Home / Kiat / Cash Flow Game

Cash Flow Game

Apa pun Bisnisnya, yang Penting Menghasilkan Cash Flow

Orang yang bekerja, pada dasarnya hanya mengandalkan satu sumber income, yang biasanya diterima sebulan sekali. Sementara, pengeluaran demi pengeluaran terjadi setiap saat. Tidakkah Anda ingin memperoleh gaji plus penghasilan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun? Kalau ya, Anda bisa belajar cash flow game yang diajarkan Budi Rachmat

[su_pullquote]Orang yang sukses secara finansial adalah orang yang pendapatan pasifnya lebih besar daripada penghasilannya[/su_pullquote]

e-preneur.co. Kehadiran anak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang tua, di samping juga bertambahnya “beban” hidup. Setidaknya, itulah yang dirasakan Budi Rachmat, ketika mempunyai anak kedua di usia 40 tahun.

“Saat nanti saya pensiun (usia 55 tahun, red.), anak itu baru berumur 15 tahun. Hal ini, membuat saya dihadapkan pada pilihan menunggu 15 tahun lagi atau mulai sekarang saya mengambil suatu tindakan,” kata mantan commodity buyer PT Unilever ini.

Akhirnya, setelah 15 tahun mengabdi pada perusahaan itu, Budi pun resign pada awal tahun 2003. Tapi, sebenarnya, keinginan untuk resign sudah muncul sejak tahun 2000. Apalagi, ia sudah mempunyai investasi.

Ya, sebenarnya, jauh sebelumnya ia sudah memulainya dari properti yang lalu disewakan. Sehingga, ia mendapatkan duit sewa.

“Waktu itu, saya mengambil satu unit apartemen di Rasuna dengan harga sekitar Rp400 juta. Lantas saya sewakan, dengan nilai sewa Rp5 juta/bulan. Sementara, gaji saya Rp10 juta/bulan. Kemudian, saya mempunyai satu unit lagi. Kalau keduanya saya sewakan, saya tidak perlu bekerja lagi kan? Tapi, saat itu, saya masih terus bekerja,” kisah Budi.

Demi menunjang keinginannya untuk resign, kelahiran Bandung, 26 Maret 1960 ini membuat berbagai persiapan. Ia mencari mentor ke sana kemari hingga akhirnya “bertemu” dengan Robert T. Kyoshaki. Lalu, ia “mengikuti” buku-bukunya hingga mendapatkan ilmunya.

Pada tahun 2000, Budi membangun sebuah perseroan terbatas (PT) dan mengambil waralaba sebuah minimarket. Dari sini, disadarinya bahwa ia harus memilih. Karena, dalam berbisnis harus fokus.

Apalagi, dengan mengambil waralaba minimarket itu, ia harus selalu berada di toko. Akhirnya, ia mengajukan permohonan resign pada umur 43 tahun.

Budi pun stay di minimarketnya selama 3–4 bulan dengan pekerjaan rutin. Begitu sudah mengetahui segala sesuatunya, ia menyerahkan urusan kepada kepala toko dan ia keluar.

“Kondisi ini, membuat saya fresh melihat segala sesuatunya. Saya sudah mempunyai dua income. Saatnya untuk mencari yang lain. Saya pun mengambil bisnis snack (crepe). 1–2 minggu pertama, saya nungguin. Setelah mengetahui polanya, saya serahkan ke karyawan saya dan saya tinggal mengawasi,” lanjutnya.

Dari sini, Budi ingin menunjukkan bahwa apa pun bisnisnya yang penting menghasilkan cash flow. Menurutnya, cash flow adalah perputaran duit masuk, yang diperoleh dari berbagai macam bisnis. Sementara, bisnis yang dimaksud bisa bisnis siapa pun.

“Saya tidak berbisnis sendirian tapi ber-partner. Sehingga, duit itu belum tentu duit saya, tapi saya tetap mendapat sebagian dari duit itu,” jelasnya.

Contoh, bisnis di minimarket itu. “Kalau ditanya apakah itu bisnis saya, saya akan menjawab bukan, melainkan bisnis bersama. Dan, dari minimarket itu saya mendapat Rp20 juta/hari. Padahal, ada dua minimarket yang berarti saya mendapat Rp40 juta/hari. Tapi, penghasilan itu masuk ke PT saya. Nanti, di akhir bulan, setelah dikurangi biaya operasional, baru ada yang masuk ke kantong saya,” tambah Budi, yang mendapat penghasilan bulanan dari sini sebesar Rp30 juta–Rp40 juta.

Dari sini, ditarik kesimpulan bahwa yang “ dijual” oleh Budi yakni cash flow game-nya Robert T. Kyoshaki versi Bahasa Indonesia atau sebuah edukasi finansial. “Tapi, saya praktikkan dalam bentuk menghasilkan cash flow di bisnis siapa pun di mana saya bisa menjadi bagian dari itu, bisa pula itu memang bisnis milik saya,” ungkap sarjana Sastra Cina dari Universitas Indonesia ini.

Dilihat dari tipenya, menurut Budi, ada pendapatan setahun sekali, pendapatan sebulan sekali, pendapatan seminggu sekali, dan pendapatan harian.

“Orang yang bekerja hanya mengandalkan satu sumber income. Misalnya, tanggal 25 kita mendapat gaji. Sesudahnya, hanya pengeluaran demi pengeluaran hingga tanggal 25 berikutnya mendapat gaji lagi. Harusnya, tanggal 25 mendapat gaji, tanggal 26 mendapat gaji, tanggal 27 mendapat gaji, dan seterusnya meski setiap hari juga ada pengeluaran. Seperti saya yang mendapat gaji bulanan dari minimarket itu, gaji harian sekitar Rp800 ribu dari crepe, dan gaji tahunan dari bisnis properti,” ujar Budi, yang juga berbisnis batu bara tapi belum menghasilkan.

Berbicara tentang prospeknya, Budi mengaitkannya dengan fakta bahwa tambah lama hidup tambah materialistis. Karena itu, harus melek finansial. Imbasnya, dengan sendirinya orang akan belajar tentang finansial, yang dalam hal ini yaitu cash flow game yang merupakan bagian dari edukasi dalam bentuk baru. “Singkat kata, prospeknya bagus!” pungkasnya.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *