Home / Agro Bisnis / Permintaan Meningkat Setiap Tahun

Permintaan Meningkat Setiap Tahun

Cacing Tanah

Penampilannya memang menjijikan. Tapi, bila Anda sudah merasakan omset yang dapat dibukukan dari beternak Cacing Tanah, dijamin rasa jijik itu akan menghilang. Sehingga, sebagai sebuah bisnis, budidaya binatang yang berjalan dengan perutnya ini sangat prospektif

e-preneur.co. Tahukah Anda, bila permintaan terhadap cacing meningkat setiap tahun? Termasuk, permintaan untuk ekspor.

Sebab, ternyata, cacing (dalam hal ini Cacing Tanah jenis Lumbricus Rubellus, red.) sangat dibutuhkan dalam industri farmasi, kosmetika, dan pakan ternak. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di Cina, Korea, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat.

Di samping itu, membudidayakan hewan hermaprodit (memiliki dua jenis kelamin dalam satu tubuh, red.)—sehingga bisa berkembang biak sendiri—ini berarti turut melestarikan lingkungan. Karena, Cacing Tanah menghasilkan pupuk organik berkualitas unggul dan bisa menggantikan tugas pestisida.

“Permintaan terhadap Cacing Tanah tidak hanya datang dari dalam negeri, dari luar negeri juga sangat besar. Imbasnya, untuk memenuhi permintaan dari pabrik-pabrik dalam negeri saja setiap bulannya, peternakan kami masih belum mampu,” ungkap Harijadi.

Padahal, salah satu peternak dan leader budidaya Cacing Tanah di Magetan, Jawa Timur, ini melanjutkan, beternak Cacing Tanah itu gampang. Sebab, di samping binatang ini mempunyai ketahanan tubuh luar biasa, juga tidak dibutuhkan banyak tenaga kerja. Untuk mengurusi puluhan kolam Cacing Tanah cuma diperlukan satu tenaga kerja.

Demikian pula dengan pakannya. Sisa atau limbah makanan dari rumah tangga bisa dijadikan pakan binatang menjijikan ini, selain ampas tahu atau sayuran busuk. “Cacing Tanah juga tidak tergantung pada pemberian pakan. Tidak diberi makan secara rutin pun tidak masalah,” ujar Harijadi, yang memberi Cacing-cacing Tanahnya sisa kubis yang diambil dari pasar.

Dari sisi perkembangbiakan, Cacing Tanah juga tergolong super cepat. Hanya dalam tempo 40 hari, hewan yang berjalan dengan perutnya ini sudah dapat dipanen.

“Satu kolam berukuran 1 m x 4 m dan tinggi 60 cm bisa diisi 15–20 kg indukan Cacing Tanah. Lalu, dalam waktu 30–40 hari, hasilnya sudah bisa dipanen. Bukan cuma itu, dalam waktu 40 hari itu, 15 kg indukan tadi pun berkembang menjadi 45 kg/kolam,” tambah pria, yang rutin mengirimkan minimal 60 kg Cacing Tanahnya ke salah satu rekannya di Malang.

Membudidayakannya berarti pula turut melestarikan lingkungan

Untuk yang tertarik beternak si Lumbricus Rubellus ini, Harijadi menyarankan, pertama-tama, menyiapkan bibit Cacing Tanah dan media yang akan digunakan. Untuk medianya, digunakan grajen (Jawa: serbuk sisa penggergajian kayu, red.) limbah budidaya jamur. Lantas, grajen ini dicampur dengan tlethong (Jawa: kotorang sapi, red.) yang kering atau setengah kering.

Mengingat tanah merupakan habitat asli Cacing Tanah, maka campurkanlah tanah di media ini. Tanah itu sebaiknya diambil dari pinggir sungai.

Sementara untuk dasar kolam, dialasi batu bata yang ditata sedemikian rupa. Sehingga, air mudah meresap, tapi Cacing Tanah tidak bisa masuk ke dalamnya.

“Jika sudah siap, media dimasukkan ke kolam secara merata. Selanjutnya, tebarkan indukan Cacing Tanahnya,” ujar Harijadi, yang memiliki lebih dari 20 kolam Cacing Tanah.

Berikutnya, rajin-rajinlah mengecek kelembaban kolam. Sebab, Cacing Tanah adalah binatang yang menyukai tempat lembab. Ia akan stres jika terkena cahaya matahari.

“Untuk itu, usahakan media jangan terlalu basah atau terlalu kering. Kalau terlihat kering, disemprot air lagi hingga kembali lembab. Sedangkan untuk kolamnya, sebaiknya menggunakan eyup-eyup (Jawa: peneduh, red.) agar cahaya tidak masuk ke kolam,” lanjutnya.

Beternak Cacing Tanah selain mudah, juga dapat dilakukan di mana pun. Tapi, tidak berarti tidak ada kendalanya.

Menurut Harijadi, kendala itu berupa serangan semut dan tikus yang terjadi di awal budidaya. Selain itu, juga perlu mewaspadai predator lainnya seperti katak dan kadal.

Karena itu, Harijadi menyarankan agar selalu menjaga kebersihan di sekitar kolam. Semprotlah dengan air sisi-sisi luar kandang setiap siang atau sore agar tetap bersih dan bebas semut.

Memasuki hari ke-40, indukan Cacing Tanah akan mojok di pinggir kolam. Sedangkan telur dan anakan Cacing Tanah mengumpul di tengah. Sehingga, memudahkan pemanenan. Cacing berumur 40 hari sudah dapat dijual (dengan harga pabrik) sekitar Rp40 ribu–Rp50 ribu per kilogram.

Seperti telah disebutkan di atas, saat ini, banyak pabrik farmasi dan kosmetika yang siap menampung berapa pun hasil dari beternak Cacing Tanah. Termasuk, pabrik-pabrik di mancanegara.

Dengan demikian, dari sisi pemasaran atau penjualan tidak ada masalah. Menurut Harijadi, yang penting terus menjalin kemitraan dengan para peternak Cacing Tanah lain, serta berbagi informasi mengenai penjualan dan tip beternak Cacing Tanah.

Sekadar informasi, selain Cacing Tanahnya, ternyata kascing (bekas media budidaya cacing, red.) juga laku dijual. Sebab, kascing adalah pupuk organik alami yang memiliki kandungan hara makro dan mikro, lengkap dengan pH basa.

Kascing dapat digunakan sebagai pupuk sayuran, buah-buahan, selain untuk padi organik. Harijadi menjualnya dengan harga kurang lebih Rp5 ribu–Rp6 ribu per kilogram.

Dengan kata lain, Harijadi menambahkan, sampai sejauh ini prospek beternak Cacing Tanah masih sangat bagus. “Jika sudah merasakan hasil beternak Cacing Tanah, saya jamin Anda tidak bakal jijik lagi sama hewan ini,” pungkasnya.

Check Also

Meski Imut, tapi Prospek Bisnisnya Besar

Landak Mini Sama sekali tidak berbahaya, unik, eksotis, dan lain daripada yang lain. Sehingga, memelihara …