Home / Kiat / Raih Semua Konsumen Sesuai dengan Daya Beli Mereka

Raih Semua Konsumen Sesuai dengan Daya Beli Mereka

Produk Perlengkapan Bayi

 

Pasar produk perlengkapan bayi memang tidak akan pernah surut, selama masih ada perempuan dan bayinya. Tapi, tidak berarti para pelaku usahanya bisa leha-leha. Sebab, ada persaingan yang ketat dalam bidang usaha ini. Dan, Netty pun mengatasinya dengan merambah semua segmen masyarakat. Imbasnya, produk-produknya bukan hanya mampu menembus pasar dalam negeri yang telah padat, melainkan juga pasar mancanegara

 

e-preneur.co. Setiap detik, puluhan atau bahkan ratusan bayi lahir di Indonesia, khususnya. Setiap bayi yang dilahirkan, meski mungkin bayi yang kesekian, tetap membawa sensasi tersendiri bagi orang tuanya, khususnya si Ibu.

Untuk itu, si Ibu akan mempersiapkan segala perlengkapan untuk sang buah hati, baik dengan membeli satu set lengkap atau sekadar menambah/melengkapi yang sudah ada. Itu berarti, pasar perlengkapan bayi, sepadat apa pun, masih tetap memiliki celah untuk dimasuki.

Begitulah, hasil analisa dan observasi pasar yang dilakukan Netty Sulasih Gunawan, sebelum ia memasuki bisnis ini pada tahun 2001. “Di sisi lain, berdasarkan pengalaman saya sebagai Ibu yang pernah memiliki bayi, saya merasakan betapa urgent-nya produk perlengkapan bayi. Jadi, intinya, selama masih ada perempuan dan bayi, pasar perlengkapan bayi tidak akan pernah surut,” ujar Netty.

Namun, mengingat adanya persaingan yang ketat dalam bisnis ini, ia cenderung mengarahkan pemasaran produknya melalui berbagai department store (depstore). Karena, depstore dinilainya memiliki sistem promosi yang cepat.

Selain itu, ia juga merambah semua segmen masyarakat atau sesuai dengan daya beli masing-masing konsumen. Misalnya, Balitaku. Brand produk perlengkapan bayi yang pertama kali ia produksi ini, ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah.

Selanjutnya, pada tahun 2011, ia memproduksi perlengkapan bayi dengan brand Peter Rabbit. Brand ini, ditujukan bagi kelas premium. Sekadar informasi, Peter Rabbit merupakan brand perlengkapan bayi dari Inggris, yang lisensinya telah dibeli oleh Netty. Sedangkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas, ditawarkan brand Kuma-Kuma yang diluncurkan April 2009 silam.

Semua brand tersebut di atas, dapat dijumpai di lebih dari 100 depstore yang tersebar di seluruh Indonesia. “Saya juga memproduksi brand untuk mass market (ITC dan baby shop, red.) yaitu Golden Bear. Brand ini, berbeda hanya spesifikasi produknya dengan ketiga brand yang lain dan harganya lebih miring atau dapat ditawar,” ungkap mantan importir education toys ini.

Produk perlengkapan bayi yang dimaksud mencakup tempat tidur, kasur, bantal, guling, selimut, bed cover, sprei, keranjang, gendongan, dan lain-lain plus baju, popok, gurita, dan sebagainya. “Dikenal dengan istilah baby bedding dan semuanya berbahan kain,” jelas sarjana komputerisasi akuntansi dari STMIK Bina Nusantara (sekarang, Universitas Bina Nusantara, red.) Jakarta ini.

Produk-produk tersebut, diperuntukkan bayi baru lahir hingga berumur dua tahun. “Tapi, untuk tasnya masih dapat digunakan hingga si anak berumur sekitar lima tahun,” imbuhnya.

75% produk yang fast moving diserap pasar

Kain dan bukan plastik, ia melanjutkan, yang digunakan karena ia menyadari bahwa produk ini seharusnya bersifat jangka panjang. Dalam arti, bukan hanya dapat digunakan oleh bayi pertama, melainkan juga oleh bayi-bayi berikutnya. Selain itu, kain cenderung lebih awet atau tidak mudah robek dibandingkan plastik.

“Saya sangat concern dengan kualitas. Sebab, fokus usaha saya menjual produk untuk bayi. Sementara, bayi sangat memerlukan kenyamanan. Sehingga, saya menggunakan bahan baku yang kualitasnya terseleksi,” kata perempuan, yang menggunakan kain yang dikenal dengan istilah combat cotton.

Untuk produk-produk tersebut, ia menetapkan harga lebih mahal 10%−20% untuk depstore di luar Pulau Jawa dibandikan depstore di Pulau Jawa. Karena, adanya biaya ekspedisi. Sedangkan untuk pesanan khusus yang dapat diselesaikan dalam tempo dua minggu, harga juga lebih mahal 10%.

Ya. Di “pabriknya” yang terletak di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ia juga menerima pesanan khusus. Tapi, karena satu dan lain hal, sampai sejauh ini hanya melayani area Jakarta.

Sedangkan untuk produksi secara reguler, masing-masing brand memiliki 40 item. Dari setiap item, dihasilkan 400−500 pieces/bulan. Tapi, banyak sedikitnya jumlah produksi per item, tergantung pada mudah sulitnya produk dibuat dan besar kecilnya ukuran produk.

“Untuk produk yang fast moving yaitu baby bag, bed cover, dan kasur diserap pasar sebanyak 75% per bulan. Sementara untuk produk-produk yang kurang dibutuhkan, sekitar 50%,” ucap Netty, yang membawahi hampir 100 karyawan.

Adanya pesanan khusus merupakan salah satu keunggulan produknya dibandingkan produk impor, yang cenderung sudah fix. Keunggulan lain yaitu garansi tukar produk. Dalam arti, jika ternyata dalam produk tersebut ditemukan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan harapan konsumen, seperti ternyata bantal si bayi terasa panas atau tidak menyerap keringat, maka konsumen dapat melakukan tukar produk.

“Dengan catatan, jika itu kesalahan dalam berproduksi, bukan karena kesalahan konsumen dalam menggunakan produk kami,” kata mantan karyawan pada sebuah perusahaan swasta ini.

Tapi, peristiwa tukar produk ini sangat jarang terjadi. Mengingat, lingkup pemasaran Balitaku, khususnya, sudah ke seluruh Indonesia. Bahkan, Balitaku sudah diekspor ke Polandia dan Korea.

Prospeknya? “Masih sangat bagus. Karena, setiap detik dipastikan lahir puluhan atau bahkan ratusan bayi di Indonesia saja. Sulitnya ekonomi tidak akan menghalangi orang tua untuk mendahulukan kebutuhan bayi mereka. Produk perlengkapan bayi sudah menjadi kebutuhan mendasar. Kehadiran bayi identik dengan dihadirkannya pula segala keperluannya. Fakta menunjukkan bahwa di beberapa daerah yang terbilang terpencil, produk-produk semacam ini juga diminati yaitu sebagai perangkat ketika mereka akan pergi ke bidan, misalnya,” ujarnya.

Karena itu, Netty yang mengaku bisnisnya stabil meski dunia bisnis sedang digoyang krisis ekonomi ini, meluaskan pemasaran berbagai produk perlengkapan bayinya via online. Selain itu, ia juga tidak fokus di produk bayi saja, tapi juga di produk-produk lain yang masih berkaitan dengan anak-anak.

“Saya juga melakukan modifikasi produk dan inovasi bahan. Dalam arti, tidak melulu menggunakan kain yang bergambar,” pungkas kelahiran Bogor ini.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …