Sanny Liawati (Pemilik Sanny Auto Gallery)
Berada di zona nyaman dan mempunyai posisi mapan dalam perusahaan, justru dianggap momen yang tepat bagi Sanny untuk keluar dan membangun usaha sendiri. Dengan keberanian dan perhitungan matang, ia membangun usaha sendiri sesuai dengan bekal pengalaman kerjanya selama bertahun-tahun. Dan, seiring berjalannya waktu, sepak terjang pemilik Sanny Auto Gallery itu sangat diperhitungkan dalam dunia bisnis yang didominasi laki-laki
e-preneur.co. Keluar dari zona nyaman yang ditawarkan oleh tempat kerja kita, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan keberanian khusus dan perhitungan matang. Sayang, tidak semua orang memiliki keberanian itu dan memilih “karam” bersama tempat kerja mereka.
Meski tidak sama persis, kondisi semacam itu juga pernah dialami Sanny Liawati. Sebagai pimpinan cabang salah satu anak cabang Indomobil, tidak ada yang meragukan bagaimana nyamannya posisi perempuan yang disapa Sanny ini.
Ia memiliki penghasilan lebih dari cukup, mendapat fasilitas yang baik, semua urusan ditanggung kantor, kendaraan diberi oleh perusahaan, dan sebagainya. Tapi, justru, di saat itulah wanita yang telah bekerja sejak berumur 18 tahun ini merasa sebagai momen yang tepat untuk keluar dan membangun bisnis sendiri, yang boleh dikata masih bersifat spekulatif.
“Pada dasarnya, bukan modal yang menghambat seseorang untuk mewujudkan bisnisnya, melainkan justru keberanian. Lain halnya, jika kita tidak bekerja sebelumnya. Tidak akan ada yang kita tinggalkan. Kita tinggal memulai,” kata pemilik Sanny Auto Gallery itu.
Berbeda, ia melanjutkan, dengan orang-orang yang sudah bekerja— apa lagi yang sudah berada di posisi mapan—dibutuhkan keberanian khusus untuk meninggalkan kemapanan. Lalu, membangun usaha sendiri yang masih bersifat spekulatif.
Setelah bekerja selama bertahun-tahun (lima tahun di antaranya bekerja tetap, red.) pada perusahaan orang lain, pada satu titik, kelahiran Jakarta ini merasa termotivasi untuk menjalankan perusahaan sendiri. Toh, selama bekerja pada mereka, ia tidak hanya mendapatkan gaji, tapi juga pengalaman.
“Jadi, saya merasa sudah siap dan saya pun memberanikan diri membuka Sanny Auto Gallery pada Oktober 2004. Saya tidak ingin menundanya lagi. Karena, segala sesuatu yang ditunda, nantinya akan menyusutkan keberanian,” kisah perempuan, yang memulai karirnya sebagi staf promosi di Mitsubishi ini.
Meski, ia menyadari bahwa sebenarnya apa yang ia lakukan adalah sebuah spekulasi. Sebab, ia harus meninggalkan sesuatu yang sudah nyaman yaitu jabatan pimpinan cabang yang telah ia genggam selama 1,5 tahun.
Bukan cuma itu, ternyata, Indomobil juga tidak mengizinkannya keluar. “Ini sebuah dilema. Tapi, saat iseng mencari lokasi kosong, serta ngobrol dengan teman-teman dan beberapa importir mobil, saya kok merasa bisa. Jadi, saya tidak mau lagi melewatkan kesempatan ini,” mantan Sales Manager Jaguar ini menambahkan.
Sanny memilih bidang otomotif yang notabene bidang usaha yang didominasi laki-laki, sejak awal kuliah hingga lulus. Sebab, ia merasa lebih sreg dengan dunia otomotif. “Saya merasa ada sebuah perbedaan antara bekerja dengan mereka yang berkutat di bidang otomotif dengan orang-orang di dunia bisnis lain,” ucap Sanny, yang pernah bekerja di bidang properti dan supplier barang-barang kebutuhan pesawat terbang.
Contoh, sarjana ekonomi dari Universitas Trisakti, Jakarta, ini melanjutkan, bagi orang-orang yang berada di bidang properti, mengeluarkan uang berarti investasi. Jadi, jika sekarang mereka membeli properti, besok harus meraup untung.
Segala sesuatu yang ditunda, termasuk dalam membangun bisnis, nantinya akan menyusutkan keberanian
Sedangkan mereka yang berada di dunia otomotif merupakan orang-orang yang siap spend uang dan siap rugi. Mereka membeli mobil, karena mereka ingin menyalurkan hobi atau sekadar prestige.
“Kondisi inilah, yang memicu saya untuk berpikir bahwa jika saya ingin mencari duit ya sebaiknya bertemu dengan orang-orang yang gampang spend uang. Selain itu, menawarkan produk kepada mereka juga lebih mudah,” imbuhnya.
Dengan pengalaman kerja dan ilmu yang dimiliki, serta hubungannya dengan mereka yang bergerak di bidang mobil-mobil built up, Sanny pun mulai menjual mobil-mobil Toyota built up di showroom-nya yang terletak di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Untuk mendatangkan mobil-mobil ini, si tengah dari tiga bersaudara ini ikut dengan mereka yang sudah biasa mendatangkan mobil. Mengingat, hal ini lebih meringankan dan uangnya “mati” tidak terlalu lama.
“Kalau saya harus mendatangkan sendiri, berarti saya harus mempunyai pengalaman tentang ekspor‒impor dan berhubungan dengan orang-orang bea cukai. Selain itu, sejauh yang saya tahu, importir mobil Indonesia masih bisa dihitung dengan jari, tapi sudah sangat besar. Bila saya yang saat itu masih imut tiba-tiba in charge sepertinya….Jadi mengapa tidak bersinergi saja dengan mereka? Mengapa harus nyleneh? Wong saya juga diuntungkan kok,” katanya.
Untuk mendongkrak penjualan, Sanny Auto Gallery mengutamakan pelayanan ke konsumen. “Sebab, kalau soal barang (baca: mobil, red.), berapa banyak showroom yang menjual barang yang sama dengan saya dan dengan harga kompetitif? Jadi, apa dong nilai lebih saya? Saya didik anak buah untuk mengutamakan pelayanan dengan pendekatan pribadi ke konsumen. Karena, dari kacamata saya, semakin kaya seseorang semakin banyak pula tuntutannya,” ungkapnya.
Berkaitan dengan hal itu, Sanny menularkan pelatihan yang pernah diterimanya di Jaguar kepada para karyawannya. “Saya bilang ke anak buah saya, kalau menghadapi konsumen yang sudah mampu membeli mobil dengan harga ratusan juta hingga milyaran rupiah, harga adalah nomor sekian dan selisih harga satu atau dua juta rupiah is nothing. Yang penting bagi mereka, pelayanan yang memuaskan,” ujarnya.
Sanny juga menekankan kepada anak buahnya bahwa proses hubungan mereka dengan konsumen jangan terhenti, setelah konsumen membeli kendaraan. Hubungan harus terus berlanjut. Selamanya, kalau perlu.
“Saya ingatkan juga bahwa konsumen semacam ini tidak membeli mobil setahun sekali, tetapi setahun berkali-kali,” lanjut Sanny, yang berprinsip leader by example dalam memberi penugasan kepada anak buahnya. Dalam arti, sebelum memerintah anak buahnya melakukan sesuatu, ia akan akan mengerjakan tugas itu sendiri.
Namun, tidak berarti bisnis Sanny semulus kulit tubuhnya. Ia juga pernah dihadapkan pada konsumen berduit, tapi karena satu dan lain hal, pembayarannya tersendat-sendat.
“Dia menyuruh saya untuk mengirim satu unit mobil tanpa uang muka. Karena saya percaya padanya, saya kirimkan saja. Lalu, dia memberi saya cek pertama yang berjalan lancar. Tapi, cek kedua berhenti di tempat. Akhirnya, melalui waktu yang sangat panjang, terbayar juga. Dari sini, saya belajar untuk lebih berhati-hati dan jangan terlalu berani,” tuturnya.
Dari sini pula, wanita cantik dan anggun itu selanjutnya akan meminta sebagian uang pembayaran dibayar di muka dan tunai, sebelum mobil dikirimkan. “Dalam bisnis, selalu ada untung dan rugi. Tinggal bagaimana kita meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan,” tegasnya.
Sanny Auto Gallery berada dalam lingkungan berbagai showroom mobil lain, khususnya built up. Di satu sisi, di sini terdapat persaingan yang sangat ketat. Di sisi lain, kondisi ini menguntungkan showroom-showroom yang bertebaran di lokasi ini.
Sebab, masyarakat mempunyai banyak pilihan. Jika semula mereka datang dengan niat ke satu showroom yang lebih besar, tapi karena tidak ada yang cocok, mereka tentu akan pindah ke berbagai showroom lain.
“Untuk mengatasi persaingan dan kesan cuma kejatuhan rezeki orang lain, saya tidak pernah mau menunggu, harus jemput bola. Ini yang saya ajarkan kepada anak buah saya,” katanya.
Untuk itu, ia meminta sales-nya untuk ketemu dengan minimal lima calon konsumen dalam sehari, selain konsumen yang sudah sales itu kenal. Meski, hal ini bukan jaminan mereka akan membeli mobil.
Perhitungannya, 5 konsumen x 6 hari = 30 konsumen x 4 minggu = 120 konsumen. Dari 120 konsumen ini, hanya 2 atau 3 yang deal. Berkaitan dengan ini, ia selalu meminta mereka untuk terus menambah jumlah calon konsumen. Sedangkan dalam berpromosi, ia beriklan dan mengikuti pameran, membuat surat penawaran, dan sebagainya
Berbicara tentang masa depan, Sanny ingin memiliki showroom sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya. Lalu, dengan alasan ingin menjadi nyonya di rumahnya sendiri, ia ingin cabang-cabang Sanny Auto Gallery ini nantinya miliknya sendiri.
“Kalau sejak dulu saya sudah mau join dengan orang lain, showroom saya tidak akan semungil ini,” pungkas perempuan, yang mengidolakan sang Ayah karena selalu memberinya support melalui dorongan dan doa.
Dalam perkembangannya, Sanny Auto Gallery juga dapat dijumpai di Bursa Otomotif Sunter, Jakarta Utara. Selain itu, Sanny juga mengembangkan bisnisnya melalui media online, dengan menyediakan informasi-informasi otomotif terbaru di situsnya dan mengembangkan layanan online untuk transaksi jual beli otomotif.