Home / Agro Bisnis / Busuk Baunya, Wangi Prospek Bisnisnya

Busuk Baunya, Wangi Prospek Bisnisnya

Mengkudu

 

Tak kenal, maka tak sayang. Begitulah, kurang lebih gambaran hubungan kita dengan mengkudu. Selama ini, hanya dianggap tanaman pinggir jalan, yang bila buahnya jatuh hanya membuat jalanan kotor dan berbau. Padahal, setiap bagian “tubuhnya” dapat dimanfaatkan, yang notabene bernilai jual yang tidak murah

 

Pohon mengkudu dapat dipanen dua kali seminggu di mana dalam kondisi puncak dapat dihasilkan 1,5−3 kg/sekali petik

 

e-preneur.co. Mengkudu (Latin: morinda citrifolia red.) merupakan tanaman keras yang berasal dari Asia Tenggara. Ia memiliki buah yang diberi nama sama dengan pohonnya.

Hadir di Bumi Nusantara, ketika Pemerintah Kolonial Belanda berkuasa. Kala itu, konon, masalah mandi−cuci−kakus (MCK) sangatlah gawat.

Untuk menyerap bau yang tidak sedap dari tempat-tempat itu, Pemerintah Kolonial Belanda menyuruh menanam pohon mengkudu di pinggir-pingir jalan. Karena, ternyata, buah mengkudu mampu menyerap polusi baik udara maupun bau.

Kendati masalah MCK tidak ada lagi, tapi tanaman ini masih dapat kita temui sampai sekarang di setiap wilayah di Jakarta, khususnya. Pohon-pohon mengkudu tersebut dibiarkan tumbuh dan berbuah begitu saja. Acapkali, buahnya yang telah matang, jatuh ke tanah dalam kondisi sudah busuk, lalu menyebarkan bau yang sangat tidak sedap.

Padahal, di sisi lain, tanaman ini mempunyai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Setiap bagian “tubuhnya” dapat dimanfaatkan. Sehingga, tidak salah kalau dijuluki magical plant.

Dilihat dari daunnya, bagus untuk dibuat teh (sumber lain: daun dan buah mengkudu juga dapat dimakan sebagai sayuran dan lalapan, red.). Nilai gizinya yang tinggi, lantaran banyak mengandung vitamin A, membuatnya mampu menyembuhkan ambein.

Sementara akar dan kulit pohonnya dapat digunakan sebagai pewarna alami dan antikanker. Sedangkan bijinya, untuk minyak esensial.

Dan, lantaran masuk dalam keluarga kopi, ampas buahnya bisa dijadikan kopi. Di Bali, dikenal kopi mengkudu yaitu kopi yang berkhasiat mengobati hipertensi. Selain itu, ampas mengkudu dapat digunakan untuk membuat tepung, shampoo sekaligus cat rambut

Namun, yang memiliki khasiat paling kuat yakni buahnya, yang berfungsi untuk menanggulangi asam urat dan darah tinggi, menangkal radikal bebas, serta menghalau bahan-bahan asupan yang bersifat karsinogen (zat penyebab kanker, red.). Imbasnya, buah yang berwarna putih kekuningan/kehijauan dan bertotol-totol ini pun menjadi “rebutan” banyak industri baik dalam skala besar maupun rumah tangga. Untuk nantinya diolah menjadi dry chip coin.

“10 tahun lalu, berkembang hoax tentang Tahitian Noni yaitu buah mengkudu yang berasal dari Tahiti, Hawaii. Dikatakan bahwa inilah noni terbaik di dunia. Faktanya, menurut Profesor Toshiaki Nishigaki yang meneliti tentang noni, kandungan Tahitian Noni sama dengan mengkudu atau noni yang tumbuh di Indonesia,” jelas Arif Munandar dari Komunitas Tjabe Poejang.

Sementara berbicara tentang pembudidayaannya, tanaman yang di Jawa lebih dikenal dengan istilah pace ini menggunakan teknik seedling (dengan biji). Namun, tidak pernah diketahui di mana bisa membeli bijinya. Sebab, kemungkinan besar, para petani langsung menggunakan biji dari buah mengkudu.

Buah mengkudu sudah dapat dipanen pada umur empat bulan, tapi kualitasnya belum maksimal. Sumber lain menyatakan bahwa setahun setelah biji ditanam, pohon mengkudu akan berbuah untuk pertama kalinya. Tapi, masih dalam tahap “belajar”.

Bahkan, meski pohon sudah berumur dua tahun, hasilnya cuma ½ kg. “Namun, kalau orang ‘kampung’ menyebut pohon pace ini sebagai sambil tumbuh, sambil berbuah,” katanya.

Pohon mengkudu termasuk tanaman yang bandel, tidak rewel, antihama, dan bahkan dapat dijadikan pestisida alami. Ia dapat tumbuh di mana pun dalam ketinggian 0−700 mdpl (sumber lain: hingga 1.500 mdpl, red.). “Dengan kata lain, dilihat dari karakter daunnya yang lebar, tebal, dan lemas, maka tanaman ini lebih cocok ditanam di udara yang berhawa panas dan mampu memberi sinar matahari intensif (setidaknya 6−7 jam),” lanjut sarjana ekonomi ini.

Pohon Mengkudu yang bisa tumbuh sangat besar dengan ketinggian mencapai 8 meter ini, termasuk tanaman perennial (berbuah terus-menerus, red.). Ia dapat dipanen dua kali seminggu di mana dalam kondisi puncak dapat dihasilkan 1,5−3 kg/sekali petik.

“Kalau menanam 1.000 pohon, maka kita akan memanen 3 ton atau 6 ton/per minggu. Sementara harga dalam kondisi basah yakni Rp1.500,- sampai Rp2.000,- per kilogram (1 kg = ±2 buah, red.). Sedangkan rendemennya 30%. Jadi, dari 1 kg cuma dihasilkan 3 ons,” jelasnya.

Mengkudu dalam bentuk dry chip coin dipasarkan melalui buyer di Surabaya dan Jakarta. Selanjutnya, dikirim ke Cina dan Hong Kong untuk dijadikan obat herbal.

Namun, kadangkala, entah dengan alasan “kejar tayang” entah ada unsur “nakal”, buyer membentuk keagenan. Selanjutnya, agen-agen itu menyebar ke berbagai pelosok. Imbasnya, pada satu sisi mereka mendapatkan mengkudu dalam jumlah banyak, tapi dari sisi lain kualitasnya tidak jelas.

“Buah mengkudu yang belum matang tapi sudah harus diproses, setelah dikeringkan tidak berwarna hitam, melainkan agak putih. Dan, ini terlihat jelas oleh mata telanjang,” ungkap warga Gang Kedompon, Adikarso, Kebumen, ini.

Dari sini, kita bisa mengetahui jika prospek bisnis tanaman yang mempunyai masa hidup lebih dari 10 tahun ini bagus. “Tiga tahun lalu, saya pernah datang ke suatu tempat di Bogor. Perusahaan yang saya datangi menjalin kerja sama dengan Profesor Toshiaki Nishigaki. Perusahaan itu melakukan penanaman mengkudu secara besar-besaran, dengan sistem pertanian moderen. Dari sini, saya menarik kesimpulan kalau kerja sama ini akan jangka panjang dan dengan nilai yang sangat besar,” pungkas kelahiran Kebumen, 17 Maret 1974 ini.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …