Home / Agro Bisnis / Membawa Hoki, Berharga Jual Tinggi

Membawa Hoki, Berharga Jual Tinggi

Perkutut Putih

 

Dalam budaya Jawa, seorang pria dewasa dianggap sudah lengkap hidupnya jika memiliki lima hal di mana salah satunya yaitu memiliki kukila (burung). Sementara, burung yang dimaksud di situ yaitu perkutut, lebih tepatnya Perkutut Putih. Sebab, burung ini merupakan perlambang kekayaan, keberuntungan, atau hoki bagi yang memeliharanya. Dari sudut pandang yang lain, hal ini sudah dibuktikan Bagya yang menternakan perkutut dan menghasilkan puluhan juta rupiah per bulannya

 

[su_pullquote]Produktivitas perkutut tinggi. Selama setahun, sepasang indukan perkutut mampu melakukan sembilan kali penetasan di mana satu penetasan berisi dua piyik[/su_pullquote]

e-preneur.co. Burung Perkutut (baca: perkutut, red.) sejak zaman nenek moyang bangsa ini, memang menjadi klangenan (peliharaan) primadona, sekaligus menjadi simbol status sosial pemiliknya. Ada sebuah mitos yang beredar yang mana semakin banyak perkutut yang dipelihara, dipastikan orang tersebut sudah mapan dalam hal finansial dan spiritual. Apalagi, jika orang tersebut memelihara Perkutut Putih yang konon hanya dimiliki dan dipelihara oleh para raja dan kyai.

Perkutut Putih memiliki ciri fisik berupa seluruh bulunya berwarna putih, sementara matanya berwarna merah dan tembus, serta bersinar jika terkena cahaya, paruhnya berwarna kelabu, dan kakinya berwarna merah dengan garis-garis hitam. Dengan segala kecantikan fisiknya tersebut, burung ini diyakini banyak orang mampu mendatangkan kekayaan, keberuntungan, atau hoki bagi yang memeliharanya.

“Namun, keturunan Perkutut Putih belum tentu menghasilkan anakan perkutut yang juga berwarna putih. Tapi, anakan itulah yang nantinya akan menghasilkan Perkutut Putih,” kata Subagya, pemilik Bagya Bird Farm.

Menurut Bagya, begitu ia disapa, beternak perkutut itu mudah dan tidak membutuhkan banyak modal. “Karena, pakan perkutut yang berupa biji-bijian itu bisa diperoleh dengan mudah di toko ternak. Seekor perkutut, dalam sehari, tidak sampai menghabiskan Rp1.000,- untuk makannya. Selain itu, perkutut juga mudah dalam perawatan. Sebab, burung ini seperti merpati. Dalam arti, memiliki fisik kuat dan tidak manja laiknya burung-burung kicau,” beber pemilik sekitar 800 pasang perkutut, baik Perkutut Putih, silver, maupun perkutut biasa atau abu-abu ini.

Memang, secara teknis, memelihara perkutut bisa dibilang mudah. Tapi, Bagya selalu mengingatkan agar peternak tidak menggampangkan. Menurutnya, pemberian pakan haruslah disiplin atau tepat waktu, kebersihan kandang juga dijaga agar terbebas dari hama penyakit.

Selain itu, ia menyarankan agar memberi campuran mpon-mpon (bahan jamu) ke dalam makanan perkutut seminggu sekali agar burung tidak mudah sakit. Di samping itu, perkutut harus diberi vitamin, seperti vitamin B kompleks, vitalur, dan vitacik dalam takaran tertentu.

Agar mudah dalam perawatan dan pengawasan, Bagya juga menyarankan agar kandangnya mengunakan sistem baterai yaitu satu sangkar untuk satu pasang. “Hal terpenting dalam mendapatkan gen perkutut putih yang berkualitas yakni harus teliti dan benar dalam pengawasan saat crossing. Nah, ternak sistem baterai ini memudahkan saya untuk melakukan pengawasan,” ujar pria, yang sejak tahun 2005, mulai serius mengembangbiakkan dan melakukan crossing (perkawinan silang) pada indukan perkutut.

Keunggulan berikutnya dari burung yang satu ini yaitu mudah sekali beradaptasi dengan kandang barunya dan tidak gampang stres. Produktivitas perkutut juga tinggi. Selama satu tahun, sepasang indukan perkutut mampu melakukan sembilan kali penetasan di mana satu penetasan berisi dua piyik (Jawa: anakan burung, red.).

Bagya membagikan tips untuk para peternak yang ingin mengembangbiakkan perkutut, agar anakannya bisa cepat besar dan siap jual. “Saya memindahkan anakan yang berumur lima hari ke sangkar Burung Puter yang tengah mengeram. Biasanya, indukan puter yang tengah mengeram menghasilkan cairan semacam ASI (Air Susu Ibu) di temboloknya. Nah, cairan inilah yang diberikan kepada anakan perkutut,” ungkapnya.

Dalam beternak perkutut, Bagya yang membuka peternakannya di Dusun Sambirobyong, Desa Geneng, Ngawi, Jawa Timur, mampu menghasilkan sekitar 100 anakan Perkutut Putih per bulan di mana per ekornya dihargai sekitar Rp350 ribu. Selain itu, ia juga menghasilkan 200 anakan Perkutut Abu-abu per bulan, yang dibanderol dengan harga kurang lebih Rp50 ribu/ekor.

Prospeknya? Menurut Bagya, masih bagus. Apalagi, sosial dan budaya masyarakat Indonesia masih kental dengan unsur tradisional. Menurut catatan Persatuan Perkutut Indonesia, kebutuhan akan Burung Perkutut sebagai tren hobiis juga terus meningkat dari tahun ke tahun. “Bahkan, seseorang yang sudah terlanjur jatuh cinta, rela mengeluarkan uang puluhan hingga jutaan rupiah untuk perkutut,” tutupnya.

 

Catatan

  • Perkutut memiliki masa hidup dan produktivitas yang lama. Indukan pertama yang dimiliki Bagya sejak tahun 2005 masih hidup dan produktif.
  • Di sekitar kandang, sebaiknya diberi pasir, batu-batuan, atau pecahan batu bata merah. Sehingga, burung dapat makan batu-batuan atau pasir tersebut sebagai asinan, sekaligus membantu pencernaannya.

 

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …