Sate Ikan
Dibandingkan ayam dan kambing, ikan kurang diminati ketika dijadikan bahan baku sate. Tapi, melihat peluangnya besar, Toip pun berinisiatif membuat sate ikan yang rasanya gurih dan dagingnya empuk, serta berbalut tepung crispy. Selain itu, tidak dibakar, melainkan digoreng. Hasilnya, Salwa Sate Ikan Crispy and Fried Chicken yang notabene perintis sate ikan itu, dalam waktu singkat menggurita menjadi 35 outlet
e-preneur.co. Sate sebagai usaha kuliner, cukup banyak peminatnya.
Terbukti, kita bisa dengan mudah menjumpai para pedagang sate baik yang berkeliling maupun dalam warung tenda hingga ke restoran kelas atas. Bahkan, kini, makanan yang “lahir” di Jawa sekitar abad ke-19 ini telah merambah Malaysia, Thailand, Singapura, Filpina, Belanda, dan Jepang.
Sementara dari sekian daging yang digunakan sebagai sate, ayam dan kambing yang paling disukai. Sedangkan sate ikan—yang juga mempunyai peluang besar untuk disukai—nyaris tak terdengar suaranya dalam hingar-bingar bisnis sate.
Adalah Muhammad Toip, yang dengan ilmu dan pengalamannya di bidang perikanan, mengetahui jika ikan bisa dimodifikasi seperti ayam crispy atau fried chicken. “Saya hobi memasak. Ketika tinggal terpisah dari istri, saya masak sendiri. Seminggu sekali selama dua tahun, saya bereksperimen dengan bahan baku ikan untuk menghasilkan makanan yang cocok di lidah. Hingga, akhirnya, terciptalah sate ikan crispy,” tutur Toip, sapaan akrabnya.
Tahun 2009, pria yang pernah bekerja di beberapa perusahaan perikanan ini mengawali usaha sate ikan crispy di kediamannya di Bandung. Untuk bahan bakunya, ia tidak merasa kerepotan. Mengingat, laut-laut di Indonesia kaya akan satwa air yang mengandung protein tinggi, vitamin, dan mineral ini.
Untuk itu, ia memilih Ikan Kakap, Ikan Tuna, Ikan Cumi-cumi, dan Ikan Balakutak. Sementara untuk tambahan produknya, ia menawarkan sate udang dan fried chicken. Karena itu, ia memberi nama usahanya ”Salwa Sate Ikan Crispy and Fried Chicken”.
“Ikan-ikan itu saya filet.Sehingga, tanpa duri. Sedangkan udang, saya kupas kulitnya. Dan, cumi-cumi, saya ambil dagingnya saja,” jelasnya.
Mempunyai peluang besar untuk disukai
Selanjutnya, irisan-irisan ikan itu dibumbui, ditusukkan ke lidi, dan dibalut dengan tepung crispy. Tapi, tidak dibakar seperti sate pada umumnya. “Saya goreng sekalian dengan lidi-lidinya,” tambahnya.
Sementara sambalnya yang biasanya sambal kacang atau kecap, digantinya dengan saus sambal yang umumnya tersedia di pasaran. Dan, untuk kemasannya, ia memberi desain logo usahanya.
Tidak disangka, usaha rumahan itu kemudian menggurita melalui kemitraan menjadi 35 outlet yang tersebar di Bandung dan kota-kota lain. Hingga, akhirnya, Toip tidak lagi memiliki outlet sendiri.
“Saya fokus pada rantai pasokan bahan baku untuk mitra. Karena, dari situlah saya mengambil untung, selain dari nilai investasi awal para mitra,” ungkapnya.
Menurutnya, sate ikan crispy digemari oleh anak-anak hingga orang tua. Sebab, selain rasanya gurih, dagingnya yang empuk itu berbalut tepung crispy. Di luar itu, ikan sebagai bahan dasarnya juga penting bagi tumbuh kembang otak. “Pusat-pusat keramaian sangat cocok untuk membuka outlet ini,” pungkasnya.