Home / Senggang / Resto Area / Ajang Berbagi Kenangan Masa Kecil

Ajang Berbagi Kenangan Masa Kecil

Cemal-Cemil

 

Ingin merasakan kembali camilan atau mainan semasa kita masih duduk di bangku TK atau SD? Datang saja ke outlet-outlet Cemal-Cemil yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Medan, dan Makassar

 

[su_pullquote]Cemal-Cemil jajanan dan mainan nostalgia[/su_pullquote]

 e-preneur.co. Saat orang-orang beranjak dewasa, biasanya persoalan hidup menjadi semakin kompleks. Mulai dari persoalan pribadi hingga yang menyangkut pihak-pihak lain.

Imbasnya, secara tidak sadar, mereka akan teringat kembali masa-masa kecil yaitu saat masih berstatus murid Taman Kanak-kanak atau mengenakan seragam merah−putih. Sebab, kala itu, banyak hal yang menyenangkan yang dapat dilakukan begitu saja, baik itu bermain maupun tentang jajanannya.

Pasti terngiang-ngiang dalam ingatan bagaimana serunya bermain Ular Tangga dengan teman-teman sebaya. Atau, manisnya permen favorit, yang sering diburu seusai pulang sekolah atau di tengah jam istirahat. Hingga, saat kembali ke kampung halaman, mereka akan berusaha mencari camilan-camilan semasa kecil itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, tentu jajanan-jajanan semasa kecil dulu itu sudah sulit dijumpai. Bahkan, mungkin sudah “punah”.

Hal ini, ternyata membuat Ebi Karsono, yang juga kangen dengan jajanan masa kecil itu, merasa perlu untuk melestarikan makanan dan permainan tempo doeloe. Untuk itu, bersama dua orang temannya yaitu Yeani dan Rury, ia menghadirkan kembali kenangan masa kecil itu dengan membuka Cemal-Cemil, dengan modal awal Rp60 juta, pada Mei 2003.

“Cemal-Cemil merupakan ajang berbagi kenangan masa kecil. Terutama, mereka yang sebaya dengan saya,” jelas Eby, yang yakin rasa kangen yang ia miliki terhadap jajanan dan atribut masa kecil juga dimiliki oleh orang lain.

Untuk itu, Cemal-Cemil pun menyediakan jajanan nostalgia, seperti permen (telur) cicak, permen rokok, permen payung, kue kembang goyang, kue keping es, kue satru, kue semprit, kue kuping gajah, dan lain-lain. Kue-kue tersebut dijual dalam kemasan kaleng kerupuk berukuran mini.

Sementara untuk mainannya, ada katak kaleng, dorong-dorongan, gasing, ludo, halma, kitiran, dan sebagainya. Berbagai mainan yang tersedia di sini hanya sebagai pelengkap.

Lantas, seiring perkembangan bisnis, terjadi penyesuaian pemasaran. Mengikuti permintaan konsumen, kue yang yang semula  dijual dalam kemasan kaleng krupuk, akhirnya juga dijual secara refill. Harganya, tentu lebih miring.

Tapi, untuk menghindari citra sebagai toko kue, penjualan isi

ulang hanya berlaku untuk konsumen yang pernah membeli kue dengan kemasan kaleng krupuk. Sedangkan untuk pembeli baru, diwajibkan membeli kue yang dikemas dalam kaleng krupuk. “Kami menjual konsep. Kalau menjual kuenya saja, nanti nggak beda dong dengan toko kue,” ujar Yeani.

Sementara untuk memperoleh camilan tempo doeloe, Eby dan Yeani membutuhkan energi ekstra. Memang, masih ada beberapa pabrik yang memproduksi jajanan seperti permen karet tato, permen rokok, cokelat ayam, dan lain-lain. Tapi, lantaran sudah kalah bersaing dengan jajanan moderen, maka jajanan-jajanan tersebut hanya dapat dijumpai tempat-tempat tertentu.

Untuk itu, setahun sekali, mereka berburu jajanan masa kecil itu ke berbagai pasar tradisional di kota-kota kecil di Jawa. “Di Pasar Beringharjo, Jogyakarta, masih bisa ditemukan jajanan dan mainan semasa saya kecil,” kata Eby.

Namun, tidak semua barang yang ada di Cemal-cemil dari hasil berburu ke pasar-pasar tradisional. Ada beberapa jenis makanan, yang diproduksi sendiri atau dipesan secara khusus. Karena, sudah sangat sulit dijumpai. “Sekitar 20% makanan di Cemal-Cemil khusus kami pesan. Seperti, kue kopi (coffenoir) yang merupakan buatan seorang Oma,” lanjutnya.

Respon pasar yang bagus, membuat Cemal-Cemil berkembang. Dalam kurun waktu empat bulan setelah dibuka, Cemal-Cemil sudah balik modal.

Bukan cuma itu. Cemal-Cemil yang semula hanyalah sebuah “showroom” yang “numpang” di sebuah restoran di Kemang dan dikelola secara sederhana, lalu pindah ke Tulodong House sebagai hasil kerja sama dengan sebuah tempat perbelanjaan. Setahun kemudian, pindah dan menempati sebuah toko di Jalan Kemang Selatan I, Jakarta Selatan.

Kini, Cemal-Cemil juga sudah mempunyai lebih dari 20 outlet dengan konsep “numpang”, yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Medan, dan Makassar. Menjual masa lalu, ternyata tidak membuat rupiah begitu saja berlalu.

 

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *