Home / Agro Bisnis / Masih Ada Pasarnya

Masih Ada Pasarnya

Parkit

 

Banyak orang mengatakan bahwa kini pasar parkit sudah tiarap. Tapi, fakta menunjukkan jika hampir di setiap pojok pasar burung atau pet shop, selalu tergantung sangkar berisi burung cantik nan cerdas ini. Itu berarti, dari tahun ke tahun, peminatnya justru semakin meningkat. Bahkan, pasarnya semakin menganga dengan hadirnya Parkit Mata Merah, yang memiliki harga jual sekitar Rp40 ribu–Rp50 ribu per ekor

 

e-preneur.co. Burung Parkit memiliki kombinasi warna-warni bulu, tingkah yang aktif, dan sifat yang penurut. Karena itu, disukai para hobiis burung yang masih berkerabat dengan Burung Betet ini. Bahkan, mereka yang bukan penyuka burung turut menyukainya ketika melihat tingkah lakunya, yang sudah nurut dan jinak.

Sementara dari sisi usaha, burung yang mirip dengan Burung Lovebird ini ternyata menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa, jika dikembangbiakkan dengan serius. Setidaknya, hal ini terlihat dari keberadaannya di hampir setiap pojok pasar burung atau pet shop yang menunjukkan pasar burung ini belum tiarap. Malah, meningkat dari tahun ke tahun.

Sebab, ternyata, pemasaran parkit tidak sebatas di kalangan para hobiis burung, bahkan sebuah pengepul besar di Solo siap menampung berapa pun jumlah burung ini untuk kemudian dijual ke pabrik kosmetika. Meski, belum diketahui dengan pasti bagian mana dari burung mungil ini yang diambil.

“Baik pasar burung atau konsumen pecinta parkit maupun pabrik kosmetika merupakan pasar yang menguntungkan. Karena itu, harga burung ini dari tahun ke tahun termasuk stabil,” ungkap Mansyur, salah satu peternak parkit asal Madiun. Tapi, ia belum mau menjual burung-burungnya ke pengepul tersebut—lebih tepatnya kerap kehabisan stok anakan parkit yang sudah terlebih dulu diambil pedagang burung dan konsumen—meski sudah sering dikontak.

[su_pullquote]Setiap dua bulan, seekor induk parkit bertelur hingga lima butir. Jika cuaca dan lingkungannya bagus, semua telur akan menetas[/su_pullquote]

Kecintaan Mansyur terhadap parkit dimulai pada tahun 2009. Saat itu, ia ditawari oleh seorang teman yang sudah terlebih dulu berkecimpung di ternak burung ini, untuk mencoba mengembangbiakkan di daerahnya. Singkat cerita, tawaran itu ia ambil.

“Karena, saya tahu betul jika di daerah saya belum banyak yang mengembangbiakkan parkit. Padahal, burung ini selain lucu, juga bisa dilatih menjadi burung yang penurut,” tambahnya.

Di samping itu, beternak parkit tidak sulit. Menurut Mansyur, asal kita mengetahui tahapan yang benar, maka tingkat keberhasilannya pasti tinggi. Tapi, jika sekadarnya saja, hasilnya tentu kurang memuaskan, bahkan bisa gulung tikar.

“Ketika akan beternak parkit, yang pertama kali harus dilakukan yaitu membuat kandang yang ideal, serta memilihkan jodoh yang cocok dan serasi,” ujarnya.

Untuk kandang, ia menggunakan sistem koloni. Artinya, satu kandang berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 2 meter bisa diisi hingga 20 pasang parkit. Lantas, diberi glodog (tempat bertelur dan mengeraminya, red.) sesuai jumlah pasang indukan di kandang.

Kandang dengan sistem koloni ini, mampu menekan biaya dan praktis. Tapi, kebersihan kandang harus selalu dijaga, agar tidak ada penyakit yang menyerang si parkit. Sebab, begitu satu parkit terserang penyakit, akan dengan mudah menyebar ke parkit yang lain.

“Agar parkit tidak mudah terserang penyakit, kandang harus mendapat cahaya matahari yang cukup. Artinya, kandang jangan sampai ditaruh di tempat yang lembab, serta kurang asupan cahaya dan udara. Sirkulasi udara yang bagus juga berfungsi untuk membuang virus bila ada parkit yang terkena penyakit. Selain itu, air minum setiap hari harus diganti dan tempatnya dibersihkan. Jangan lupa, beri vitamin yang bisa dicampur ke air minum burung,” bebernya.

Masalah lain yang harus dihadapi dalam beternak parkit yaitu predator, seperti tikus, semut, dan ular. “Untuk itu, upayakan jangan sampai ada lubang atau sesuatu yang terbuka di kandang,” lanjutnya.

Sementara dalam menemukan jodoh parkit jantan harus sabar. Karena, kalau tidak sabar biasanya indukan tidak mau akur.

Namun, perkembangbiakkan parkit bisa dibilang tinggi. Dalam dua bulan, induk parkit bisa bertelur hingga lima butir. Jika cuaca dan lingkungannya bagus, semua telur tersebut menetas.

Agar perkembangbiakkan parkit selalu bagus, Mansyur memberi pakan yang berkualitas dan mengandung banyak nutrisi. Misalnya, sebagai pakan utama, ia memberi millet (sejenis sereal, red.). Sedangkan untuk makanan sampingan, ia memberi jagung muda atau sayur kangkung. Di samping itu, ia menyediakan pula tumbukan batu merah atau pasir untuk membantu pencernaannya, sekaligus untuk mencukupi kebutuhan mineralnya.

Untuk pemasarannya, menurut Mansyur, tidak banyak kendala. Karena, begitu anakan parkit lepas sapih dan dipindah ke kandang lain, para penjual burung dari berbagai pasar burung akan mengambilnya.

“Terkadang, para penjual burung tersebut tidak kebagian. Sebab, sudah lebih dulu dibeli langsung oleh hobiis atau konsumen,” kata Mansyur, yang setiap bulannya mampu membukukan omset yang lumayan besar dari lebih 30 pasang parkit yang dimilikinya.

Dari situ, Mansyur memperkirakan pasar burung ini masih sangat terbuka lebar di tahun-tahun berikutnya. Terutama, untuk Parkit mata merah atau warna bulu polos yang saat wawancara ini dilakukan harga pasarannya per ekor berkisar Rp40 ribu–Rp50 ribu. Sedangkan untuk parkit mata hitam atau parkit biasa, sekitar Rp20 ribu–Rp30 ribu per ekor.

 

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …