juni 1977 ini.
Berbicara tentang keunggulan produknya, ternyata pelanggan dapat memilih dan memesan produk sesuai dengan selera mereka. Misalnya, memilih kain batik yang akan dijadikan bahan baku dan model produknya. Sehingga, pelanggan merasa produk yang mereka pakai itu eksklusif.
Tidak mengherankan, jika omset yang dibukukan perempuan yang menamai usahanya “Raiya Butik” ini terbilang besar. Selain itu, untuk menambah omset, ia mendiskon produk-produknya enam bulan sekali atau setiap mengikuti pameran.
Namun, tidak berarti usahanya berjalan mulus. Ia terkendala oleh keberadaan tukang. Perempuan yang (bersama karyawannya) menyelesaikan pemesanan dalam tempo sekitar tiga minggu ini beberapa kali ganti tukang. Karena, perilaku mereka yang tidak baik.
“Tapi, sejauh ini, usahaku lancar-lancar saja. Kalau ada yang complaint, kami akan segera menangani. Sebab, kami memberi garansi,”ucapnya.
Sementara secara internal, Nina sangat menghargai para pekerjanya. Baginya, mereka bukan bawahan, melainkan partner. Sehingga, jika Raiya Butik maju, maka mereka pun ikut senang.
Ke depannya, Nina berharap dapat bertahan dalam persaingan. Untuk itu, ia dan para karyawannya akan selalu membuat inovasi dalam produk-produk yang mereka buat.
