Boneka Wisuda
(BonekaKu)
Sejak beberapa waktu lalu marak Boneka Wisuda, yang diberikan sebagai suvenir perayaan kelulusan para wisudawan/wisudawati. Banyaknya permintaan terhadap boneka yang berbentuk Teddy Bear berkostum toga ini, membuat Sonya harus pintar-pintar memilih penjahit bonekanya. Imbasnya, ia menerima pesanan setiap tahun dari berbagai universitas di kota-kota besar di Indonesia
e-preneur.co. Boneka, kini, bukan hanya mainan anak kecil. Sebab, seiring berjalannya waktu, boneka juga dijadikan hadiah, alat bantu promosi, dan suvenir.
Sebagai suvenir, boneka biasanya dibuat berdasarkan pesanan atau sesuai dengan permintaan yang berkaitan dengan event yang diselenggarakan. Misalnya, pesta ulang tahun, pesta pernikahan, pesta perayaan launching produk, atau perayaan kelulusan.
Ya, sejak beberapa waktu lalu, muncul permintaan untuk membuat Boneka Wisuda yang nantinya diberikan kepada para wisudawan dan wisudawati. Untuk itu, bonekanya dibuat semirip mungkin dengan kostum yang mereka pakai.
“Sebenarnya tren Boneka Wisuda itu sudah lama ada. Dan, ini hanya salah satu kiat bisnis yang dilakukan para produsen boneka customized seperti saya. Sementara sebagai suvenir, tidak hanya Boneka Wisuda, tapi juga ada yang lain,” kata Sonya Chaterina.
Boneka Wisuda yang dimaksud di sini yakni boneka beruang yang populer dengan istilah Teddy Bear. Menurut Sonya, sebenarnya Boneka Wisuda tidak harus Teddy Bear, tapi bisa juga gajah, kelinci, primata, dan sebagainya.
Meski, karena bentuk tubuh mereka, maka hewan-hewan tersebut agak sulit dipakaikan baju. “Bentuknya tetap ‘dimanusiakan’ agar bisa berdiri dengan dua kaki dan dipakaikan toga,” ujar perempuan, yang memproduksi Boneka Wisuda berlabel BonekaKu ini.
Namun permintaan terbesar memang mengarah ke Teddy Bear. Sebab, hewan ini dianggap mewakili image lucu dan imut dari sebuah boneka dan cocok untuk segala usia.
Untuk itu, secara khusus, Sonya memproduksi boneka beruang polos sebagai stok untuk mengantisipasi meledaknya pesanan, di samping untuk mengatasi permintaan konsumen yang ingin serba cepat. “Kendati, saya membuat berdasarkan pesanan, tapi untuk boneka beruang jumlahnya paling banyak,” ucapnya.
Padahal, membuat boneka tidak sama dengan membuat produk lain yang notabene bisa dibantu dengan mesin. Di sini, ada penggabungan antara skill penjahit dengan mesin jahitnya. Selain itu, masih harus membuat aksesorinya, seperti logo dan baju boneka sesuai dengan nama fakultas si pemesan.
Menjahit boneka itu membutuhkan ketrampilan khusus
“Repot itu pasti, tapi saya menganggapnya sebagai risiko dari segmen pasar yang saya bidik. Di samping itu, saya juga mesti pintar mencari strategi untuk ‘mengakalinya’,” ujarnya.
Strategi yang dimaksud yakni ia tidak sembarangan memilih penjahit. Sebab, berbeda dengan penjahit garmen, menjahit boneka membutuhkan ketrampilan khusus. Untuk itu, Sonya lebih memilih penjahit baru yang nantinya ia didik sendiri.
“Lebih baik mengajari penjahit baru bagaimana caranya membuat boneka ketimbang penjahit garmen. Karena, penjahit garmen cenderung sulit menyesuaikan diri untuk menjahit boneka,” papar Sonya, yang memperkerjakan puluhan penjahit.
Dalam pemasarannya, Sonya tidak mengalami kesulitan. Sebab, selain sebagian besar bonekanya sudah pesanan pelanggan, ia juga memasarkan bonekanya melalui beberapa reseller.
“Saya juga memasarkannya secara online. Karena itu, bisa tembus sampai ke seluruh Indonesia,” pungkas Sonya, yang dengan kapasitas produksi 5 ribu‒10 ribu pieces, 80%-nya langsung diserap pasar.
Sementara khusus untuk Boneka Wisuda, Sonya yang membangun usahanya di kawasan Kranggan Permai, Jatisampurna, Bekasi, ini telah memiliki pelanggan tetap yang setiap tahun memesan. Pelanggan tersebut merupakan universitas-universitas ternama di Jakarta, Samarinda, Bandung, Riau, dan kota-kota besar lain di Indonesia.