Home / Agro Bisnis / Butuh Perawatan Ekstra, Tapi Hasilnya Istimewa

Butuh Perawatan Ekstra, Tapi Hasilnya Istimewa

Pisang Raja Bulu Hasil Kultur Jaringan

 

Untuk meraih keuntungan yang lebih besar, IPB menawarkan budidaya Pisang Raja Bulu dengan benih dari hasil kultur jaringan. Kendati memerlukan perawatan ekstra, namun hasilnya istimewa

                                                      

e-preneur.co. Pisang (Latin: musa paradisiacal, red.) merupakan tanaman yang multimanfaat. Sebab, nyaris semua bagian “tubuhnya” mulai dari akar, batang, bunga, buah, hingga daunnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Berkaitan dengan adanya unsur rezeki dalam pisang itulah, tanaman ini paling sering dan banyak ditanam. Apalagi, cara menumbuhkembangkannya gampang dan jarang terserang hama. Sehingga, risiko kegagalannya pun dapat diminimalkan. Lebih daripada itu semua, harga jualnya terbilang tinggi.

Indonesia merupakan penghasil terbesar tanaman buah, yang berasal dari Asia Tenggara ini. Dikatakan begitu, sebab, sekitar 50% produksi pisang Asia berasal dari negara kita.

Di samping itu, Indonesia juga mempunyai banyak varietas pisang. Seperti, Pisang Ambon, Barangan, Raja, Kepok, Mas, dan sebagainya.

Khusus tentang Pisang Raja, pisang ini juga memiliki banyak varietas. Di antaranya Pisang Raja Bulu, Sere, Jambe, Uli, Kul, Molo, dan Tahun.

Berbicara tentang Pisang Raja Bulu. Pisang ini memiliki rasa yang lebih manis ketimbang pisang-pisang yang lain, daging buahnya tebal dan berwana putih kemerahan, tidak berbiji, aromanya kuat, kulitnya yang tebal berwarna kuning cerah berbintik-bintik cokelat ketika sudah matang dan warna ini tetap bertahan seperti itu sekali pun buahnya sudah sangat matang, serta memiliki ukuran sama besarnya dengan Pisang Barangan (panjang buahnya 12 cm−18 cm dan bobot buah rata-rata 110 gr−120 gr, red.).

Sementara dari segi pembudidayaannya, sama saja dengan jenis-jenis pisang yang lain. Dalam arti, dalam menanamnya tidak perlukan lahan khusus. Ditanam di halaman rumah oke, ditanam bersama dengan tanaman lain (tumpang sari) tidak menolak. Seperti yang dilakukan M. Noit, Ketua Kelompok Tani Ceger Jaya, Depok, yang menanam Pisang Raja Bulu bersama dengan tanaman Belimbing, Kencur, dan Jambu dalam tiga lahan yang berbeda.

Selain itu, selama masa pertumbuhannya, pisang ini bukan hanya berbuah tapi juga “beranak”. Sehingga, ketika “meninggal”, ia meninggalkan 7–8 pohon anakan (rata-rata lima pohon anakan, red.).

“Pisang Raja Bulu merupakan salah satu jenis Pisang Raja yang sudah lama sekali ada. Tapi, benih Pisang Raja Bulu yang kami terima ini berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai hasil dari kultur jaringan. Karena itu, ditanam dengan biji, bukan bonggol. Dan, biji atau benihnya hanya sebesar rokok,” jelas Noit, begitu ia biasa disapa.

Meski cara menanamnya sama saja dengan pisang pada umumnya, ia melanjutkan, tapi Pisang Raja Bulu hasil kultur jaringan membutuhkan perawatan ekstra. “Kalau pisang-pisang lain ‘kan cukup ditanam, diberi pupuk, lalu dibiarkan tumbuh dengan sendirinya sampai berbuah. Tapi, Pisang Raja Bulu yang ini, setelah jantung pisangnya keluar, harus segera dibungkus dengan plastik agar hasilnya bagus,” ujar pria, yang memperoleh 150 dari 1.500 benih Pisang Raja Bulu yang diberikan IPB.

Di samping itu, pisang ini juga rentan terhadap hama. Salah satu hama yang paling mematikan yaitu fusarium atau busuk bonggol (masyarakat awam menyebutnya bancitok, red.). Hama ini, menyebabkan gagal panen.

Sekali pun manja, tapi tujuh bulan setelah ditanam, pohon-pohon Pisang Raja Bulu segera berbuah. Dan, sekali berbuah, dalam satu tandan terdapat 10–11 sisir

Ironisnya, sampai saat ini, belum ada satu cara pun untuk menanggulangi hama ini. Yang bisa dilakukan, hanyalah memusnahkan tanaman Pisang Raja Bulu yang terkena hama ini hingga ke akar-akarnya dengan cara dibakar.

Masalah lainnya yakni Pisang Raja Bulu hasil kultur jaringan membutuhkan perawatan khusus. Sesuai, dengan standard operating procedure yang ditetapkan IPB. Sementara para petani, menurut Noit, sama halnya dengan petani-petani tradisional lainnya, memiliki keterbatasan pengalaman mengenai teknik khusus dan wawasan budidaya Pisang Raja Bulu ini. Selain itu, mereka masih menjadikan tanaman ini sebagai tanaman sampingan atau campuran.

Namun, sekali pun pisang ini manja tapi tujuh bulan setelah ditanam, pohon-pohonnya segera berbuah. Sekali berbuah, dalam satu tandan terdapat 10–11 sisir (rata-rata sembilan sisir, red.) di mana per sisirnya berisi 18–20 buah dalam ukuran lebih besar daripada pisang umumnya.

Sekadar informasi, pisang pada umumnya, misalnya Pisang Kepok, baru berbuah 9–12 bulan setelah ditanam. Dan, sekali berbuah hanya 5–6 sisir untuk setiap tandannya.

“Untuk harga jualnya di supermarket, lima hingga enam kali lipat lebih mahal ketimbang pisang-pisang lain,” ungkap Noit, yang menjual Pisang Raja Bulunya untuk keperluan hajatan atau acara-acara penduduk di sekitar tempat tinggalnya (Depok) dan Bogor.

 

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …