Home / Agro Bisnis / Tingkat Kesuburannya Lebih Tinggi Ketimbang Sapi Eropa

Tingkat Kesuburannya Lebih Tinggi Ketimbang Sapi Eropa

Sapi Bali

Masyarakat Indonesia terus-menerus kekurangan daging sapi. Hal ini, coba diatasi dengan pasokan sapi Bali yang kualitasnya jauh lebih baik ketimbang sapi-sapi lokal lain. Meski, tetap belum mampu memenuhi sepenuhnya kebutuhan itu, karena satu dan lain hal. Itu artinya, masih terbuka peluang bagi mereka yang berduit dan berminat dalam ternak sapi Bali. Beberapa di antaranya, mungkin Anda?

[su_pullquote align=”right”]Prosentase karkasnya sebanyak 56%–60%. Sedangkan sapi-sapi lokal lain hanya 46%−50%[/su_pullquote]

e-preneur.co. Sapi, bila mau sedikit saja meluangkan waktu untuk melihat sosoknya, maka anda akan mengetahui bahwa sapi yang satu memiliki ciri fisik yang berbeda dengan sapi yang lain. Perbedaan tersebut, sekaligus menunjukkan dari mana binatang memamah biak ini berasal.

Ambil contoh, Sapi Bali (Latin: Bos Sondaicus, red.). Secara fisik, sapi ini memiliki beberapa ciri khas sekaligus pembeda dengan Sapi Jawa. Dikatakan begitu, sebab Sapi Bali tidak mempunyai punuk.

Selain itu, saat dilahirkan, kulit Sapi Bali berwarna merah bata. Tapi, setelah mengalami pubertas (pada umur 1−2 tahun, red.), si jantan akan berubah warna kulitnya menjadi hitam. Warna kulit ini akan berubah menjadi merah bata lagi, kalau ia dikebiri.

Sementara, keempat kaki dan pantat Sapi Bali berwarna putih, serta terdapat semacam garis hitam sepanjang leher hingga ekor. Sedangkan Sapi Jawa, pada umumnya, berwarna putih dengan pantat hitam.

Bukan cuma itu, Sapi Bali merupakan hasil penjinakan (domestikasi) dari banteng liar. Sehingga, hewan ini dikategorikan ke dalam jenis sapi tersendiri. Di samping itu, juga karena mamalia yang satu ini masih murni atau belum mengalami persilangan dengan jenis-jenis sapi lain.

sapi bali-3

“Sekadar informasi, di dunia ini terdapat tiga breed sapi yaitu Sapi Eropa, Sapi India, dan Sapi Bali,” ungkap Suprio Guntoro, Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Keunggulan sapi asli Indonesia ini tidak hanya sebatas itu. Ia juga memiliki fertilitas (tingkat kesuburan) yang tinggi yaitu 83%. Sementara, Sapi Eropa hanya 50%−55%.

Calving interval (jarak beranak)nya juga pendek yaitu setiap 12 bulan, jika dipelihara dengan baik. Sedangkan bila dipelihara secara biasa-biasa saja, Sapi Bali betina akan beranak setiap 15−16 bulan. Hal ini terjadi, karena Sapi Bali sangat responsif terhadap perlakuan/pemeliharaan yang baik. Sementara Sapi Eropa dan India, akan beranak sekitar 18 bulan sekali.

Sapi Bali juga mempunyai kualitas daging yang sangat baik, dengan prosentase karkas (daging dan tulang dalam, tanpa kepala, kaki dan jeroan, red.) sebanyak 56% (sumber lain menyatakan mencapai 60%, red.). Sedangkan, sapi-sapi lokal lain hanya 46%−50%.

Di samping itu, Sapi Bali juga mudah beradaptasi dengan cuaca yang tidak bersahabat dan makanan yang minim gizi. Bahkan, fauna survivor ini bisa hidup liar dan mencari makanannya sendiri.

“Sementara dilihat dari kekurangannya, secara genetis, Sapi Bali lambat pertumbuhannya. Ia juga rentan terhadap penyakit Jembrana dan Baliziekte (= penyakit yang ditimbulkan oleh virus yang khusus menyerang Sapi Bali, red.). Selain itu, Sapi Bali juga rentan terhadap penyakit ingusan atau ingus jahat yang ‘dibawa’ oleh domba. Sehingga, dalam menternakkannya, tidak boleh dicampur dengan domba. Dengan alasan ini pula, Sapi Bali tidak dapat diternakkan di Jawa Barat yang notabene ‘lumbungnya’ domba,” kata Guntoro, begitu pria ini biasa disapa.

Uniknya, meski disebut Sapi Bali, tidak berarti sapi ini berdomisili atau hanya dapat dijumpai di Pulau Dewata. Nama tersebut disematkan cuma lantaran hewan ini untuk pertama kalinya dijinakkan di Bali (sebuah sumber menyatakan bahwa Sapi Bali juga dijinakkan untuk pertama kalinya di Jawa, mengingat di pulau ini banyak ditemui banteng, red.).

