Home / Senggang / Resto Area / Menggemaskannya Omset dari Waralaba Salon Hewan

Menggemaskannya Omset dari Waralaba Salon Hewan

Pet Depo

 

Selalu ada celah untuk meraup rupiah dari hewan peliharaan. Hal ini, setidaknya sudah dibuktikan oleh Pet Depo—yang mengusung konsep one stop pet service—yang mampu meraih omset mencapai ratusan juta rupiah per bulannya. Dan, tidak ingin hanya menikmati sendiri omset yang menggiurkan itu, Pet Depo pun menawarkan waralaba yang akan balik modal pada bulan ke-24

 

[su_pullquote]Pet Depo memberi jaminan proteksi wilayah bagi gerai-gerai mitra agar tidak terjadi hukum rimba di antara mereka[/su_pullquote]

e-preneur.co. Usaha salon hewan, kini semakin digandrungi. Buktinya, untuk Jakarta saja, jumlahnya mencapai puluhan gerai, mulai dari skala kecil hingga besar. Sementara konsep yang ditawarkan beragam, dari berbentuk toko sampai model jemput bola.

Banyaknya pengusaha yang melirik usaha ini, mengindikasikan bahwa hewan peliharaan memberi peluang mendatangkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit. Kendati demikian, pemilik usaha mesti pintar memilih strategi, agar tidak tergilas ketatnya persaingan.

Selama ini, salon hewan yang sering kita jumpai hanya menawarkan konsep satu jenis pelayanan. Dan, itu berupa pelayanan membersihkan hewan peliharaan. Sedangkan salon hewan yang menawarkan fasilitas komplit, mulai dari salon, penitipan, klinik, serta penjualan ritel makanan dan aksesoris hewan, boleh dikata masih langka.

Salah satunya, Pet Depo yang menyediakan empat fasilitas tersebut dalam satu tempat. Konsep baru ini, memudahkan pemilik hewan peliharaan mendapatkan pelayanan kesehatan, salon, penitipan, dan minimarket khusus untuk hewan kesayangan.

“Saya melihat peluang bisnis ini sangat besar di mana minat masyarakat akan jasa untuk kebutuhan hewan peliharaan sangat tinggi. Jika satu jenis layanan saja sudah menguntungkan, empat fasilitas tentu lebih menguntungkan,” kata Agus Kristanto, pemilik Pet Depo.

Bukan cuma memberi pelayanan komplit, Pet Depo juga melayani keluhan pelanggan selama 24 jam. Artinya, Pet Depo tetap membuka layanan salon, penitipan, dan klinik hewan tanpa sekali pun menutup gerainya. Sementara, penjualan makanan dan aksesoris di minimarket, hanya dibuka pada pukul 08.00 hingga 22.00.

“Untuk ritel tidak 24 jam. Tapi, untuk pelayanan lainnya 24 jam. Terutama untuk klinik di mana para dokter sengaja melakukan operasi justru pada malam hari,” jelasnya.

Bahkan untuk layanan salon, Pet Depo membuat konsep salon terbuka. Maksudnya, tempat memandikan hewan terletak di bagian depan gerai.

“Khusus untuk salon, saya buat dengan konsep show off. Artinya, letak tempat memandikan dan membersihkan hewan berada paling depan, dengan full kaca. Sehingga, pemilik hewan bisa melihat hewan kesayangannya sedang dimandikan,” ujarnya.

Hal ini, Agus lakukan lantaran terinspirasi pada pengalaman pribadinya. Dengan demikian, ia tidak ingin kejadian buruk yang pernah dialaminya menimpa hewan kesayangan pelanggannya saat dibersihkan.

“Dulu, saya pernah membawa hewan peliharaan saya ke salon. Tapi, gerainya tertutup rapat dan pemilik hewan peliharaan tidak boleh masuk. Saya kuatir hewan peliharaan saya diperlakukan tidak baik. Dan, benar saja. Hewan peliharaan saya diperlakukan tidak selayaknya,” tuturnya.

Dengan konsep yang berbeda itulah, konsumen memberikan respon yang positif. Imbasnya, omset yang diperoleh pun meningkat. Bahkan, mencapai ratusan juta rupiah per bulannya.

Untuk skala bisnis jasa kebutuhan hewan, angka tersebut terbilang tinggi. Apalagi bila mengingat di Indonesia pada umumnya dan di Jakarta pada khususnya, tidak begitu banyak orang yang memelihara hewan.

Adanya tanggapan positif pada usaha yang dirintisnya pada tahun 2006 itu, membuat Agus ingin mengembangkan Pet Depo dengan konsep waralaba. Ia berpikir, keberhasilan yang diperolehnya tidak ada salahnya dibagi dengan pihak lain. Sehingga, bisa sama-sama merasakan ranumnya Pet Depo.

“Selain dengan tujuan berekspansi, saya mewaralabakan Pet Depo juga untuk membuka peluang bagi orang lain yang ingin berinvestasi,” jelas Agus, yang meluncurkan konsep waralaba Pet Depo pada tahun 2009.

Dalam kerja sama itu, mitra akan memperoleh perlengkapan klinik dan salon, desain interior dan eksterior, pelatihan calon karyawan, inventori awal, dan peralatan lainnya. “Investasi yang saya tawarkan tidak termasuk sewa lokasi,” ucapnya.

Namun, yang paling utama dalam kerja sama ini yaitu adanya jaminan proteksi wilayah di mana dibuat pembatasan gerai Pet Depo dalam satu daerah tertentu. Tujuannya, selain agar tidak saling memakan, juga agar kinerja Pet Depo bisa optimal.

“Jarak lokasi setiap gerai dibatasi dalam radius kurang lebih 10 km. Bahkan, bisa lebih jika terjadi persaingan yang kurang baik di antara gerai mitra. Intinya, saya tidak ingin terjadi hukum rimba di antara gerai-gerai mitra saya,” tegasnya.

Saat ini, Pet Depo yang berkantor pusat di Jalan Mandala Raya, Tomang, Jakarta Barat, telah mempunyai delapan gerai mtra yang semuanya beroperasi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Agus belum berminat membuka gerai di luar Jabodetabek. Sebab, ia menilai calon mitra dari luar Jabodetabek kurang serius.

“Kalau tidak dikelola dengan baik percuma saja berinvestasi mahal-mahal. Apalagi, segmen pasarnya terbatas. Sehingga, kurang mahir mengembangkan potensi, malah berujung bangkrut,” pungkasnya.

Sebagai informasi, tarif salon untuk anjing dan kucing di Pet Depo berkisar Rp10 ribu−Rp50 ribu dan untuk jasa penitipan Rp24 ribu−Rp80 ribu. Tarif tersebut, disesuaikan dengan jenis dan ukuran hewan. Sedangkan untuk klinik, disesuaikan dengan jenis penyakit dan tindakan medis yang diambil. Sementara untuk konsultasi kesehatan hewan, Pet Depo tidak memungut biaya.

 

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *