Leunca
Selama ini, leunca hanya dikonsumsi sebagai lalapan atau bahan baku masakan di berbagai rumah makan khas Sunda. Padahal, leunca juga dapat digunakan sebagai obat dengan khasiat yang dahsyat dan hal itu sudah dipraktikkan lebih dari 2000 tahun yang lalu
e-preneur.co. Jika kita datang ke rumah makan khas Sunda, salah satu menu yang disajikan pastilah Kerecek Leunca yakni Oncom Merah yang ditumis dengan Buah Leunca (baca: leunca, red.). Namun, ternyata, leunca yang renyah, serta agak pahit dan langu ini tidak hanya dapat dijadikan sebagai lalapan atau bahan baku masakan Sunda, melainkan juga dapat dijadikan bahan baku obat-obatan.
Leunca dihasilkan dari Tanaman Leunca (Latin: solanum nigrum, red.), yang banyak ditanam di kebun atau ladang yang penuh dengan sinar matahari. Semula, tanaman yang masuk dalam Familia Solanaceae (terung-terungan) ini, ditanam di pedesaan di Jawa Barat hanya sebagai tanaman hias.
Dalam perjalanannya, diketahu bahwa tanaman bernama asli rampai atau ranti (Sumatra) dan leunca manuk (Jawa) ini, dapat dikonsumsi dari daun, bunga, hingga buahnya. Bahkan, ternyata, buahnya menyimpan khasiat yang luar biasa.
Menurut hasil penelitian Guangdong Province Cancer Research Center, Cina, buah yang di Negara Tirai Bambu itu dikenal dengan nama longkui ini mengandung Senyawa Solasonine, Solasodine, Solamargine, dan Solanine. Senyawa Solasodine mempunyai efek menghilangkan sakit (analgetik), menurunkan panas, antiradang, dan antisyok. Senyawa Solamargine dan Solasonine, mempunyai efek antibakteri. Sedangkan Senyawa Solanine sebagai antimitosis.
Senyawa-senyawa tersebut, mampu menghambat pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali. Seperti, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker lambung, dan kanker saluran pernapasan.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Guangzhou, Cina, leunca via infus diujikan terhadap 10 penderita kanker leher rahim. Hasilnya, 70% pasien sembuh, dengan bukti pemeriksaan ulang melalui foto scanning. Sisanya, membutuhkan obat-obatan lain.
Sementara menurut HM Yusuf dari Klinik Citra Insani, Sukabumi, Jawa Barat, infus leunca bisa dikombinasikan dengan Buah Makasar. Efek samping yang ditimbulkan dari pemberian infus ini yakni mual, muntah, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan badan lemas. Tapi, akan segera hilang setelah tiga hari atau dengan memberi obat untuk menetralkan, seperti ginseng.
Selain sebagai infus, seluruh bagian Tanaman Leunca juga bisa diolah sebagai obat. Caranya, seluruh bagian tanaman dicuci bersih, lalu dijemur hingga kering, lantas masak dengan air, dan kemudian air seduhannya diminum tiga kali sehari, dengan masing-masing satu gelas.
Di balik rasanya yang agak pahit dan langu, serta renyah, ternyata tersimpan khasiat yang luar biasa
Menurut dr. Budi Sugiarto dari Rumah Sakit Omni Medical Center, Jakarta, tanaman yang dapat tumbuh 3.000 meter di atas permukaan laut ini sudah lama dimanfaatkan masyarakat Cina sebagai antibiotik, antiradang, diuretik (peluruh air kemih), menghilangkan bengkak, melancarkan darah, peluruh dahak, antipruritus (menghilangkan gatal), pereda batuk, dan penurun demam.
Sementara ekstrak daun tanaman yang dapat diperbanyak dengan biji ini, menurut dr. Setiawan Dalimartha dari Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupunktur Indonesia (Hiptri), mampu menekan ascites sarcoma, menstimulasi pembentukan sel darah, dan bersifat kuat sebagai anticholinesterase. Sebab, daun muda leunca mengandung kalori (45 kal), protein (4,7 gr), lemak (0,5 gr), karbohidrat (8,1), kalsium (210 mg), fosfor (80 mg), besi (6,1 mg), vitamin A (1.900 SI), vitamin B1 (0,14 mg), dan vitamin C (40 mg).
Sebagai pemakaian luar, dr. Setiawan Dalimartha menganjurkan agar leunca dilumatkan atau direbus. Selanjutnya, airnya digunakan untuk mencuci bisul, radang kulit bernanah (impetigo), eksim, gigitan ular, dan sebagainya.
Sebagai tindakan kuratif, Anda yang sehat tidak ada salahnya mengonsumsi Kerecek Leunca. Namun, Anda harus hati-hati dengan buah berdiameter 0,8 cm‒1 cm, yang berwarna hijau sewaktu masih muda dan berubah menjadi ungu pekat ketika sudah matang ini. Sebab, adakalanya mengandung racun, meski dalam kadar rendah.
Sementara sebagai tanaman, dari habitatnya di Asia Barat, ia menyebar ke seluruh penjuru dunia lantaran mampu hidup dalam kondisi “tertekan”. Tanaman yang disebut orang bule sebagai (European) black nightshade ini merupakan tanaman perdu dengan ketinggian mencapai 120 cm (sumber lain: 175 cm, red.) dan juga tanaman musiman.
Seperti dituliskan di atas, leunca dibudidayakan dengan biji. Sebelum disemaikan, Biji Leunca harus direndam dalam air matang bersuhu 20°C‒26°C selama 20 menit. Lalu, tiriskan hingga benar-benar kering.
Selanjutnya, 5 hari‒9 hari setelah disemaikan, Biji atau Benih Leunca akan mengeluarkan tunas. Dan, pada hari ke-85 hingga hari ke-105, panen pertama leunca sudah dapat dilakukan. Leunca yang siap jual, kini dipatok dengan harga Rp20 ribu/kg.
Dalam budidaya leunca, yang harus diperhatikan yaitu pertama, mencegah munculnya Busuk Daun dan Busuk Akar. Penyakit-penyakit yang sering menyerang Bibit Leunca yang baru tumbuh ini, dapat dicegah dengan cara menjaga persemaian tidak terlalu basah dan menyemprot dengan pestisida.
Kedua, penyiraman. Sebab, kelebihan dalam penyiraman akan menyebabkan daun menguning. Sedangkan kekurangan penyiraman akan membuat daun layu, lalu mengering, dan akhirnya rontok.