Home / Senggang / Resto Area / Gurihnya Si Kaki Jenjang

Gurihnya Si Kaki Jenjang

Ayam Pramugari

Pramugari identik dengan kaki jenjang dan tubuh ramping. Begitu pula, bentuk ayam goreng khas Aceh yang menjadi menu andalan Rumah Makan Adytya Jaya. Imbasnya, Ayam Pramugari—begitu makanan ini lebih dikenal—yang berasa gurih ini diminati baik oleh masyarakat sekitar maupun para pendatang yang baru turun dari pesawat

e-preneur.co. Rumah makan itu bernama Adytya Jaya. Sementara lokasinya berada di Jalan Blang Bintang Lama atau sekitar 2 km dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh.

Namun, rumah makan ini lebih dikenal dengan sebutan Ayam Pramugari. Karena, ayam goreng khas Aceh yang disediakan di sini memiliki kaki-kaki jenjang. Mirip dengan kaki para pramugari.

Selain itu, juga karena rumah makan ini sering dikunjungan para pilot dan pramugari yang sedang rest overnight di Aceh. Lantaran, lokasinya dekat dengan Bandara SIM. “Mereka sering menghabiskan waktu di sini,” kata Catur W. Nugroho, kontributor e-preneur.co.

Ayam Pramugari, di samping memiliki kaki jenjang, juga berukuran besar (satu ekor ayam dibagi menjadi empat potong, red.). Dalam penyajiannya, ayam ini dilengkapi dengan potongan Daun Temurui, Cabe Hijau, Daun Pandan, dan Daun Jeruk yang juga digoreng. “Dilengkapi dengan Kuah Sie Kameng (Kari Kambing khas Aceh, red.),” lanjut pria yang doyan makan ini.

Yang unik, Catur menambahkan, yakni proses penggorengannya. Sebab, dilakukan di atas wajan yang sangat besar dan penuh dengan minyak goreng panas. Lalu, semua potongan ayam kampung yang sudah diungkep itu berikut Daun Temurui, Cabe Hijau, Daun Pandan, dan Daun Jeruk dimasukkan ke dalam wajan tersebut, digoreng barengan. “Jadi bumbunya meresap dan rasanya pun gurih. Enaklah pokoknya,” ujarnya.

Dalam penyajiannya dilengkapi dengan potongan Daun Temurui, Cabe Hijau, Daun Pandan, dan Daun Jeruk

Selain Ayam Pramugari, Adytya Jaya juga menyediakan ati-ampela goreng dan Kuah Beulangong (nama lain Kuah Sie Kameng, red.). “Kalau lagi beruntung, pengunjung bisa mendapatkan kepala kambing,” ucapnya.

Dikatakan begitu, sebab, rumah makan ini memang tidak menyediakan menu kepala kambing. Kepala kambing biasanya tetap berada dalam rebusan kuah kari atau hanya sebagai kaldu. “Tapi, saat itu kami beruntung. Kami mendapatkan kepala kambing itu,” pungkasnya.

Adytya Jaya, saat makan siang, khususnya, padat pengunjung baik yang datang dari sekitar rumah makan ini maupun para pendatang yang baru turun dari pesawat. Hal itu, tetap tidak membuat rumah makan ini ingin membuka cabang..

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …