Home / Senggang / Jalan-Jalan / Dibuat Sesuai Karakter Pemesan

Dibuat Sesuai Karakter Pemesan

Busur Tradisional ala Mas Popop

 

Lagi suka belajar memanah? Ada baiknya, kunjungi bengkel milik Mas Popop di Solo agar dibuatkan busur sesuai dengan karakter Anda atau diajari bagaimana membuat busur tradisional

 

[su_pullquote]Setiap busur dibuat berbeda, baik itu di grip, ukuran, bobot, maupun tarikan string-nya. Karena, di sana, ada nilai moral yang bisa dipetik oleh si pemanah[/su_pullquote]

e-preneur.co. Tidak ada yang mengira bahwa mata tua yang teduh itu, masih memiliki gelora yang titis (Jawa: tepat sasaran, red.) dalam melesatkan anak-anak panah. Dan, itulah Eddy Roostopo atau yang dikenal masyarakat setempat dengan panggilan Mas Popop.

Sebenarnya, bukan sesuatu yang mengherankan. Mengingat, dulu, Mas Popop pernah menyabet berbagai medali dari berbagai perlombaan, baik tingkat daerah maupun nasional. Ya, puluhan medali perak dan perunggu, serta tujuh medali emas seakan menjadi saksi ketajamanan mata hati dan mata panahnya.

“Kakek saya yang merupakan salah satu Pasukan Pendem Pangeran Diponegoro, banyak memberikan inspirasi mengenai kegiatan memanah baik untuk saya pribadi maupun keluarga. Sementara Ayah saya, dulu juga seorang pemanah. Saat masih kecil, saya sempat diajak Ayah untuk melihat proses pembuatan gendewa (Jawa: busur, red.). Dari situlah, muncul naluri saya ingin menjadi atlet panahan,” kisah Mas Popop.

Setelah menjadi atlet panahan, Mas Popop justru sering kecewa dengan busur-busur yang ia beli. Karena, tidak sesuai dengan karakternya. Sehingga, ia sulit mencetak rekor.

Lalu, timbul keisengannya untuk membuat sendiri busur dan anak panah yang pas, sesuai dengan karakternya. “Hasilnya, sungguh luar biasa. Saat PON (Pekan Olahraga Nasional) tahun 1988, dengan membawa busur dan anak panah buatan sendiri, saya sukses mencetak rekor dan  membawa pulang medali emas. Hingga sekarang, busur dan anak panah yang saya pakai pada waktu itu masih saya simpan,” tambahnya.

Ketika masa kejayaannya berakhir, ia banting kemudi dengan menjadi pengrajin busur yang mengerti betul keinginan para pemesannya. Apalagi, ia berprinsip: bekerja bukan semata-mata untuk menghasilkan rupiah (baca: uang, red.), melainkan juga untuk mengasah sisi-sisi spiritualitas.

Di tangan Mas Popop, sebilah bambu yang awalnya kurang berharga akan diubah menjadi busur dan anak panah yang indah. Imbasnya, ia bukan hanya menjadi rujukan utama mereka yang mempunyai hobi memanah di kotanya, Solo, nama bengkelnya yang berlokasi di belakang Gedung Wayang Orang Sriwedari, juga ikut melesat ke negara-negara Asia.

Membuat busur, menurut Mas Popop, sebenarnya tidak terlampau sulit. Tapi, menemukan bahan-bahan berkualitas dan bagaimana cara memperlakukannya itu bagian yang tersulit.

Untuk itu, ia menggunakan Bambu Petung dengan usia minimal satu tahun. Selain itu, bambu yang terkenal lentur dan kuat ini harus tumbuh jauh dari sumber mata air. “Semakin jauh dari sumber mata air, semakin panjang ruas batang-batangnya,” ungkap kelahiran tahun 1955 ini.

Sementara untuk grip, ia menggunakan Kayu Sawo. Sifat kayu ini yang tidak getas dan ringan, membuat grip busur buatannya tidak kalah dengan busur impor berstandar bow. Sedangkan untuk bowstring atau tali busur, Mas Popop menggunakan string berbahan dasar baja.

Menurutnya, bagian busur yang memerlukan waktu lama dalam penyelesaian yaitu bagian ujung-ujung busur tempat pengait tali busur. Meski sepele dan kecil, tapi fungsi pengait itu sangat besar. “Karena itu, saya selalu memberi lapisan lagi di pengait tali busur, agar ujung busur tidak mudah patah,” jelasnya.

Berbeda dengan busur-busur yang ada di pasaran atau pengrajin lain, Mas Popop lebih senang membuatkan busur yang sesuai dengan karakter si pemakai. Karakter di sini sangat dekat hubungannya dengan olah rasa. Menurutnya, memanah bukan sekadar menarik string dan meluncurkan anak panah tepat di sasaran. Tapi, lebih jauh lagi yakni belajar mengendalikan emosi.

“Setiap busur yang saya buat selalu berbeda, entah itu di grip, panjang, hingga ringan beratnya busur, dan tarikan string. Biasanya, kalau si pemanah suka uring-uringan, saya akan membuatkan busur dengan tarikan yang agak berat agar yang bersangkutan bisa memetik pelajaran yang ada di sana,” ungkap pria, yang setiap bulannya menerima pesanan setidaknya 10 busur.

Ketika disinggung masalah harga, Mas Popop memberi jawaban diplomatis: sesuai budget yang dimiliki konsumen. Sebagai gambaran, untuk standar busur lengkap dengan anak panah yang siap untuk perlombaan panahan tradisional, ia membanderol ratusan ribu rupiah dan jutaan rupiah untuk busur berbahan karbon atau bahan impor dan sudah standar bow.

Di akhir obrolan, Mas Popop memberi tip sederhana dalam merawat busur dan anak panah. “Agar awet dan tidak mudah dimakan rayap, gosoklah busur atau anak panah dengan kain setiap hari. Tapi, sebelum itu, panaskan sebentar busur dan anak panah tersebut dengan korek api,” pungkas Mas Popop, yang mempersilahkan siapa pun untuk berkunjung ke bengkelnya untuk belajar membuat busur.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …