Sewa Ambulans Pribadi
Ambulans lahir dari keprihatinan seorang dokter terhadap para pasiennya. Sementara ambulans pribadi hadir dari kemampuan Sandy dalam menangkap dan memanfaatkan peluang. Tapi, apa pun itu, tujuannya cuma satu yaitu untuk membantu sesamamanusia
e-preneur.co. Ambulans, boleh dikata, merupakan salah satu kendaraan yang paling dibenci, sekaligus dirindukan.Dikatakan begitu, sebab ambulans selalu berkonotasi kesedihan, keputusasaan, dan kepanikan.Maklum, kendaraan yang biasanya berwarna putih ini, pada umumnya membawa penumpang yang menjelang ajal, sedang sakit parah, atau mengalami luka berat. Sehingga, tidak seorang pun ingin menjadi penumpangnya.
Di sisi lain, ambulans juga kendaraan yang sangat “dirindukan” kehadirannya oleh mereka yang sedang membutuhkan.Sayang, pada kondisi sedang “dinanti-nanti” itu, seringkali penumpang dan keluarganya masih harus dihadapkan pada prosedur yang berbelit-belit. Sampai, akhirnya, semuanya pun terlambat.
Bukan hanya itu, acapkali rumitnya peminjaman kendaraan yang dilengkapi dengan sirine ini, masih akan dihadapi ketika penumpangnya sudah masuk rumah sakit atau bahkan berada di dalam liang lahat. Dan, kerumitan prosedur menyewa ambulans semakin menjadi-jadi, jika itu berkaitan dengan berbagai kepentingan non medis, seperti mengantar ke pengobatan alternatif, sebagai properti untuk syuting, untuk kegiatan-kegiatan outdoor, dan sebagainya.
Pada satu sisi, kita bisa memaklumi,bila kita ingat bahwaselama ini ambulans hanya dimiliki rumah sakit dan jumlahnya tidak banyak.Tapi, di sisi lain, kita akan meradang jika mengetahui bahwa sewa ambulans merupakan sebuah bisnis yang tidak tampak ke permukaan. Padahal, faktanya, banyak ambulans pribadi yang beroperasi dengan mengatasnamakan yayasan.
Situasi itu, tidak luput dari pengamatan Sandyana Kusumah. Lalu, pada tahun 2006, pemilik Bogor Rental Service (Bogorent) ini membangun usaha sewa ambulans pribadi. Ia merombak mobilnya (Carry Futura buatan tahun 1997, red.), yang kebetulan berwarna putih dengan melengkapinya dengan blankar (tandu) dan lampu sirine. Dan, jadilah ambulans. Untuk itu, ia menggelontorkan dana Rp2 juta.
“Pada dasarnya, sewa ambulans pribadi kami sama dengan sewa mobil pada umumnya. Dalam arti, bisa menyewa ambulansnya saja atau berikut pelayanannya yaitu para tenaga medisnya,” jelas Sandy, sapaan akrabnya.
Demikian pula dengan tarifnya, terutama tarif resmi, tidak ada perbedaan mendasar antara ambulansnya dengan ambulans milik rumah sakit atau yayasan. “Tapi, tarif-tarif itu bukan harga mati, melainkan masih dapat dinegosiasikan. Apalagi, untuk dalam Kota Bogor. Insya Allah berapa pun tarifnya akan kami layani,” ungkap sarjana ekonomi ini.
Berbicara tentang tujuannya pun sama yaitu make profit. “Tapi, dengan niat dapat membantu atau setidaknya, mempermudah orang-orang yang sedang memerlukan ambulans,” lanjutnya.
Namun, ada sedikit perbedaan dengan ambulans milik rumah sakit atau yayasan, ambulans milik Sandy dapat pula digunakan sebagai tenaga kesehatan lapangan untuk acara-acara outbond, lengkap dengan tenaga medis dan obat-obatan P3K. “Awalnya, event-event outbond merupakan target market ambulans kami. Tapi, karena sering tidak tercapai kesepakatan harga (budget yang mereka sediakan terlalu rendah, red.), kami mengalihkannya kepada siapa pun yang membutuhkan dan harganya cocok,” tuturnya.
Untuk itu, Sandy juga mempromosikan ambulansnya melalui internet dan iklan-iklan komersial. Imbasnya, muncul permintaan secara bertubi-tubi. Sehingga, saat itu, ia menambah tiga unit mobil lagi yaitu satu unit ntuk mobil jenazah dan dua unit untuk ambulans, yang dirombak dari Carry Futura dan Grandmax.
“Keduanya saya pilih, karena harganya murah. Di samping itu, sebenarnya usaha sewa ambulans pribadi juga dapat menggunakan mobil bekas, seperti saat saya mengawali bisnis ini,” ujar mantan supplier bahan makanan ke berbagai rumah sakit, boarding school, dan hotel ini.
Dan, laiknya sebuah bisnis, sewa ambulans yang memberi fasilitas utama berupa on call service, khususnya untuk area Bogor dan sekitarnya, ini pun tidak lepas dari kendala dan persaingan. “Kendala kami ada pada estimasi pendapatan atau sewa. Maksudnya, bila sedang banyak order, kadangkala kami sampai harus meminjam atau menyewa ambulans lagi, yang notabene milik yayasan. Sedangkan bila sedang sedikit order, ambulans kami justru menganggur dalam waktu relatif lama,” ungkap kelahiran Cimahi itu.
Sementara, untuk mengatasi persaingan yang semakin ketat, ia berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin dan beriklan. “Tapi, ke depannya, kami ingin lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas, sebagai penyedia jasa sewa ambulans dan tenaga kesehatan lapangan,” pungkas Sandy, yang membagi ambulansnya dengan tipe AC dan non AC.