Susu Kuda Liar
Berdasarkan hasil penelitian Diana Herawati, Susu Kuda Liar diketahui memiliki manfaat lebih ketimbang Susu Sapi. Lebih daripada itu, juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang bermanfaat lainnya
e-preneur.co. Anda tentu sudah pernah mengonsumsi Susu Sapi. Tapi, bagaimana dengan Susu Kuda Liar?
Susu Kuda Liar, meski telah disebarluaskan sebagai susu yang memiliki banyak khasiat, namun sebagian besar orang masih meragukannya. Lantaran, pertama, bukan susu yang lazim dikonsumsi. Kedua, embel-embel kata liar pada si kuda justru menimbulkan pertanyaan: bagaimana memerah susunya bila kuda itu liar?
Diana Herawati, doktor di bidang kesehatan masyarakat dari Institut Pertanian Bogor, menjawab keraguan masyarakat. Pada tahun 1997–tahun 2005, ia mengadakan penelitian tentang Susu Kuda Liar di tiga kabupaten di Nusa Tenggara Barat yaitu Kabupaten Bima, Sumbawa, dan Dompu.
Hasilnya, Susu Kuda-kuda Liar dari Dompu yang paling stabil senyawa-senyawa aktifnya. Penelitian yang menelan dana pribadi sebesar Rp1,1 milyar tersebut, juga konsentrasi pada aktivitas biologi Susu Kuda Liar ini.
“Awalnya, kami menyaring lebih dari 1.000 sample Susu Kuda Liar. Hasilnya, susu ini diketahui mempunyai aktivitas antimikroba. Dengan kata lain, susu ini mampu membunuh berbagai bakteri penyebab sakit (antara lain TBC, tipes, dan kolera) serta perusak pangan. Spektrumnya pun luas,” jelas Diana.
Singkat kata, ia melanjutkan, Susu Kuda Liar bukan cuma memiliki manfaat yang sama dengan Susu Sapi, melainkan juga memiliki manfaat tambahan yaitu sebagai penyembuh berbagai macam penyakit. Di samping itu, kadar lemaknya rendah. Sehingga, cocok bagi mereka yang sedang menjalani diet. Sementara kandungan gulanya mudah dicerna dan bersifat asam. Jadi, baik bagi pencernaan.
Kemudian, ia mengerucutkan penelitiannya dengan membentuk kelompok-kelompok ternak, yang mampu menerapkan sistem pangan organik terhadap kudu-kuda itu. Terbentuklah tiga kelompok ternak binaan di mana setiap kelompok terdiri dari 50 orang dan masing-masing kelompok memiliki 200–300 ekor Kuda Sumbawa Liar.
“Pengertian liar di sini berarti kuda-kuda itu dipelihara secara ekstensif. Maksudnya, dipelihara di dalam kawasan tertentu yang dibatasi dengan pagar dan terisolasi dari persawahan. Karena, persawahan merupakan sumber pestisida. Selain itu, juga jauh dari lingkungan. Sebab, dikuatirkan akan terkena asap knalpot atau polusi lainnya. Kawasan itu juga tidak dihuni oleh penduduk, untuk menghindarkannya dari rekayasa/campur tangan manusia,” ungkapnya.
Susu Kuda Liar bukan cuma memiliki manfaat yang sama dengan Susu Sapi, melainkan juga berfungsi sebagai penyembuh berbagai macam penyakit
Sementara cara pemeliharaannya, ia melanjutkan, dilakukan dengan diumbar, tanpa diberi pakan (mereka makan apa yang ada di alam), ketika sakit hanya boleh diobati dengan tanaman yang tumbuh di sekitarnya atau herbal (tanaman obat), perkawinan harus berlangsung secara alamiah (tidak boleh dikawinsuntikkan), dan sebagainya.
“Namun, seperti sudah dikatakan di atas, meski liar, kuda-kuda ini memiliki pemilik. Saat sang pemilik akan memerah susu, mereka dipanggil atau lebih tepatnya ditangkap. Lantas, dibawa ke kandang dan diberi makan pakan alamiah mereka. Setelah pemerahan selesai, mereka dikembalikan lagi ke ‘habitatnya’,” tutur kelahiran Jakarta, 19 Februari 1955 ini. Sekadar informasi, susu ini hanya diperah dari kuda betina yang sedang menyusui sampai anaknya disapih atau selama setahun.