Dari segi penyebarannya, Sapi Bali juga dapat dijumpai di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Malahan, dari Sabang sampai Merauke, kecuali Jawa Tengah dan Jawa Barat.

sapi bali-2

“Dilihat dari populasinya, ketimbang di Bali, sapi ini justru lebih banyak ditemui di Sulsel dan NTT. Karena, wilayah Sulsel kan 20 kali lipat lebih luas daripada Bali. Tapi, menurut para ahli, Sapi Bali yang diternakkan di Bali lebih terjamin kemurniannya. Hal ini, dilatarbelakangi oleh adanya ketentuan dari Pemerintah Provinsi Bali yang melarang masuknya jenis-jenis sapi lain ke Bali. Sisi negatif dari ketentuan ini yaitu populasi Sapi Bali di sini lebih sedikit dibandingkan di wilayah-wilayah lain,” ungkap insinyur peternakan dari Universitas Udayana, Denpasar, Bali ini.

Dalam menternakkannya, ia melanjutkan, 50% Sapi Bali dihasilkan dari kawin suntik. Hal ini, dilakukan guna memperoleh bobot yang lebih berat. Sebab, perkawinan buatan ini menggunakan sperma pilihan, yang diambil dari pejantan unggulan atau berbobot 500 kg. Di samping itu, perkawinan semacam ini juga untuk menghindari perkawinan antarsaudara. Sehingga, kualitasnya pun lebih terjamin.

Sebaliknya dengan perkawinan alamiah, biasanya akan menghasilkan anak sapi dengan bobot yang lebih ringan. Karena, dilakukan dengan pejantan yang itu-itu saja. Kecuali, jika pejantannya unggulan. “Sebenarnya, semua itu tergantung pada bagaimana pejantannya,” ujar peraih penghargaan Peneliti Berprestasi Tahun 2004 dari Menteri Pertanian Republik Indonesia ini.

Sapi Bali, pada umumnya, dikawinkan ketika berumur 2−2,5 tahun. Sebab, biasanya pada umur tiga tahun, si betina akan bunting dan beranak untuk pertama kalinya sampai ia berumur 15−16 tahun. Setiap kali bunting, induk sapi biasanya hanya melahirkan satu pedet (Jawa: anak sapi, red.), meski tidak jarang pula melahirkan dua pedet.

“Untuk memperoleh pedet yang berkualitas, biasanya reproduksi dihentikan ketika induk sapi berumur 10 tahun. Selanjutnya, sang induk dijual dan diganti yang muda. Sementara, pedet dengan kualitas terbaik biasanya diperoleh pada kelahiran ketiga hingga ketujuh,” jelas kelahiran Jember, 18 Juni 1957 ini.

Selanjutnya, dengan tujuan penggemukan, sapi tersebut diternakkan dengan cara dikandangkan (kereman) dan diberi makan ijon (rumput atau dedaunan), plus konsentrat (makanan olahan yang terbuat dari campuran dedak, jagung, dan ampas kedelai yang dihaluskan, red.). Sebab, jika diumbar, maka energinya akan gampang terkuras. Sehingga, bobotnya akan berkurang.

“Kecuali, kalau wilayahnya seluas NTT di mana kebanyakan Sapi Bali diternakkan dengan diumbar,” ucap penulis buku berjudul “Membudidayakan Sapi Bali” ini. Sebaliknya dengan si betina, yang dapat diternakkan baik dengan dikandangkan maupun diumbar.

Dalam pemasarannya, ia menambahkan, Sapi Bali betina yang biasanya dibeli untuk indukan, berbobot 200 kg−250 kg (Sapi Bali betina bisa mencapai bobot 300 kg−350 kg, red.). Sementara si jantan, yang biasanya dipelihara untuk dipotong, dijual saat berbobot 250 kg−Rp300 kg. Atau, jika ingin dijual dengan harga lebih mahal lagi, dapat digemukkan dulu sampai berbobot 400 kg−450 kg atau berumur 3−3,5 tahun.

Selanjutnya, 50% atau sekitar 50.000 ekor/bulan ‘dilempar’ di antaranya ke Jakarta dan Bandung. Mengingat, di Bali, ternak sapi ini mengalami surplus. Hal ini, bisa dimaklumi karena provinsi yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu ini, (dengan alasan agama) lebih banyak mengonsumsi ayam, babi, dan kambing.

Namun, hal itu tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan akan sapi di Jakarta saja, sebagai pasar utama Sapi Bali. Apalagi, untuk seluruh wilayah di negeri ini yang terus-menerus kekurangan daging sapi, sehingga harus mengimpor.

Prospeknya? “Tergantung. Kalau dibandingkan dengan sapi lokal, menternakkan Sapi Bali tentu saja lebih prospektif. Apalagi, risiko kematiannya di bawah 1%. Mengingat, hewan ini adaptif. Tapi, jika dibandingkan dengan sapi mancanegara ya kurang prospektif. Karena, salah satunya, bobotnya jauh lebih ringan,” pungkasnya. Tidakkah Anda ingin juga menternakkannya?

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *