Terus Diminati Meski Tren Tanaman Hias Sudah Berakhir

Related Articles

Suara Merdu + Penampilan Fisik yang Indah = Harga Jual Tinggi

April 15, 2023

Mampu Tumbuh Lebih Cepat daripada Sengon dan Jabon

April 12, 2023

Puring

Puring, selama ini, hanya dianggap hanya sebagai tanaman penanda makam atau penghias taman. Meski, kaya akan warna, bentuk, dan corak, serta jenis. Tapi, dalam perkembangannya, anggapan yang tidak mengenakkan itu justru membuatnya terus diminati konsumen. Sekali pun, tren tanaman hias sudah berakhir

e-preneur.co. Bila berbicara tentang puring, otomatis ingatan kita akan melayang ke tanaman yang biasanya digunakan sebagai pengganti pagar, penghias taman, atau penanda makam. Dengan citra yang demikian, harga jualnya pun rendah. Sehingga, para petani puring (Latin: codiaeum variegatum, red.) selalu terbentur pada pemasarannya.

Tapi, seiring dengan booming tanaman hias daun beberapa tahun lalu, tanaman yang masih termasuk dalam keluarga Eforbia ini pun ikut terangkat gengsinya. Di sisi lain, sebenarnya, tanaman yang konon berasal dari Maluku ini kaya akan warna dan bentuk, serta corak. Selain itu, ia termasuk tanaman hias yang tumbuh sepanjang tahun dan tahan terhadap terpaan langsung sinar matahari.

Tanaman yang dapat pula dijumpai di Thailand, Florida (Amerika Serikat), Australia, dan daerah-daerah beriklim panas (baca: tropis, red.) ini, juga memiliki ribuan jenis. Puring mudah pula diperbanyak baik dengan cangkok maupun stek pucuk dan gampang dirawat. Hamanya pun gampang diberantas.

Lebih dari itu semua, tanaman yang dapat tumbuh hingga setinggi 3 meter ini, juga dapat digunakan sebagai tanaman obat. Misalnya, rebusan daunnya untuk menurunkan demam, sedangkan rebusan akarnya berguna sebagai obat pencahar. Ia juga mampu menyerap gas beracun dari kapasitas rendah hingga sedang.

“Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, sudah waktunya puring dijadikan tanaman penghias taman, bukan sekadar penanda makam atau pengganti pagar,” kata Lastini Chandra, pemilik Ladika Flora.

Meski demikian, nilai jual puring tetap lebih rendah dibandingkan dengan tanaman hias daun lain, seperti Anthurium. “Mungkin, karena sampai sejauh ini, promosi tentang puring belum segencar tanaman hias daun lain. Di samping itu, para kolektor puring juga baru mengembangbiakkan jenis-jenis tertentu,” jelas pemilik lebih dari 100 jenis puring ini di kediamannya, Tanah Baru, Depok.

Bila tidak ada lagi yang mau mengoleksinya, puring masih dapat digunakan untuk menghiasi taman

Harga puring per pot, perempuan yang “bermain” puring sekitar tahun 2005 itu melanjutkan, bervariasi. Tergantung pada ukuran dan jenisnya. Dalam arti, puring jenis biasa tentu saja berbeda harganya dengan puring yang sedang naik daun, seperti Puring Oscar dan Puring Kura-kura.

“Saya pernah menjual Puring Oscar setinggi 1 meter dengan harga Rp2,5 juta–Rp3 juta per pot. Sebab, masih langka dan mempunyai daun-daun lebar bermotif batik,” kata insinyur pertanian dari Institut Pertanian Bogor ini.

Mantan karyawan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) ini, juga pernah memenuhi permintaan dari Riau, Jambi, Lampung, dan Yogyakarta, selain mengalami peningkatan permintaan yang signifikan dari 100 pot meningkat menjadi 200 pot, dengan kisaran harga minimal Rp50 ribu–Rp100 ribu per pot.

Dengan fakta ini, pemilik 10 pohon indukan Puring Kura-kura ini yakin bahwa puring akan terus diminati. Meski, tren tanaman hias sudah berakhir.

“Maklum, namanya juga tanaman hias, akan selalu berganti dan berputar. Jadi, nggak ada yang akan terus diminati sampai bertahun-tahun. Tapi, khusus untuk puring, bila tidak ada lagi yang mau mengoleksinya, ia masih dapat digunakan untuk menghiasi taman,” pungkasnya.

Catatan

Jika ingin membudidayakan puring dalam skala rumah tangga:

• Cukup memiliki lahan seluas halaman rumah (50 m²), yang mendapat terpaan matahari secara langsung.
• Belilah pohon indukan 5−10 jenis yang berbeda. Misalnya, dua pohon indukan untuk setiap jenisnya. Sehingga, akhirnya terkumpul 20 pohon indukan dari 10 jenis yang berbeda.
• Pilihlah pohon indukan yang mempunyai maksimal lima cabang, yang nantinya setelah dicangkok akan menghasilkan 100 pohon anakan.
• Sistem cangkok ini akan memberi keberhasilan 100%. Sebaliknya, jika menggunakan sistem stek pucuk.
• Pohon indukan nantinya akan mengeluarkan cabang-cabang baru. Sehingga, jika ingin memperbanyak lagi, tidak perlu lagi membeli pohon indukan. Pohon indukan juga akan bertahan hidup untuk jangka waktu tak terhingga. Ini berarti, terjadi penghematan dalam investasi.
• Penghematan juga ada pada biaya produksi. Karena, puring mudah ditanam dan tumbuh.s