<\/a><\/p>\nSebelum dijual ke pasar, bibit cengkeh ini akan diseleksi oleh Tiono. Ia akan memilih bibit cengkeh dengan daun berwarna hijau hingga hijau mengkilap. Untuk bibit yang ada bercak di permukaan daun, akan segera ia ambil untuk dikarantina.<\/p>\n
Untuk penyemaian bibit cengkeh ini, Tiono tidak menggunakan pupuk kimia. Ia hanya mencampur media dengan kompos. Jika tanah kelihatan kering, ia hanya akan memberi air.<\/p>\n
\u201cBagi bibit yang lolos seleksi, akan saya pindah ke polibag yang lebih besar untuk kemudian dirawat 1\u20132 musim. Saat berumur dua musim, bibit cengkeh tersebut akan memiliki tinggi sekitar 60 cm,\u201d ujar pria, yang juga memiliki ladang bibit cengkeh di dekat Telaga Ngebel ini.<\/p>\n
Jika sudah memiliki tinggi ideal untuk dijual, maka tidak ada salahnya untuk menyortir kembali agar bibit Cengkeh Zanzibar yang sampai ke tangan konsumen, benar-benar bibit yang berkualitas. Bibit yang bagus dan siap tanam, pada umumnya memiliki tinggi sekitar 40 cm\u201380 cm, sehat, tidak diserang penyakit, dan tidak kekurangan unsur hara. Selain itu, memiliki akar tunggang yang lurus dan sehat, serta batang yang tumbuh tunggal dan juga sehat.<\/p>\n
Agar kelak mendapatkan pohon cengkeh yang berkualitas, Tiono biasanya melakukan beberapa perawatan rutin, seperti penyiraman dan penggemburan tanah di polibag. Lalu, setelah berumur lebih dari empat bulan dilakukan pemupukan dengan NPK dan kompos.<\/p>\n
Selain melakukan penyemaian dan pembibitan sendiri, Tiono juga kerap mencari bibit cengkeh liar hingga ke hutan-hutan. Biasanya, jika sudah menemukan targetnya, ia akan mengambil bibit cengkeh beserta tanahnya atau di-deder<\/em>. \u201cBiasanya, cengkeh yang tumbuh tidak sengaja di hutan atau di bawah pohon-pohon cengkeh memiliki daya tahan yang bagus, ketika langsung ditanam di perkebunan,\u201d tambahnya.<\/p>\nUntuk pemasaran, Tiono tidak risau. Sebab, hampir sebagian petani cengkeh di wilayah Ngebel, mengetahui tentang pembibitan yang ia lakukan. Hampir tiap hari, selalu ada orang yang datang untuk membeli bibit cengkehnya.<\/p>\n
Biasanya, mereka membeli 1\u201310 bibit untuk menyulam perkebunan cengkeh. Tapi, tidak sedikit yang datang memborong bibit cengkehnya. \u201cUntuk omset yang dihasilkan dari pembibitan Cengkeh Zanzibar, Alhamdulillah<\/em> cukup untuk saya dan keluarga,\u201d ucapnya.<\/p>\nMeski begitu, dalam proses pembibitan, Tiono masih kerap menemukan beberapa kendala. Pertama, pohon cengkeh sangat rentan layu, jika tidak dirawat dengan benar atau posisi bibit terkena cahaya matahari langsung. Kedua, rayap.<\/p>\n
\u201cUntuk mengantisipasi kendala pertana, saya biasanya menyemprot bibit cengkeh tersebut dengan air. Selain itu, bibit cengkeh diberi naungan berupa paranet di atasnya agar cahaya matahari terserap. Untuk masalah rayap, saya biasanya menyemprot bibit cengkeh saya dengan pupuk cair organik,\u201d ungkapnya.<\/p>\n
\u201cSelama lebih dari 10 tahun berkecimpung di pembibitan Cengkeh Zanzibar, Alhamdulillah<\/em> saya belum pernah mendapat komplain dari konsumen. Yang jelas, agar mendapatkan kepercayaan konsumen, saya selalu memberikan bibit cengkeh yang berkualitas. Sehingga, ke depannya, mereka akan balik lagi membeli bibit di saya,\u201d tutupnya.<\/p>\n <\/p>\n
Catatan:<\/strong><\/h6>\n\n- Saat proses penyemaian, hindari pemberian pupuk yang berlebihan, cukup disemprot dengan air.<\/li>\n
- Pemupukan NPK dan kandang bisa dilakukan setelah penyemaian dan dipindahkan ke polibag yang lebih besar. Atau, ketika bibit cengkeh sudah berumur lebih dari 4\u20135 bulan.<\/li>\n<\/ul>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Pembibitan Cengkeh Zanzibar Diakui atau tidak, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang instan atau ingin serba cepat. Meski berkonotasi negatif, tapi dalam pembibitan cengkeh, hal itu bisa berubah menjadi positif. Karena, lebih menguntungkan. Mengingat, tidak perlu menunggu musim panen untuk mendapatkan uang \u00a0 [su_pullquote]Pembibitan cengkeh lebih banyak mendatangkan hasil[\/su_pullquote] e-preneur.co. Cengkeh merupakan salah satu komoditas …<\/p>\n","protected":false},"author":122,"featured_media":5256,"comment_status":"closed","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[3,12],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5251"}],"collection":[{"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/users\/122"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=5251"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5251\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":5257,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5251\/revisions\/5257"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/media\/5256"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=5251"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=5251"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/e-preneur.co\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=5251"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}