Tahun 2007, tidak ingin hasil penelitiannya hanya berakhir sebagai hasil penelitian, apalagi pasokan dari binaannya terbilang banyak yakni bisa mencapai 1.500 liter, Diana pun mengurus izin usaha dan izin edar produk. Dan, di tahun itu pula, dengan dana Rp50 juta, ia mulai memproduksi Susu Kuda Liar segar (tanpa menambahi atau mengurangi senyawa organik yang terdapat pada susu, red.), yang dikemas dalam botol plastik berukuran 500 ml dan 250 ml.
Dua tahun kemudian, setelah melalui serangkaian riset yang menguras dana Rp100 juta, ia memproduksi produk turunannya berupa kosmetika untuk perempuan. Seperti, sabun, face tonic, milk cleanser, lulur, scrub, krim wajah, hand & body lotion, sun block, shampoo, dan sebagainya. “Selanjutnya, saya akan membuat Susu Kuda Liar dalam bentuk kapsul atau pil. Seperti, vitamin E,” kata Diana, yang melabeli produknya DH Kosmetik ini.
Semua produk itu, diolah dari pasokan rutin sebanyak 500 liter Susu Kuda Liar per bulan, yang dibagi menjadi 50% untuk Susu Kuda Liar segar dan 50% lainnya untuk produk turunannya, yang mayoritas dalam bentuk sabun dan scrub.
Selanjutnya, produk yang dikemas dengan sederhana itu dipasarkannya melalui berbagai cara. Seperti, by online, melalui sebuah gerai di Kementerian Pertanian, outsource, berbagai pameran, dan saat ia bertugas ke luar kota. Sedangkan yang dikemas cukup mewah, sebagian ditujukan untuk memenuhi pesanan berbagai salon dan spa.
“Ternyata, tanggapannya sangat baik. Produk ini diterima konsumen dari seluruh Indonesia dan semuanya diserap pasar. Terutama, Susu Kuda Liar segar. Sebab, susu ini mampu bertahan selama dua minggu. Bahkan, sebenarnya, bisa sampai setahun baik dalam suhu kamar maupun kulkas, tanpa berkurang khasiatnya,” ujar perempuan, yang dalam berproduksi di home industry sekaligus kediamannya yang berlokasi di Bogor, dibantu oleh lima karyawan yang kebanyakan berasal dari kalangan akademisi.
Sayangnya, sampai sejauh ini, baik Susu Kuda Liar segar maupun produk turunannya belum dapat diproduksi oleh orang awam. Mengingat, dalam usaha berbasis Susu Kuda Liar ini terdapat unsur medis. Sehingga, dalam berproduksi, dibutuhkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya agar zat-zat yang terkandung dalam susu tidak rusak atau berkurang khasiatnya.
Selain itu, juga dibutuhkan riset untuk setiap produk yang akan dibuat, yang notabene membutuhkan waktu yang relatif lama dan dana yang tidak sedikit. Sehingga, pemanfaatannya pun bisa seperti yang diharapkan.
Di samping itu, pada satu sisi, seperti bisnis berbasis rumahan lainnya, bisnis ini pun masih terbentur pada pemasarannya. Kendala lainnya yakni keraguan masyarakat akan susu itu sendiri, yang seperti dikatakan di atas bukan susu yang lazim dikonsumsi.
Ditambah lagi, sebagian besar Susu Kuda Liar yang beredar di pasaran merupakan produk asli tapi palsu atau yang diproduksi secara perorangan, yang biasanya tanpa embel-embel organik. Sehingga, layak diragukan higienitasnya dalam pemeliharaan, perawatan, dan pemerahan, serta pengemasan. Lebih daripada itu semua, tidak semua produk memiliki sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Meski begitu, menurut Diana, produk ini banyak peminatnya. Dengan demikian, prospeknya bagus. “Apalagi, pertama, kalau nanti sudah berbentuk kapsul atau pil. Kedua, susu ini dapat dikonsumsi baik pria maupun wanita di segala usia (untuk bayi tidak disarankan, red.),” pungkasnya, optimis.